Hidup Sehat Ala Zaman Now bersama Rice Cooker Digital Low Sugar Sekai

Seperti yang kita tahu, nasi menjadi sumber makanan pokok masyarakat Indonesia. Bahkan, nasi seperti menjadi kebutuhan dasar masyarakat, kendati masih banyak sumber karbohidrat pengganti lainnya.

Akan tetapi, karena masyarakat Indonesia yang sudah kental dengan istilah belum disebut “makan” kalau tidak dengan nasi tersebut, menjadikan nasi sebagai kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi dalam keseharian.

Namun tahu ‘kah Teteman, bila mengonsumsi nasi yang berlebihan bisa berdampak pada kesehatan? Sebab nasi salah satu jenis pangan yang mengandung glikemik tinggi. Salah satu akibat bila mengonsumsi pangan dengan glikemik tinggi adalah naiknya glukosa dalam darah yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit, salah satunya diabetes mellitus.

Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati peringkat keempat penderita diabetes mellitus di dunia. Bahkan, ditiap tahun penderita diabetes mellitus di Indonesia terus bertambah.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir hal tersebut, jika sudah terlanjur mematenkan nasi sebagai sumber karbohidrat dalam keseharian?

Langkah awal yang bisa dilakukan yakni dengan mengubah pola makan yang lebih sehat. Seperti halnya mengganti beras putih dengan beras merah, sekaligus dilengkapi dengan protein, sayuran, buah, agar gizi lebih seimbang.

Akan tetapi, bila diantara Teteman masih sangat ingin makan nasi dari beras putih dengan rendah glukosa, Teteman bisa gunakan Rice Cooker Digital Low Sugar dari Sekai.


Ha? Enggak salah, memangnya ada?

Tahu sendirilah, sekarang zaman sudah terus berkembang. Begitu pula dengan salah satu variasi produk teknologi mordern yang akan saya bahas kali ini. Sebuah rice cooker yang dapat menurunkan kadar gula pada nasi. Sehingga dapat membantu masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehatnya.

Nah, produk yang saya maksud merupakan salah satu produk dari Sekai namanya Rice Cooker SEKAI CMW 720 LS dan Rice Cooker SEKAI CMW 522 Serela.

Sekilas tentang Rice Cooker SEKAI CMW 720 LS

Rice Cooker SEKAI CMW 720 LS

Rice Cooker SEKAI CMW 720 LS



Rice Cooker Sekai CMW 720 LS merupakan rice cooker yang dapat menurunkan 50 % kadar gula yang baik untuk kesehatan. Rice cooker ini mempunyai tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz dengan daya 500 watt. Selain itu, Rice Cooker Sekai CMW 720 LS ini memiliki kapasitas beras 1 liter dengan kapasitas nasi hingga 3 liter.

Selanjutnya, rice cooker canggih ini cukup serba guna loh! Sebab telah dilengkapi banyak fitur, diantaranya: memasak nasi, menanak nasi rendah gula, bubur, sup, kue dan menghangatkan makanan.

Rice cooker dengan berat bersih 1824 gr ini juga dilengkapi dengan pengukus dari stainless yang food grade dan tahan lama, juga panci yang anti lengket serta dilengkapi dengan sekring pengaman.

Rice Cooker Sekai CMW 720 LS ini tampilannya juga cukup elegan dan kekinian dengan variasi warna yakni hitam, pink, hijau dan ungu.


Spesifikasi Produk Rice Cooker SEKAI CMW 720 LS

Warna

Hitam, Pink, Hijau dan Ungu

Tegangan

220 V

Daya Listrik

500 watt

Kapasitas Beras

1000 ml

Kapasitas Nasi

3 L

Isi Dalam Kemasan

User manual dan Garansi

Plug

SNI Plug

Dimensi Produk

L.26.6 x T.21.2 x P.28.7 cm

Dimensi Kemasan

P.320 x L.290 x T.260 mm

Dimensi Master Box

P.615 x L.335 x T.560 mm

Fitur

  •   rice cooker lowd
  •   Dilengkapi banyak fitur memasak seperti memasak nasi, memasak nasi rendah gula, bubur, sup, kue dan menghangatkan makanan;
  •   Dilengkapi pengukus dari stainless yang food grade dan tahan lama;
  •   Panci dilengkapi lapisan anti lengket;
  •   Dilengkapi sekring pengaman.

