[Cerbung]: Perpisahan Bukan Sebuah Akhir, Tapi Sebuah Kesetiaan : Memory Perjalanan Melipat Jarak


#part1


“Apa benar kita akan berpisah?”  

Keempat telinga hanya hening setelah menangkap pertanyaan itu. Bagaimana mereka bisa tahu, kalau sekarang saja mereka belum mengetahuinya dengan pasti. Dan kata berpisah akan menjadi momok paling mengerikan bila itu benar-benar terjadi.

Hari ini adalah hari menjelangnya pisah kenang kelas sembilan, yang dilaksanakan oleh SMP ternama di sebuah kota di Jawa Timur, tepatnya di sebuah kota kecil nan asri Indonesia bagian selatan–Lumajang. Meskipun masih kurang seminggu, tapi siswa dan warga sekolah telah merencanakan dengan begitu sangat matang.

Semua tentang pisah kenang, pasti akan mengalami rasa haru, sedih juga bahagia. Apa lagi pada seseorang yang begitu dekat dengan kita. Ya, seorang sahabat. Sahabat adalah sebuah simbol ikatan seseorang yang dibangun dengan orang lainnya selama bertahun-tahun. Karena itu, sahabat pasti tahu apapun yang kita lakukan, apapun yang kita sukai. Dari idola, warna kesukaan dan sebagainya. Dan juga sahabat adalah tempat kedua setelah keluarga, yang selalu membuat ceria saat berada di samping kita.

Hari sudah menjelang siang, karena jam dinding telah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Meskipun bagi kelas sembilan hari ini adalah hari bebas untuk mereka, tapi semua itu tak menyulutkan mereka untuk datang ke sekolah setiap harinya. Karena mereka berfikir, inilah hari terpenting menjelang hari pisah kenang. Untuk kembali berbagi kebersamaan.

Semua tentang kebersamaan dapat kita lihat dari persabatan tiga serangkai. Mereka adalah Ulfa, Lida dan Maria. Ketiganya telah membangun persahabatan selama 11 tahun dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK), SD, hingga SMP saat ini mereka bertiga selalu bersama. Bahkan ada salah satu guru di SMP tersebut yang menyebut dengan tiga angels, tiga malaikat. Walaupun bersahabat, mereka juga bisa menjadi lawan dalam belajar dan berprestasi. Begitu profesional, bagaimana tidak? Saat  kegiatan belajar mengajar berlangsung mereka berlomba untuk mendapat prestasi, tapi di luar jam itu–mereka bersahabat seolah tak ada yang bisa memisahkannya.

Hari itu terlihat Ulfa, Lida dan Maria tengah duduk santai di teras depan kelas. Keakraban dan kehangatan yang mereka tunjukkan, pasti akan membuat iri hati yang melihatnya. Pasalnya, tak henti seutas senyum  mengembangkan di sudut bibir. Canda tawa dan keceriaan itu selalu ada saat bersama. Karena itu, begitu sulit untuk rasa sedih juga kecewa datang menghampiri.

Meskipun sudah satu tahun berselang demam Korea Pop merajai Indonesia, tapi hawanya masih ada pada persahabat tiga serangkai ini. Pasalnya mereka juga terkena virus K-pop tersebut. Dan bisa disimpulkan, apa yang  bicarakan saat bersama? Ya. Yang berkaitan dengan Korea. Dari Drama Korea, Negara Korea itu sendiri, lagu berbau Korea yang dibawakan olah boy band dan girl band-nya. Itulah yang dibicarakan. Karena canda tawa dan keceriaan itu berawal dari selera yang sama, akan membuat seseorang lebih akrab dan semua itu terbukti pada persahabatan ini.

Setiap hari tak ada kata tanpa Korea. Meskipun tak semua yang bicarakan tentang Korea. Tapi mereka berhasil membuatnya dengan menyelipkan sedikit pembicaraan tentang Korea. Jika sudah kehilangan topik untuk dibicarakan saat berkumpul bersama seperti saat ini. Ketiganya selalu mempunyai cara sendiri untuk meramaikan suasana, dengan melakukan tanya jawab.

“Apa Drama Korea favorit kalian dan apa alasannya?” tanya Maria yang tegah memecah keheningan.

“Full house! Selain ceritanya bagus. Aku ingin punya rumah seperti di Drama Korea full house,” jawab Lida dengan penuh pengharapan luar biasa.

