Bercermin pada J. Sumardianta ( Review Guru Gokil Murid Unyu)


Kalian tahu enggak sih siapa J. Sumardianta itu? J. Sumardianta adalah seorang guru SMA Kolase John De Britto Yogyakarta. Beliau ini sekaligus seorang penulis yang karyanya sudah banyak terbit di media cetak. Beliau juga disebut sebagai spesialis peresensi buku. Sejak 2002 guru sosiologi ini sudah meresensi lebih dari seratus buku. 

Review Buku Guru Gokil Murid Unyu




Na, loh! Lalu apa hubungannya dengan bercermin kepada beliau? 

Di sinilah pembedanya. J. Sumardianta telah menulis sebuah buku yang diterbitkan 2013 berjudul "Guru Gokil Murid Unyu"  yang berisi kiat guru inspiratif itu seperti apa sih? 

Dalam bukunya, beliau mengungkapkan banyak kiat menjadi seorang guru inspiratif. Namun ada 2 hal yang menggelitik saya untuk membaginya kepada kalian. Apakah itu? Yuk, kita simak! 

Pertama, beliau mengatakan "Guru hebat, menginspirasi murid. Ia sadar sepenuhnya punya satu mulut dan dua telinga. Itu sebabnya, guru tipe ini berusaha untuk menjadi pendengar yang baik dan tidak obral bualan di kelas sepanjang waktu." 

Pernyataan yang sangat bagus. Saya sangat setuju dengan pendapat beliau. Memangnya siapa sih yang enggak setuju dengan pernyataan tersebut? 

Saya setuju bukan dari cara saya sebagai calon pendidik, namun saya melihat dari kacamata ketika dulu sebagai seorang siswa. Rata-rata seorang pendidik yang terlalu banyak bicara malah membuat siswanya cepat bosan. Bukan hanya itu, kadang materi yang disampaikan tidak sempurna diserap. Berbeda dengan seorang pendidik yang memiliki perhatian lebih kepada siswanya. 

Waktu SMA saya memiliki seorang pendidik yang memiliki karakteristik seperti yang Bapak J. Sumardianta katakan. Sama halnya pepatah yang mengatakan siapa yang ingin dihargai juga harus bisa menghargai. Itulah yang beliau terapkan. Sehingga waktu itu, saya dan teman-teman juga bisa memberikan balasan yang sama. 

Setengah membaca buku "Guru Unyu Murid Gokil" saya menyadari bahwa pengalaman belajar di sekolah dulu, merasa sangat beruntung dipertemukan dengan guru yang super inspiratif seperti itu. Beliau  seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang sampai sekarang wejangan-wejangannya masih melekat.

Bapak J. sumardianta juga mengatakan bahwa "Murid bisa melupakan apa yang diajarkan maupun dilakukan gurunya. Namun, murid akan selalu mengingat dan mengenang apa saja yang membuat hati mereka tersentuh." 

Kedua, "Guru mengajar harus sesuai dengan gaya belajar murid. Bukan sebaiknya." 

Sudahkah membaca buku Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi? Seperti yang dilakukan Mr. Kobayashi kepada siswanya. Sehingga mereka dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kekreatifitasannya. 

Dalam bukunya, Bapak J. Sumardianta mengaplikasikan cara belajar tutorial teman sebaya. Ternyata cara tersebut membuat suasana kelas menjadi hidup. Tentu saja seorang pendidik tidak terus-menerus menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Di zaman digital dan modern seperti sekarang cara yang sudah bersifat kuno pasti dinilai sangat membosankan. Ini salah satu tantangan bagi pendidik dan calon pendidik untuk lebih kreatif sehingga bisa mencetak generasi yang lebih baik lagi.

No comments:

Post a Comment