Garansi

1 Tahun

Isi Per Colly

4 pcs

Sekilas tentang Rice Cooker SEKAI CMW 522 Serela

Rice Cooker SEKAI CMW 522 Serela

Rice Cooker SEKAI CMW 522 Serela


Rice Cooker Sekai CMW 522 Serela tidak jauh berbeda dengan Rice Cooker Sekai CMW 720 LS. Keduanya sama-sama rice cooker digital yang dapat menurunkan kadar gula pada nasi. Namun yang membedakan dari kedua rice cooker canggih ini yakni pada fitur dan kapasitasnya.

Rice Cooker Sekai CMW 522 Serela dapat dibilang tingkatannya lebih canggih daripada Rice Cooker Sekai CMW 720 LS. Sebab Rice Cooker Sekai CMW 522 Serela mengklaim sebagai rice cooker low sugar yang 8 in 1.

Low sugar yang 8 in 1 bagaimana?

Dalam hal ini, selain dapat menurunkan kadar gula Rice Cooker Sekai CMW 522 Serela mempunyai 8 fitur tambahan yang dapat meringankan penggunanya. Utamanya bagi ibu-ibu yang mempunyai anak bayi dan tidak terlalu banyak mempunyai waktu untuk memasak.

Sebab dari delapan fitur tersebut Rice Cooker Sekai CMW 522 Serela dapat difungsikan sebagai memasak nasi, memasak nasi rendah gula, bubur, kue, yoghurt, sup, bubur bayi dan menghangatkan makanan.

Bukan hanya fitur yang mengagumkan, tampilan dari Rice Cooker Sekai CMW 522 Serela berhasil memanjakan mata. Kendati hanya tersedia tiga warna yakni hitam, merah dan gold. Namun warnanya tidak mencolok dan entah mengapa malah terkesan begitu elegan.

Spesifikasi Produk Rice Cooker SEKAI CMW 522 Serela

Warna

Hitam, Merah dan Gold

Tegangan

220 V

Daya Listrik

500 watt

Kapasitas Beras

2 liter

Kapasitas Nasi

5 Liter

Isi Dalam Kemasan

Unit, User Manual dan Kartu Garansi

Plug

SNI Plug

Dimensi Produk

34 x 30 x 24 cm

Dimensi Kemasan

38,2 x 33 x 27, 5 cm

Dimensi Master Box

67, 5 x 39 x 28 cm

Fitur

  •  Rice cooker low sugar;
  •  Tombol digital;
  •  Dilengkapi 8 fungsi memasak;
  •  Dilengkapi penguskus stainless food grade dan tahan lama;
  •  Panci berkualitas, anti lengket dan tahan gores;
  •  Dilengkapi sekring pengaman

Garansi

1 tahun

Isi Per Colly

2

Bagaimana, yakin tidak tertarik dengan kedua rice cooker digital low sugar di atas?

Ngomong-ngomong, Teteman bisa membeli produk-produk Sekai diberbagai toko belanja online yang ada. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai produk-produk Sekai, Teteman bisa kunjungi Sekaihome.co.id atau bisa juga intip Instagram Sekai.

Yuk, hidup sehat anti gemuk bersama Sekai Low Sugar!

 

Memaknai Kebahagiaan dalam Novel Happiness Battle karya Joo Youngha

Dalam hidup ini siapa sih yang tidak ingin bahagia? Saya yakin setiap manusia pasti selalu menginginkan hal tersebut, right? Bahkan,  setiap manusia tersebut mempunyai caranya masing-masing, walaupun dengan cara yang kadang kurang tepat. Seperti melakukan ini itu agar “dianggap” bahagia oleh orang lain.

Sehingga enggak jarang bila di masa seperti sekarang, dengan adanya beragam jejaring sosial menjadi jembatan pula untuk orang berlomba-lomba “merasa” bahagia. Rasa-rasanya merasa bahagia menjadi sebuah ajang estafet untuk mencari sang juara kebahagiaan. Siapa yang paling sering menampilkan suatu momen bahagia, seolah-olah dia-lah pemenangnya.

