Hi, Silent Reader?

Beberapa hari ini, cuaca enggak menentu ya? Kadang panas, mendung, gerah, gerimis, cerah lagi, dan seterusnya. Di tempat tinggal saya demikian, bagaimana dengan Teteman?

Btw kali ini saya memang menyengajakan diri untuk keluar dari bahasan kategori blog. Dari awal blog dibuat, sepertinya saya belum memperkenalkan seluk beluk isi dari blog ini. Kendati sudah tercantum sedikit dalam about, dijelaskan lagi enggak apa-apalah ya, hehe.

Sebagai pemilik blog, saya kadang merasa dilema dan bimbang dengan tulisan yang dipublikasikan. Apakah ini bermanfaat, informatif ataukah sebatas menghibur? Walau tergolong blog pribadi, enggak tahu kenapa saya berpikir seperti itu. Toh, seharusnya suka-suka saya isinya ingin dibagaimanakan ‘kan?

Tentang Titik Literasi


Di tiga tahun pertama bermain blog, saya cukup plin-plan mengatur blog sebagai pribadi atau publik. Ketentuan sebagai pribadi hanya untuk pribadi (ditulis dan dibaca sendiri), sedangkan dipublikasikan akan dibaca seluruh pengguna jejaring sosial. Seluruh jejaring sosial, you know?

Di situlah titik kegelisahan mulai merongrong. Saya belum ada keberanian untuk muncul ke permukaan. Saya memang suka menulis, tapi belum berani bila dikritik. Walhasil  selalu berganti pengaturan blog. Terlebih belum menemukan topik yang cocok untuk dibahas. Sehingga isinya masih gado-gado (enggak jelas). 

Saya jadi ingat dulu teman saya berkata, “Aku nge-stalking kamu loh, Hik” mendapat ungkapan begitu saya hanya membatin, memang mau nge-stalking melalui apa? Toh, saya jarang sekali membuat story, status ataupun yang lainnya di media sosial dan ada kemungkinan bila medsos saya kini menjadi sarang laba-laba. Jadi, teman saya ini nge-stalking dari mana coba?

Duh, bagaimana kalau dia baca tulisan di blog ya? Gerutu saya yang mulai ketar-ketir.

Dulu, bagi saya blog pengganti buku harian. Isinya tentang kegiatan sehari-hari dan tetek bengeknya. Puisi dan prosa masih jadi andalan. Saking nyamannya blog, saya bahkan pernah menumpahkan isi hati di sini, percaya enggak? Hahaha. 

Sebagai buku harian, tentu saja diatur sebagai privasi. Namun saya lupa ketika tanpa sengaja mengubah pengaturan blog menjadi untuk publik. Hingga pada akhirnya, salah satu teman saya membaca tulisan tersebut, meng-capture-nya lalu mengirimkan pesan pribadi kepada saya. You know-lah saya yang kebakaran jenggot langsung mengatur blog menjadi privasi lagi, hahaha.

Dari peristiwa ini saya menjadi hati-hati, supaya tidak menyajikan konten yang malah membahayakan diri sendiri. Setidaknya hal-hal yang terlalu privasi bisa diminimalisasi, bahkan sekarang blog sudah bersih dari postingan seperti itu. 

Jadi Teteman, bila saya menulis karya sastra (prosa, puisi) yang sedih, ceria, bahagia atau lainnya, jangan disalah artikan yaa? Tulisan tersebut fiksi, tidak ada sangkut paut dengan kondisi penulis (saya). Ingat, enggak ada hubungannya dengan yang nulis!

Cukup lama blog di privasi, saya jadi merenung. Sebetulnya tujuan saya membuat blog ini apa sih?

Setelah menimang dari berbagai hal, akhirnya saya putuskan pada satu titik temu. Ada beberapa hal yang saya lakukan pada blog ini.

#Pertama: Membersihkan Tulisan-Tulisan yang Tidak Diperlukan

Loh, memangnya ada ya tulisan yang enggak diperlukan?

Kalau bagi saya ada, yakni tulisan yang bisa menggali kuburan sendiri, hahaha. Sebab dibuat tertawa ketika membaca tulisan-tulisan lama. Yaaa ampun! Bukan hanya enggak karuan, saya tidak menyangka bahwa itu hasil tulisan sendiri. Ah! Saya tidak bisa menjelaskannya, sebab terlalu memalukan untuk diingat. Teteman kalau membaca tulisan lama, begitu juga enggak sih? 

#Kedua: Mengubah Judul Blog

Bagi Teteman yang sudah lama singgah di blog ini mungkin menyadari tentang adanya perubahan blog. Judul blog yang awalnya Titik Pena menjadi Titik Literasi kemudian kini Jejak Impresi.

