Nilai Religiusitas dalam Puisi Amir Hamzah-Padamu Jua

1.      Amir Hamzah - Padamu jua


Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu


Kaulah kendi kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu


Satu kasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati




Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas


Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa darah dibalik tirai

Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu—bukan giliranku
Mati hari—bukan kawanku



Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, Hindia Belanda, 28 Februari 1911 – meninggal  di Kwala Begumit, Binjai, Langkat, Indonesia, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun. Amir mulai menulis puisi saat masih remaja meskipun karya-karyanya tidak bertanggal, yang paling awal diperkirakan telah ditulis ketika ia pertama kali melakukan perjalanan ke Jawa.
Puisi-puisi Amir sarat dengan tema cinta dan agama, dan puisinya sering mencerminkan konflik batin yang mendalam. Diksi pilihannya yang menggunakan kata-kata bahasa Melayu dan bahasa Jawa dan memperluas struktur tradisional, dipengaruhi oleh kebutuhan untuk ritme dan metrum, serta simbolisme yang berhubungan dengan istilah-istilah tertentu. Karya-karya awalnya berhubungan dengan rasa rindu dan cinta, baik erotis dan ideal, sedangkan karya-karyanya selanjutnya mempunyai makna yang lebih religius.
Pada salah satu puisinya yang berjudul “Padamu Jua” ini Amir Hamzah berusaha mengutarakan rasa keingintahuan kepada Sang Pencipta. Hal itu dipertegas pada bait keempat:
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati



Bahkan dalam puisi tersebut, pengarang menuliskan tentang kegelisahan seseorang atas pencarian jati dirinya dalam menemukan Tuhan. Dengan demikian, salah satu puisi karya Amir Hamzah ini termasuk dalam sastra profetik yang sufistik yakni karya sastra yang mengandung ajaran sufi atau sufisme yaitu ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. 

No comments:

Post a Comment