Akan tetapi pada kenyataannya, hidup ini tidak selalu bahagia right? Adakalanya rasa kecewa, dilema, marah, takut muncul tanpa aba-aba. Kadang kala emosi meluap tanpa disadari. Namun hebatnya, manusia yang bersaing untuk menjadi sang juara kebahagiaan tersebut akan menampilkan hal yang berbeda. Ya, menampilkan hal berbeda sebatas dalam bingkai dunia maya.

Seperti halnya kisah dalam Novel Happiness Battle karya Joo Youngha ini. kebahagian seperti sebuah tropi yang harus didapatkan. Bahkan, telah menjadi gaya hidup yang wajib ditampilkan pada keseharian. Setiap unggahan dalam media sosial penggunanya harus menampilkan hal-hal sempurna, tanpa cacat dan cela. Sehingga enggak jarang, bila terlihat sedih atau memakai sesuatu yang kurang estetik, elegan serta sederhana sedikit saja bisa menjadi sebuah aib yang tak terbantahkan.



Happiness Battle merupakan sebuah novel terjemahan karya Joo Youngha. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama di Jakarta pada 2022. Novel berjumlah ± 296 halaman ini secara garis besar bercerita tentang pencarian makna bahagia. Sebab di dalam novel digambarkan, bila bahagia adalah sumber setiap tokoh dalam memperebutkan gelar kemenangan.

Sehingga tidak heran, bila para tokoh yang notabene merupakan masyarakat kalangan menengah atas tersebut berupaya menampilkan yang terbaik. Seolah-seolah kata sempurna memang menjadi identitas tokoh yang sebenarnya. Namun pada kenyataannya, kepura-puraan tiap tokoh tersebut malah membawa pada persaingan, perselisihan, permusuhan hingga kematian.

Dalam hal ini bukahkah sebuah kewajaran bila pada dasarnya manusia itu tidak sempurna? Toh, mempunyai satu, dua kekurangan tidak akan mengubah kita sebagai makhluk luar angkasa ‘kan? 

Adakalanya mungkin manusia sudah perlu menurunkan standar dan gengsi, terhadap arti bahagia yang telah mendarah daging dalam masyarakat. Seperti halnya bahagia itu harus mempunyai gaya hidup yang serba mewah, pendidikan prestisius dan sebagainya. Adakalanya manusia itu perlu merenung, bila bahagia itu pun bisa didapatkan melalui hal-hal kecil dan sederhana.

"Mana ada yang dinamakan kebahagiaan sempurna di dunia ini? Itu hanya delusi." Salah satu kutipan dalam Novel Happiness Battle.

Saya kira dengan menurunkan standar “bahagia” tersebut, manusia lebih bisa berpikir jernih untuk bisa mengenali diri sendiri, mengenali kemauan dan tujuan hidupnya sendiri. Lagi pula, setiap manusia mempunyai pemberhentian yang berbeda-beda bukan?

Dari Novel Happiness Battle saya belajar, bila sebagai manusia kita tidak perlu memaksakan diri untuk terlihat bahagia. Manusia hanya perlu menjadi diri sendiri. Sebab bagaimana pun cara manusia memaksakan diri untuk terlihat bahagia sama halnya orang lain, sejatinya tanpa disadari mereka terjebak dalam standar “kebahagiaan” orang lain.

"Manusia adalah makhluk yang lebih dekat dengan kesedihan daripada kebahagiaan." Salah satu kutipan dalam Novel Happiness Battle.


3 Pembelajaran Hidup dari Drama Korea Payback 2023

Di awal tahun 2023, Moon Chae Won kembali ke layar kaca dalam drama terbarunya berjudul Payback. Drama yang mengusung tema thriller balas dendam ini pun sedikit dibumbui dengan tema hukum loh! Drama Payback tidak hanya dibintangi oleh Moon Chae Won, tapi juga ada Lee Sun Kyun, Kang Yoo Seok dan Park Hoon.

Ngomong-ngomong drama yang disutradarai oleh Lee Won Tae ini bagi saya cukup singkat, karena hanya berjumlah dua belas episode. Jadi cukup enak dinikmati bagi kalian yang tidak suka drama dengan episode yang panjang. Kendati demikian, penyelesaian konfliknya tidak terkesan dipaksakan kok, malah porsinya pas.