Judul Titik Pena digunakan karena memang niat awal hanya sebatas blog pribadi yang di privasi. Namun sebagai ajang latihan menulis, akhirnya saya atur untuk dipublikasikan

Selain itu nama Titik Pena menurut saya cakupannya terlalu sempit, bila dihubungkan dengan slogan yang ada. Jadi, saya ubah menjadi Titik Literasi yang menurut hemat saya sudah mencakup ketiga slogan tersebut.

Namun ditengah jalan saya kembali mengalami kendala untuk menggunakan Titik Literasi sebagai domain utama. Hal tersebut pun membuat saya untuk kembali mengubah nama domain yang cocok dengan isi blog ini. Tentu dengan perenungan yang cukup matang akhirnya saya memilih Jejak Impresi sebagai judul dan domain blog. Sebab Jejak Impresi menurut hemat saya sudah dapat menginterpretasikan isi dari blog ini yang berdasarkan pengalaman penulis. 

Mengapa enggak menggunakan nama sendiri saja?

Nama saya sudah terlalu panjang untuk dijadikan judul blog. Lagi pula saya tidak sedang membicarakan diri sendiri, topiknya bukan saya!

#Ketiga: Membuat Pengkategorian Topik Bahasan

Selanjutnya saya mencoba membuat konsep yang lebih jelas pada blog ini. Awalnya menulis tanpa ada arahan, jadi saya rapikan dan kumpulkan tulisan dalam enam kategori (yang awalnya) prosa dan puisi, review buku, review film dan drama, wawasan dan obrolan. Sekarang dipangkas menjadi tiga kategori utama yakni Review buku, Review Film dan Drama, dan Obrolan.  Selain itu ada satu kategori sisipan yakni Wawasan.

Mengapa menghapus kategori Prosa dan Puisi?

Beberapa bulan terakhir saya mencoba menghimpun prosa, ternyata jumlahnya lumayan untuk dijadikan sebuah buku. Meski butuh beberapa tambahan prosa lagi, tapi enggak banyak. Selain itu ada satu prosa yang masih bisa dikembangkan menjadi sebuah novel.

Hal ini sungguh diluar dugaan sih, tapi saya sudah mulai mengerjakannya. Bismillah, mohon doanya. Btw, buat Teteman yang sudah pernah baca-baca kategori prosa bisa menebak enggak, prosa mana yang rencananya akan dijadikan novel? Hehehe. Teteman masih bisa kok membaca beberapa prosa dan puisi saya di Mahakarya.

Selain pemangkasan kategori, saya juga berencana untuk mempublikasikan artikel hanya dua sampai tiga kali dalam sepekan. Tahu sendirilah, saya masih pemula belum narablog yang bisa mempublikasi artikel setiap hari.

Dulu pernah coba, tapi enggak bertahan lama. Bukannya mempublikasi artikel malah menghilang beberapa bulan. Jadi, saya kira dua sampai tiga artikel cukup untuk memberi tahu Teteman bila blog ini masih berpemilik dan masih hidup, hehe. 

#Keempat: Mengubah Tampilan (Template) Blog

Bila blog ibarat rumah, maka template adalah desainnya. Maka dari itu saya masih mencoba mencari desain yang pas untuk rumah Titik Literasi. Meski sebenarnya enggak baik mengubah template terlalu sering, tapi saya masih saja keras kepala hehe. Namanya saja mencari yang nge-klik. Jadi mohon maaf, bila tampilan dari blog ini malah membuat Teteman kurang nyaman.

#Kelima: Keberadaan Tamu Semesta

Ha? Tamu Semesta? 

Jika dalam “Jejak Setapak Tamu Semesta” yang disebut tamu semesta adalah manusia,  sebagai tamu semesta-Nya yang ada di bumi. Sedangkan Tamu Semesta di sini adalah Teteman, para pembaca–tamu Jejak Impresi.

Sebenarnya dari tulisan ini saya ingin menyapa dan mengucapkan terima kasih kepada Teteman. Hi, Silent Reader.... saya tahu kekalian di sini, hehe. Terima kasih telah menyediakan waktu untuk membaca tulisan-tulisan di blog ini. Baik pembaca lama maupun yang enggak sengaja meng-klik dimesin pencari google atau jejaring sosial lainnya. Terima kasih yang telah mengirimkan komentar maupun saran, baik secara langsung dan dari email. 

Sungguh, suatu kehormatan bagi saya Teteman bersedia membaca tulisan-tulisan di blog ini. Memangnya hal apa sih yang paling membahagiakan bagi seorang penulis selain karyanya dibaca, dikritik, diberi saran dan lainnya?  It’s true! Kekalian adalah sesuatu yang tidak bisa saya definisikan. Sekali lagi terima kasih. Semoga betah di blog ini   yaaa ^-^


No comments:

Post a Comment