“Aku mencintaimu, biarlah ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu!” – Milea
Sudah bulan Februari nih, sudah pada siap nonton Dilan 1991 enggak? Pasti sudah pada penasaran bagaimana kelanjutan Dilan 1990 kan? Nah, sebelum nonton yuk! Intip dulu review buku Dilan 1991 karya fenomelnya Ayah Pidi Baiq! Eh, ayahnya Dilan maksud saya ....
Setelah resmi pacaran di buku Dilan 1990, akhirnya awal di buku Dilan 1991 langsung menceritan kisah asmara Dilan dan Milea. Sembari menikmati hari dengan naik motor Dilan mengelilingi Kota Kembang. Milea mengatakan, bahwa dia mau berpacaran dengan Dilan bukan karena dia geng motor, berasal dari keluarga berada, anak bandel dan bukan juga karena Dilan suka berantem. Menurutnya dia mau karena sikap Dilan kepada Milea. Dilan memiliki kepribadian yang diinginkan Milea dan mampu mengubah pola pikirnya.
“Kamu pikir bandel itu gampang? Susah. Harus tanggung jawab sama yang udah dia perbuat,” kata Dilan. (Baiq, 2015:21)
Dalam buku kedua ini, lebih banyak menceritakan keresahan dan perang emosi Milea. Salah satunya kekhawatiran saat Dilan bertengkar dengan Anhar (menampar Milea) kan waktu itu Dilan masih dalam masa hukuman. Milea takut, Dilan dikeluarkan dari sekolah.
Ketika Dilan ingin melakukan balas dendam mengenai pengeroyokan di warung Bi Eem oleh kakaknya Anhar. Milea yang saat itu begitu takut dengan resiko buruk yang akan didapat Dilan, dengan langsung mengancam bahwa akan putus bila Dilan tetap akan menyerang.
Apalagi ketika kesesokan harinya Milea menerima tawaran untuk nonton bioskop bersama Yugo (saudara dan menjadi kawan masa kecilnya) yang telah melakukan sesuatu hal yang melewati batas kepada Milea. Dia langsung menelepon rumah Dilan sambil menangis, akan tetapi yang menjawab telepon adalah Bi Diah mengatakan kalau Dilan semalam tidak pulang dia ditahan di kantor polisi. Tambah bertubi-tubi beban yang dirasakan Milea saat itu, hingga dia memutuskan untuk pulang naik angkot.
Banyak sekali hal yang tak terduga dalam novel kedua ini. Apalagi waktu Milea menjenguk Dilan di kantor polisi. Dilan seperti bukan yang dikenalnya.
“Aku pacar yang buruk,” dengan suara yang rendah dan nada yang serak.
Aku diam. Cuma bisa memandangnya.
“Mudah buat kamu nyari pacar yang baik,” kata Dilan lagi.
Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. (Baiq, 2015:235)
Nah, mungkin segelintir cuplikan ini yang bisa saya bagikan. Jika memang kalian penasaran bisa baca buku tiga serinya yaaa atau bisa ditunggu film-filmnya yang akan segera tayang di bioskop. Okayy! See you...........
“Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, aduh, maaf, aku pasti tidak bisa karena aku Cuma suka Milea.” –Dilan
“PR-ku adalah merindukanmu. Lebih kuat dari matematika. Lebih luas dari fisika. Lebih kerasa dari biologi.” –Dilan
No comments:
Post a Comment