Drama Payback mulai tayang pada 6 Januari 2023 dan baru saja menyelesaikan episode terakhirnya pada sabtu malam lalu dengan kesan yang cukup menggembirakan. Sebab sejak dihari penayangannya saja, drama Payback sudah mendapatkan banyak cinta dari penontonnya loh!

Jadi enggak heran, bila drama Payback menjadi salah satu drama yang saya rekomendasikan bagi kalian yang murni menyukai tema thriller balas dendam. Sebab drama Payback tidak ada love line-nya sama sekali. Jarang-jarang ‘kan drakor enggak ada love line-nya, tapi masih mendapatkan banyak cinta dari para penontonnya?



Lantas drama Payback bercerita tentang apa sih?

Sinopsis Drama Payback 2023

Drama Payback secara singkatnya bercerita tentang aksi balas dendam seorang putri bernama Park Joon Kyung (yang diperankan oleh Moon Che Won) terhadap kelompok kartel uang yang dipimpin oleh Myung In Joo ( diperankan oleh Kim Hong Pa). Joon Kyung menuntut balas dendam karena penguasa kartel tersebut telah membuat perusahaan ibunya bangkrut dan diambil alih oleh ketua Myung. Hal tersebut tentu dengan cara yang tidak logis. Sebab dalam membangun kartel uangnya tersebut, ketua Myung bisa melakukan berbagai cara seperti pemerasan, kekerasan, penipuan dan berbagai trik tipu muslihat lainnya.

Bahkan, tidak hanya mengambil alih secara paksa. Ketua Myung memanfaatkan profesi menantunya yang bekerja di kejaksaan untuk membuat para korbannya seolah-olah menjadi tersangka, baik dalam kasus suap maupun kasus pidana lainnya. 

Akan tetapi karena ibu Joon Kyung yang tidak terpengaruh oleh kasus seperti itu dan tetap ingin menjaga perusahaannya, ketua Myung memutuskan mengambil jalan pintas dengan mengakhiri nyawa ibu Joon Kyung. Kala itu ibu Joon Kyung dibuat seolah-olah tengah bunuh diri karena stress dalam kasus suap yang dialaminya.

Sang putri yang merasa janggal dengan kematian juga kasus ibunya memutuskan untuk melakukan investigasi secara pribadi dan melakukan balas dendam. Dia dibantu oleh Eun Yong (diperankan oleh Lee Sun Kyun) seorang yang bekerja dalam perdangan uang juga pemilik dana ekuitas swasta global sekaligus satu-satunya keluarga yang dimiliki Joon Kyung. Sebab, kendati Eun Yong bukan saudara kandungnya, dia sudah diangap keluarga sejak dibantu oleh ibu Joon Kyung. Seperti halnya pepatah, kadang air lebih kental daripada darah. Begitulah dengan Eun Yong terhadap Joon Kyung dan ibunya.

Dalam aksi balas dendamnya tersebut, Joon Kyung sangat paham bila mereka tidak bisa dilawan dengan hukum yang ada. Sebab dalam kejaksaan saja sudah banyak petinggi yang terlibat. Dengan begitu, Eun Yong menggunakan uangnya untuk meruntuhkan hukum yang ada. 

Kalian tahu sendirilah, kedudukan uang dimata orang-orang penjilat seperti mereka itu menjadi senjata paling mutakhir. Sehingga mereka sendiri tidak sadar, bila uang yang diterimanya sebagai kebahagiaan dan kekuasaan sesaat tersebut sebenarnya adalah  jalan untuk menggali kuburannya sendiri. 

Aksi balas dendam Eun Yong dkk, tentu penuh dengan tipu muslihat pula. Namun Eun Yong bukanlah ketua Myung yang begitu kejam dan serakah. Dia seorang yang cerdas dalam melihat situasi bagitupun lawan. Sehingga dalam hal ini, Eun Yong dkk berhasil meruntuhkan kartel uang milik ketua Myung beserta komplotannya dengan strategi yang elegan.

“Keadilan tanpa kecerdasan adalah kesia-siaan.” Kutipan Eun Yong pada episode ke-11.

