Lucu. Mungkin kata itu bisa mewakili
segalanya. Entah bagaimana, kenapa peristiwa itu menjadi salah-satu yang sangat
sakral, dan menjadi pilihan dalam tabungan imaji di kepala. Bukan karena mereka
terpilih, namun dari sebuah titik-titik yang berbeda dapat menyatukan kembali
kebersamaan.
Hari itu Minggu, 3 Desember 2017 ego bersiap
kembali merantau. Desas-desus yang katanya libur panjang ternyata sudah
berakhir. Dan tentunya, sebuah kewajiban ego sudah menunggu di depan mata. Kurang
lebih dua hari bersama keluarga, merupakan kebahagiaan tersendiri. Meskipun,
satu dua tugas juga tidak absen dalam perjalanan.
Namun sebelumnya, ego ingin bercerita
sedikit. Hampir dua tahun di kota orang, ego mempunyai kawan yang juga sedaerah
rantauan. Tidak ingat lagi kapan ego pertama kali mengenal kawan-kawan ini.
Mungkin sejak di Taman Kanak-kanak atau sejak di dalam kandungan melalui orang
tua kami. Hanya saja, dan mungkin hanya kebetulan saja atau karena ego lupa
bagaimana cara kami berkenalan, yang menyebabkan kami seolah-olah mengenal
tanpa harus berkenalan.
Dan cerita itu menjadi semakin unik. Ternyata
Sang Pencipta tengah menakdirkan sebuah alur yang tak pernah terduga. Semenjak
di Taman Kanak-kanak, masuk ke Sekolah Dasar, dan ternyata sampai Sekolah
Menengah Pertama, sebuah titik-titik itu tersambung. Bisa dihitung berapa tahun
alur dari jenjeng sekolah itu? Yaaa sekitar sebelas tahun. Namun, setelah itu
kami berpisah untuk melanjutkan sekolah yang diingini.
Setelah tiga tahun, kami kembali dibingungkan
dengan tujuan selanjutnya. Mungkin bagi ego atau kedua kawan itu, masa-masa ini
adalah yang terberat. Kenapa itu menjadi masa terberat? Karena pada masa itu,
ego dan kawan harus memilih apa keinginan dan tentunya harus menanggung resiko apapun
yang nantinya akan terjadi.
Dan dari sebuah pilihan-pilihan itu
titik-titik yang semula terputus kembali memiliki sebuah pola. Akhirnya kami
kembali berjuang di kota yang sama meski dalam tempat yang berbeda.
Di depan masjid kecamatan, setelah kurang
lebih dua hari berada di rumah. Akhirnya ego dan kedua kawan yang mungkin tak
ingin disebut namanya, bersiap kembali merantau. Di hari dan waktu itu adalah
pertama kalinya kami berangkat bersama.
Kalian tahu sinetron bukan? Bagaimana cara
orang tua mengantarkan anaknya yang masih SD berangkat ke sekolah? Ya, seperti
itulah bagaimana cara orang tua melepas kami waktu itu. Ditunggu, sampai
anaknya benar-benar masuk lewat gerbang sekolah, atau mengantarkan sampai ke
depan kelas. Namun bedanya kami ditunggui sampai naik bus yang bertuliskan
‘Jember’ atau ‘Denpasar’.
Ketika menunggu itu seperti sebuah reuni,
yang entah dari mana asal-usul kata reuni itu muncul. Padahalkan waktu SD dulu,
tidak pernah diantar seperti itu. Mungkin ini salah satu anungerah. Dan Tuhan
ingin ego dan kawan rasa, supaya menjadi anak yang mempunyai masa kecil yang
indah. Seperti disinetron-sinetron itu... :D
Mungkin sebatas ini terlebih dahulu.
Ego sudah berkali-kali mendapatkan panggilan
:D
Semangat, dan terus berjuang!
Tunggu sebulan, dan puncak semester tiga akan
terlewati.
-sambil minum OBH Combi 100 ml
Jember,
6 Desember 2017