“Kalau aku Dong Yi. Karakter yang digambarkan pada Dong Yi yang selalu cerdik dalam menghadapi berbagai masalah. Membuat semangatku berkobar setelah menontonnya, ” tukas Ulfa sambil tersenyum. “lalu kamu?” lanjutnya.

“Rooftop prince!!! Selain aku suka alur ceritanya pada Masa Joseon, aku lebih suka pada ketiga pengawal pangeran yang kocak. Wo Yongsul, Song Manboo dan Do Chisan, membuatku tertawa terbahak-bahak. Karena menurutku, ketiga pengawal itu sama kocaknya dengan persahabat kita,” kata Maria yang membuat semua tertawa lepas.

Sambil tertawa, salah satu lagu original soundtrack rooftop prince yang dinyanyikan oleh Jay Park yang berjudul “Happy ending” mengiringi kebahagiaan mereka. Kerena memang, sebelumnya Maria memutar musik saat bertanya pada teman-temannya. Dan lagu ini adalah lagu yang sering diputar oleh ketiganya. Bisa dibilang lagu favorit. Karena mereka ingin perpisahan ini akan menjadi happy ending seperti judul lagu yang tertera.

Lebaran masih lama, tapi seruan kata meminta maaf bergema di mana-mana. Lebih tepatnya di SMP persahabatan ini. Karena tanpa dipungkiri, kemarin tanggal 1 Juni telah terlaksana pisah kenang  siswa dan siswi kelas sembilan. Kebahagiaan, kesedihan dan rasa haru menggerogoti semua orang yang melihatnya. Linangan air mata, bahkan datang tanpa diundang. Tetapi bukan karena sebuah duka, tapi hangatnya kebahagian yang selalu menyelimutinya. Dengan semua mimpi-mimpi, harapan, juga kerja keras.

Di akhir acara, terlihat Ulfa, Lida dan Maria tengah duduk di depan teras kelas seperti biasanya. Mereka terlihat begitu sedih, karena hanya saat ini kesedihan datang, dan  entah ke mana perginya canda tawa yang selalu menyertai itu.

“Hari ini... apa benar kita akan berpisah? Aku benar-benar tak mempercayainya,” tanya Lida tak mempercayai sebuah keadaan.

“Memang. Dengan begitu, di mana pun kita berada kita masih tetap satu. Karena  perpisahan itu  bukan sebuah akhir, tapi sebuah kesetiaan,” tukas Ulfa menyemangati kedua sahabatnya.

“Betul! Aku sangat setuju. Di mana pun kita berada, hati kita tetap bersatu. Tapi ngomong-ngomong, benarkah besok kamu akan berangkat Lida?” tanya Maria serius menatap Lida yang tengah dengan wajah sayu.

“Iya, aku harus berangkat besok. Karena masih banyak yang harus aku persiapkan,” seru Lida sedikit menunduk.

“Hah! menjadi calon santri memang merepotkan. Tapi berjuanglah Ustazah!” canda Ulfa sambil mengangkat tangan kanannya menyemangatinya.

“Iya, kamu juga Ulfa,” balas Lida. Akhirnya canda tawa datang dengan sendirinya.  Dan ... perpisahan pun terjadi.

Tujuh bulan kemudian

Malam ini tiba-tiba ponsel Ulfa berbunyi nyaring, tertanda ada pesan baru masuk.  Entah dari siapa pesan itu berasal, ia langsung membukanya.

“Mendengarkan lagu Jay Park happy ending, membuatku teringat pada kalian.”

Pesan ini membuatnya mengingat kenangan akan persahabatannya. Dan pesan itu berasal dari salah satu sahabat Ulfa–Maria. Ia lah yang telah mengirimkan pesan tersebut.

Setelah membaca pesan singkat itu, Ulfa membuka buku bersampul warna hijau dan pelan-pelan ia menumpahkan semua kenangan tentang sahabat di dalamnya. Dan pada saat itu juga, tinta hitam telah menodai selembar kertas putih bersih dengan menari dengan gemulai. Sayangnya, tinta itu meninggalkan sebuah jejak. Jejak yang bisa terlihat oleh siapa saja tanpa harus ikut menari di atasnya.

“Aku merindukan kebersamaan dengan kalian. Canda tawa yang kalian hadirkan padaku, akan selalu aku ingat. Terima kasih, telah menjadi sahabat dan temanku selama 11 tahun ini. Terima kasih ... aku sangat berterima kasih.” Jejak tinta di buku harian Ulfa.

No comments:

Post a Comment