Dari aksi balas dendam dan alur Payback tersebut, saya menjadi belajar beberapa hal diantaranya.


1. Keluarga adalah Segala-galanya

Drama Payback memberikan perenungan kepada saya bila keluarga adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang. Dengan kata lain keberadaan keluarga mampu memberikan kekuatan dan energi untuk menjalani hidup.

Seperti halnya yang dilalui oleh Park Joon Kyung dengan Eun Yong. Kendati keduanya bukan keluarga kandung, tapi arti keluarga bagi keduanya begitu lekat dan erat seperti keluarga pada umumnya. Keberadaan Eun Yong adalah sumber kekuatan bagi Joon Kyung. Sehingga keduanya berhasil menjalankan misi untuk membalas dendam terhadap apa yang dilakukan pelaku pada ibu mereka.


2. Kekuasaan bukan Satu-satunya Sumber Kebahagiaan

Dalam drama yang dibintangi Moon Chae Won ini pun saya belajar, bila kekuasaan bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Sama halnya posisi uang, kendati pun saya paham semua butuh uang. Namun dalam hal ini, keduanya tidak bisa menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan bagi manusia.

Coba amati apa yang dialami menantu ketua Myung, ketika dia berhasil menjadi pion Eun Yong dan meruntuhkan kekuasaan ayah mertuanya sendiri. Dia tidak tangggung-tanggung mendapatkan posisi yang fantastis berkat bantuan Eun Yong. Bahkan, uang dan kekuasaan ketua Myung menjadi miliknya. Akan tetapi, bukannya malah “senang” dia merasa khawatir akan kembali jatuh karena telah bekerja sama dengan Eun Yong. Akhirnya dia memutuskan untuk berkhianat Eun Yong dan malah jatuh seperti sang ayah mertua. Keserakahan dan keegoisan menantu ketua Myung tersebut pun bisa menjadi bukti, right?


3. Tetap Berlaku Adil walau Dunia Bertindak Sebaliknya

Drama Payback pun telah memantapkan pemahaman saya untuk tetap bersikap terpuji dalam situasi dan kondisi apapun. Sama halnya tetap bersikap jujur kendati hidup dalam lingkaran yang sering berbuat dusta.

Seperti yang dilakukan oleh Jaksa Jang yang tidak ingin bertindak ilegal dalam mengumpulkan bukti. Dia menjalankan tugasnya sesuai prosedur kendati perlu melalui jalan yang tidak mudah. Tahu sendirilah, posisi Jaksa Jang sebagai junior masih sering mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari para senior. Begitupun dengan sikap Jaksa Jang yang adil juga jujur menjadi alasan pula para senior yang berperilaku curang akan langsung menyingkirkannya. Dalam hal ini, Jaksa Jang mungkin akan mendapatkan kesulitan dalam menyelidiki kasus bahkan dalam promosi jabatannya.

Namun dunia tidak sekejam itu ‘kan? Hitam akan selalu bisa dibersihkan dengan putih. Sama halnya cerita para super hero lain dalam memberantas kejahatan, begitu juga dengan Jaksa Jang. Dengan kegigihannya tersebut berhasil menyingkap atasannya sendiri. Sebab kemenangan tetap berpihak pada orang yang tepat.


Nah, itulah pembelajaran hidup yang bisa saya renungkan dari drakor Payback. Lantas bagaimana menurut kalian?


Kesenjangan Sosial dalam Cerpen Mek Mencoba Menolak Memijit karya Rizqi Turama

 

“Keadilan menjadi barang sukar,

ketika hukum hanya tegak pada yang bayar.”

 

-  Najwa Shihab

 

Rizqi Turama merupakan alumi angkatan 2008, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sriwijaya. Kemudian pengarang melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada Program Pascasarjana Ilmu Sastra dan menyelesaikan studinya pada tahun 2015. Semasa studi Pascasarjana, pengarang menerbitkan dua buah novel bergenre action, yakni Sniper: Man Kill Batallion dan Kampus Elite Berhantu yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh Penerbit Gerrmedia Presindo.

