Kuingat waktumu yang terbatas
Wajahmu yang sendu memaksakan
senyuman tulus
Kau pendusta! Kau sembunyikan itu
semua
hanya untuk memberikan tertanda
Bahwa kau tak bisa menanggung
kepahitan ini
Dan kau tak mampu merasakannya
lagi
Kutahu memang berat, karena tiada
insan juga menginginkannya
Tapi tidakkah kau berpikir
tindakanmu itu adalah kebenaran?
Dan sekali lagi, kau hanya
tersenyum dan membuatku bingung
Bahkan kau terkekeh seolah
menghiburku
Tapi aku hanya bisa menundukkan
kepala dengan keanehan yang ada
Apakah sekaranglah waktunya?
Sebelum semprotan fajar terlukis
Jiwamu terbang di tengah malam
yang dingin
Menumbuhkan berjuta penyesalan
Dan menyulut emosiku yang masih labil
Dan masih tentang waktumu yang
terbatas
Di mataku, sampai saat ini kau
tetap pendusta
Senyum yang menyayatku dikala
sunyi
Karena tak kusangka itu senyum terakhirmu
yang kulihat
Kau tetap pendusta! Kau tetap pendusta
yang sangat kurindukan
No comments:
Post a Comment