Lentera Bernama Guru

Hari ini memang bukan hari bersejarah untuk seorang bernama guru. Masih kurang tiga bulan lagi dalam kalender nasional. Namun apakah harus dihari itu untuk mengenangnya?

Agustus juga menjadi hal baru dalam kehidupan saya. Bukan karena sebagai hari kemerdekaan NKRI, namun kemerdekaan pribadi setelah dua tahun lalu menanggalkan diri dari kata siswa.

Sebagaimana peristiwa dalam masa lampau, guru adalah energi yang berhasil membuat saya dan mungkin juga kalian untuk terus berjalan. Beliau adalah sosok pengajar yang tidak kenal lelah. Begitulah saya kira ketika beberapa kali mengamati. Sehingga timbullah sebuah pertanyaan, sebenarnya guru itu siapa sih? begitulah isi pertanyaan yang sering saya tanyakan pada diri, dalam sebuah pemikiran disela-sela arti guru dalam dunia pendidikan.

Secara konkretnya guru adalah pengajar yang membantu mendalami pengetahuan. Pemikiran itulah saya sangka sebelumnya. Akan tetapi, sekian waktu berselang pertanyaan itu mulai mendapatkan jawaban yang pas.

Memang guru adalah seorang yang harus dihormati sebagai orang tua. Tetapi bagi saya guru adalah seorang sahabat yang begitu peduli. Beliau adalah pendengar, pembicara, yang dapat mengubah jiwa seseorang. Guru adalah pendorong dan pencipta semangat. Beliau juga penyalur dan fasilitator yang bisa diandalkan.

Itulah mengapa, kadang guru diibaratkan sebuah lentera yang dapat menerangi kegelapan. Sebuah lentera yang bisa mendatangkan cahaya dan harapan. Lentera sebagai petunjuk dan berbagi dalam remang.

Meski kini terbentang jarak, lentera itu terus saja terlihat terang, bukan? Lentera yang tidak pernah kenal kata redup, apalagi kehabisan bahan bakar. Karena guru adalah lentera abadi yang tulus berbagi dari hati.