Menuang Rindu

"Izinkan kuungkap segala rasa dan kerinduan."

 # Kerispatih - Lagu Rindu


Sepi dan berbeda masih belum menghilang. Seperti waktu itu, ternyata seisi rumah juga ikut merasakan.

Kau tahu, aku rindu suara lembutmu. "Ik bangun sahur, hari ini mau puasa apa tidak?" begitulah kau menanggapiku yang masih pulas melingkar berselimut tebal. Kau tak pernah memaksa dan selalu memberiku pilihan.

Ini adalah yang ketujuh kalinya, kau tak lagi membangunkanku. Kini yang terdengar adalah suara ketukan pintu dari bapak dan bunyi alarm sebagai penggantinya.

Sungguh sayang, aku kembali rindu saat berbuka puasa. Kau siapkan lauk-pauk lengkap dengan sambal pedasnya. Takjil dengan berbagai rupa. Satu hal yang paling kurindu adalah masakanmu yang selalu membuat perutku tertawa.

Saat dipertengahan bulan, aku kembali tak melihat oven yang kerap kali menemani kesibukanmu. Bahkan aku tak merasakan keberadaan telur, mentega, gula dan bau vanili yang biasanya tercium menggoda.

Tak ada lagi rendang yang kau hidangkan di meja makan menjelang salat idul fitri. Sagon, pastel kering yang dulu kau pajang di ruang tamu, kini pun juga ikut absen. Apalagi silaturahmi bersama yang setiap tahun kita lakukan di rumah nenek.

Semua menjadi hilang begitu saja. Mereka seolah mengikutimu pergi. Tak ingin tinggal, yang membuatku merindu di sini.


Kakek yang "Ramah"

Benar kata pepatah, jangan lihat orang dari luarnya. Kamis pukul 08.30 WIB, aku berangkat ke sekolah sebab ada jadwal ujian di jam 3 dan 4 pukul 09.00 WIB. Dalam perjalanan tak sengaja berpapasan dengan seorang kakek (entah siapa) yang tiba-tiba menyapa sangat ramah.

"Kok pagi berangkatnya?" ungkapnya sembari menahan tawa. 

Hebat sekali kakek ini, tahu saja kalau hari ini aku ada ujian Sastra Indonesia. 😑


Probolinggo, 5 Desember 2015



Fyi"Kok pagi berangkatnya?" merupakan salah satu contoh  bentuk kalimat majas satire. Majas satire merupakan majas sindiran dengan menggunakan kata-kata yang cukup halus.