Seorang pengarang berkelahiran Kota Pempek ini, pernah mengikuti Kelas Cerpen Kompas yang dipandu oleh Putu Fajar Arcana dan Joko Pinurbo, pada November 2016 di Borobudur Writer and Cultural Festival. Selain sebagai dosen di Universitas Sriwijaya, pengarang juga aktif di Sanggar EKS dan Komunitas Kota Kata Palembang. Salah satu prestasinya pada tahun 2018, Rizki Taruma kembali menerbitkan buku berjudul Teriakan dalam Bungkam yang diterbitkan oleh Penerbit Hysteria.



Cerpen Mek Mencoba Menolak Memijit bercerita tentang Mek dan suaminya yang seorang perantau. Mereka  hidup bergantung dari mengurus lahan atau tanah Pak Minto. Lahan yang awalnya tidak terurus itu, dimanfaatkan Mek untuk bercocok tanam. Suatu hari Mek tiga kali berturut-turut bermimpi tentang lelaki berpakaian putih. Dalam mimpinya, lelaki itu mengatakan Mek untuk menjadi tukang urut. Ketika menceritakan hal tersebut kepada suaminya, Mek hanya mendapatkan reaksi biasa. Menurut suami, lebih baik memikirkan hal yang lain, seperti mencari pekerjaan baru karena lahan Pak Minto akan dijual untuk dibangun minimarket warabala.

Sulitnya  mencari pekerjaan dan tidak ada lahan yang bisa dikerjakan, akhirnya Mek dan keluarganya memutuskan untuk merantau ke kota provinsi. Di kota provinsi mereka mengontrak petak kecil di sudut gang kumuh. Beberapa hari kemudian, datanglah seorang wanita kaya yang meminta Mek untuk memijit bahunya. Wanita itu berusaha untuk meyakinkan Mek, setelah berulang kali Mek menolak. Namun, ketika Mek dengan senang hati menuruti permintaan wanita kaya untuk mengurut bahunya, dia mengatakan kalau suaminya telah membeli lahan milik Pak Minto dengan harga yang pas untuk dibangun minimarket warabala. Mendengar cerita itu Mek tahu, tinggal satu usapan jempol lagi urat salah tempat yang ada di bahu wanita kaya akan sembuh. Akan tetapi, saat itu juga Mek memutuskan menolak untuk memijit.

Cerita Mek Mencoba Menolak Memijit dianalisis menggunakan kajian kontekstual dan pendekatan sosiologis. Rizqi Turama menggambarkan  fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang dikemas secara menarik dan lugas. Dalam cerita, pengarang berupaya menunjukkan keprihatinannya terhadap rakyat kecil, juga teguran gamblang untuk para penguasa.

Secara linguistik Cerpen Mek Mencoba Menolak Memijit banyak menggunakan diksi yang mengandung semantik dan terdapat majas asidenton. Seperti pada kutipan berikut ini.

 

“Panen yang sudah dibayangkan oleh Mek dan suami seketika harus menguap.” (paragraf  17)

Kata menguap pada frasa seketika harus menguap diartikan sebagai hilang atau lenyap dalam sekejap. Kutipan tersebut menjelaskan bagaimana harapan Mek dan Suami terhadap hasil panen tidak sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya. Terjualnya lahan Pak Minto membuat Mek dan suami menanggung rugi yang tidak sedikit.

 

“.... ada tiga puluh menit yang habis di dalam keheningan yang pekat. .... Meskipun begitu, ada kericuhan dan kegaduhan dalam benak masing-masing....” (paragraf 18


Kutipan pada klausa habis dalam keheningan yang pekat, dapat dimaknai bahwa saat itu Mek dan suami sama-sama diam, tidak mengeluarkan sepatah-katapun. Keduanya merenungi dan berbicara pada diri masing-masing, yang dijelaskan pada kutipan berikutnya yakni ada kericuhan dan kegaduhan dalam benak masing-masing.

 

 “.... Tangan mereka telah terbiasa mencangkul, memupuk, menyiangi.....” (paragraf 21)

Kutipan tersebut termasuk dalam majas asindenton, yakni majas retorika yang menggunakan kata atau frasa, baik benda, hal, peristiwa maupun keadaan yang sederajat secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung, melainkan hanya menggunakan tanda koma sebagai pemisah (Santosa, 1996:148). Majas tersebut terdapat pada kata mencangkul, memupuk, menyiangi. Ketiga kata itu merupakan verba yang menegaskan bahwa Mek dan suami merupakan seorang petani yang sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang telah disebutkan dalam cerpen. Sehingga, penggunaan diksi dalam cerpen menjadi lugas dan selaras.


