Si Inspirator Kekinian (Review Novellet Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa)


“Islam itu indah...

Islam itu cinta...

Kalau kau tak setuju pada suatu kebaikan,

yang mungkin belum kau pahami,

kau selalu bisa menghargainya....”

 

Mas Gagah (2015:29)

Review Novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa

 

Siapa sih yang enggak kenal Helvy Tiana Rosa? Author sendiri tahu karena beliau merupakan kakak dari Asma Nadia dan dari beberapa karya cerpennya. Dari pengamatan author,  Helvy T.R. lebih mengarah ke penulisan puisi (meski banyak juga karya prosanya) sedangkan adik beliau lebih ke penulisan prosa (pernah disuatu kesempatan dalam webinar Asma Nadia mengatakan kalau tidak terlalu mahir dalam menulis puisi).

Helvy Tiana Rosa lahir di Medan 2 April 1970. Selain sebagai sastrawan ia merupakan seorang dosen Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Ia telah mendapatkan lebih dari 30 penghargaan tingkat nasional di bidang penulisan dan pemberdayaan masyarakat, salah satunya sebagai Tokoh Sastra dari Balai Pustaka dan Majalah Sastra Horison tahun 2013.

 

Salah satu karya Helvy yang paling banyak sorotan adalah Novellet Ketika Mas Gagah Pergi. Kebayang enggak sih, Ketika Mas Gagah Pergi sudah berumur 24 tahun lebih tapi kisahnya masih enak dibaca dan berhubungan dengan zaman sekarang loh. Sudah lebih dari lima belas kali diterbitkan ulang pada 2015 dan tentunya menjadi salah satu karya yang berlebel national best seller.

 

Memangnya Ketika Mas Gagah Pergi bercerita tentang apa sih?

Secara singkatnya Ketika Mas Gagah Pergi bercerita tentang perjalan dan perjuangan hijrah Gagah Perwira Pratama. Gagah merupakan anak pertama, dia merupakan seorang kakak yang periang, cerdas dan tampan. Dia mempunyai adik perempuan bernama Gita masih duduk di bangku SMA, dia tomboi. Mereka adalah kakak beradik yang sangat klop deh, ibarat koin mereka berbeda tapi saling melengkapi, sekata sehati, tahulah yaaa teteman kalau dekat dengan kakak atau adik?

Nah, suatu ketika Gagah pergi ke Ternate diajak survei salah satu profesor untuk perencanaan pembangunan (Gagah Kuliah di Jurusan Teknik Sipil) dan untuk penelitian tugas akhir Gagah. Sekembalinya dari Ternate Gagah berubah (setidaknya itu kata Gita) yang membuat Gita tidak suka dengan Gagah yang sekarang. Gagah yang sekarang lebih sedikit berbicara dan menjaga jarak dari teman-teman Gita, lebih suka mendengarkan lagu nasyid dari pada musik pop, rock, dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya yang dulu. Tentu selain tidak suka Gita mulai merasa kehilangan Mas Gagah yang dulu.

Akan tetapi saat Gita mulai menerima Gagah dengan perjuangannya dalam berdakwah, ada satu kejadian yang menguras batin. Saat Gita mulai ingin belajar mengenai hal-hal yang dilakukan oleh Gagah, Tuhan berkata lain dan Dia menjemput Gagah dalam perjuangan dakwah-Nya.

Lantas apakah Gita dan keluarga bisa mengikuti jejak Gagah?

Berkali-kali dibaca Ketika Mas Gagah Pergi masih saja terharu, tersentuh dan benar-benar sedih. Bagi author Mas Gagah berhasil menjadi tokoh fiksi inspiratif yang selalu membuat kagum pembaca. Mungkin kalau versi perempuan mirip Kak Lais lah yaa... tokoh Bidadari-Bidadari Surga karyanya Bang Tere. Terlalu wah, sehingga enggak bisa menjelaskan seberapa bagus dan pentingnya kisah ini untuk teteman. Intinya sih, selalu ada kesempatan untuk berubah. Hanya saja sebagai manusia enggak tahu ‘kan, sampai kapan jangka waktu kesempatan itu untuk kita?

Enggak tanggung-tanggung Ketika Mas Gagah Pergi sudah dibuat filmnya loh, sudah nonton belum?

No comments:

Post a Comment