Pertama kali kau dan aku bertemu saat bunga krisan sedang mekar-mekarnya. Aku masih ingat dengan senyummu yang merekah kala itu, terlihat sangat hangat dan bersahabat. Akan tetapi tak lama kemudian aku kembali menatap mimik tajam dan dingin, raut sendu dan datar, ketika tak kurang dari tiga detik arus udara merenggut semua yang bersinar dari tangkainya. Saat itu pula aku melihat peristiwa aneh yang pernah ada di bumi. Bagaimana bisa jejemarimu tergores dan meninggalkan sebercak luka yang begitu dalam? Bukankah bunga itu tak berduri? Kini aku menyadari bila kita ibarat sebuah prosa yang dipertemukan dengan prolog dan berpisah sebagai ending-nya.
Lumajang, 2 Juni 2020
No comments:
Post a Comment