Mungkin dari kekalian ada yang sudah membaca atau bahkan sudah menonton film garapan Hanung yang menjadi sutradaranya? Tentang Bumi Manusia yang menjadi salah satu cerita roman legendaris dari seorang pengarang Pramoedya A.T. Bagi penikmat fiksi dan sastra tentu tidak asing lagi, bukan?
Namun sebelum membahas tentang cerita roman ini, kekalian sudah tahu belum siapa sih Pramoedya Ananta Toer?
Pak Pram begitu sapaan akrabnya adalah seorang sastrawan produktif kebanggaan bangsa Indonesia. Seorang anak sulung yang lahir di Blora 6 Februari 1925 dan telah menulis lebih dari 50 karya. Dalam sejarah perjalanannya, Pak Pram sering keluar masuk penjara. Hal tersebut akibat pemikiran kritisnya sehingga tidak disukai (pada masanya) oleh negeri sendiri.
Penjara bukan sebuah halangan untuk tetap berkarya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa karya beliau yang dihasilkan waktu di dalam penjara, dan mendapatkan banyak apresiasi dari luar negeri. Salah satu karyanya Novel Bumi Manusia yang akan diulas kali ini. Dari salah satu sumber mengatakan, selain sebagai seorang sastrawan beliau juga bekerja sebagai dosen sastra di Universitas Res Republik pada tahun 1962, sebagai Dosen Akademik Jurnalistik Dr. Abdul Rivai dan juga seorang redaktur Majalah Lentera.
Novel Bumi Manusia bercerita tentang seorang pemuda siswa HBS bernama Minke yang tertarik kepada seorang perempuan bernama Annelies. Keduanya tertarik pada perjumpaan pertama–saat itu Minke sedang berkunjung ke rumah Annelies sebab diajak oleh temannya. Kemudian siapa dinyana bila kedua insan ini semakin mengikat keakraban.
Memang, tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Salah itu ketika menyetujui persepsi dan penilaian dari orang atau masyarakat sekitar, mengenai latar belakang seseorang yang bahkan belum tentu musabab itu benar adanya. Minke yang berlatar belakang keluarga terpandang dan seorang terpelajar, kala itu mendapatkan sikap sinis dari orang di sekitarnya. Tentu saja perlakuan demikian didapat akibat dia bergaul dengan Annelies– seorang putri satu-satunya dari seorang Nyai. Ya, Nyai.
Bagi orang-orang Nyai seperti aib. Tentu saja, seorang Nyai adalah istri tidak sah secara agama ataupun negera, mungkin pada masa kini bisa dikatakan sebagai (maaf) kumpul kebo, pelakor. Namun pada masa itu, Nyai hanyalah seorang anak gadis yang dijual oleh orang tuanya kepada Tuan Mellema yang kini adalah ayah dari Annelies sendiri. Bagi bangsa barat pada masa itu, seorang Nyai adalah budak. Keberadaannya hanya sebagai kebutuhan Si Tuannya saja. Namun berbeda dengan Nyai yang satu ini, dia dapat dikatakan setara dengan orang-orang Eropa, banyak belajar, bisa membaca, dan seorang pengusaha dalam keluarga. Banyak hal positif dari Nyai, namun penilaian dari orang-orang tetap tidak mengubah persepsi yang telah dilakukannya.
Orang-orang boleh berkata apa, tapi Minke–pemuda itu bisa membaca situasi dan tanpa sengaja kepribadian Nyai sudah menjadi gurunya. Dia tidak terlalu memikirkan perkataan orang lain dan tetap setia mengunjungi Annelies–gadis pujaannya dan Nyai di dalam keluarga. Hingga suatu ketika Minke memutuskan untuk tinggal di keluarga Annelies setelah mendapatkan undangan dari Nyai sendiri.
Sejak saat itu, Minke terus berperang dengan praanggapan orang-orang. Banyak masalah bermunculan, salah satu hal kecilnya dia dijauhi oleh teman-teman, bahkan guru di sekolah ketika saat itu kemunculan Minke dalam keluarga Mellema dianggap untuk merebut kekuasaan dan kekayaan tuannya.
Kisah paling tragis dalam cerita ini bagi saya, ketika anak sah dari Tuan Mellema datang untuk merebut warisan dari usaha yng dikerjakan sendiri oleh Nyai dan Annelies, namun dalam persidangan dimenangkan oleh anak sah tersebut. Walhasil, Annelies pun diberangkatkan pula ke Eropa karena masih dianggap berdarah Eropa sehingga harus berpisah dengan Minke dan Nyai. Begitulah ending dalam cerita yang ditulis pengarang.
Romansa kesetiaan Minke kepada Annelies juga sebaliknya terlihat bagaimana keduanya berlaku dan memperlakukan pasangan. Ditiap masalah, tanpa perlawan sedikitpun mereka terima. Hingga di ujung cerita yang telah dibahas bahwa Minke harus merelakan Annelies. Minke selalu ingat pesan ibundanya yang selalu mengatakan sebagai anak lelaki tidak baik lari dari masalah. Hadapi, baik atau seburuk apapun masalah tersebut. Itulah yang menjadi sandaran Minke sebagai suami sah secara agama untuk Annelies yang kini telah dipisahkan oleh jarak.
No comments:
Post a Comment