Penindasan Terhadap Rakyat Kecil

Cerpen Mek Menolak Untuk Memijit karya Rizki Taruma pada dasarnya menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis (the sosiological approach) menurut Semi (1989:46) adalah pendekatan yang bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Santosa  (1996:35-36) bahwa kritik sastra sosial adalah kritik sastra yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Jenis kritik sastra ini ditelaah melalui segi-segi sosial kemasyarakatan, misal memfokuskan masalah kandungan sosial karya sastra dari segi pendidikan, lembaga perkawinan, ideologi, politik, pemerintahan, dan ekonomi.

Pada cerpen ini menceritakan kehidupan tokoh Mek dan suami yang memutuskan merantau untuk mengadu nasib. Akan tetapi, kota perantauan yang dituju  juga tidak memberikan perubahan yang berarti untuk keluarga Mek.

 

lahan itu sudah dijual. Ada orang yang mau membangun minimarket warabala di sana. Kabarnya satu atau dua bulan lagi pembangunan akan dimulai.” (paragraf 15)

Kutipan di atas merupakan ucapan dari pemilik lahan yang berkunjung ke rumah Mek. Pemilik lahan yang bernama Pak Minto mencoba mengatakan bahwa tanah atau lahan yang diurus Mek dan suami sudah dijual dan akan segera dibangun minimarket waralaba. Meski sebelum pulang Pak Minto memberi uang ganti rugi atas tanaman yang akan dipanen, namun uang tersebut tidak bisa menutupi kerugian Mek bila dibandingkan dengan hasil panen.

Kutipan tersebut juga membuktikan adanya penindasan terhadap rakyat kecil seperti Mek. Pembangunan yang dilakukan secara berkala dan telah menjamur bahkan pada pelosok-pelosok daerah, membuat posisi rakyat kecil semakin tergusur. Lahan-lahan yang biasanya dimanfaatkan untuk bercocok tanam dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kini telah berubah wujud. Lahan berubah menjadi bangunan yang merujuk pada kegiatan monopoli. Sehingga rakyat kecil semakin kehilangan kesejahteraan kehidupannya, akan tetapi penguasa akan terus menguasai.

 

Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Fenomena ini terjadi di hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk, menjadi salah satu faktor  terjadinya kesenjangan sosial. Sehingga muncul berbagai permasalahan seperti kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan.

Dalam karya Rizqi Turama ini, kesenjangan sosial seolah menjadi ciri khas dalam cerita. Pengarang menunjukkan kondisi sosial yang kontras. Salah satu penggalan, terdapat pada kutipan berikut.

 

“Tolonglah. Aku akan bayar lebih mahal ketimang rumah spa langgananku. Sembuhkanlah bahuku, Mek,” wanita itu bertutur lancar.” (paragraf 34)

Dalam cerita, wanita–istri pengusaha muda kaya datang menemui Mek, meminta untuk diurut bahunya. Namun ketika itu Mek menolak, karena dia sama sekali tidak tahu cara untuk mengurut. Namun, dengan bujuk rayu yang dilakukan wanita itu sembari mengeluarkan dua lembar kertas berwarna merah sebagai uang muka, akhirnya Mek mempersilakan wanita itu merebah disatu-satunya kasur tipis di rumahnya.

Seperti tidak dapat diselesaikan, masalah ekonomi menjadi permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemerataan ekonomi seolah menjadi wacana tanpa ada realisasi yang berarti. Tingkat pengangguran dan sulitnya lapangan pekerjaan, khususnya bagi masyarakat kecil menjadi momok yang selalu tumbuh subur.

Begitu pun yang ditulis oleh pengarang Mek Mencoba Menolak Memijit, kesenjangan ditunjukkan ketika Sang Wanita dengan segampangnya memberikan uang kepada Mek, bahkan akan berniat membayar mahal Mek.  Namun berbanding terbalik dengan kondisi Mek dan suami. Tempat tinggal mereka tergusur, kesulitan dalam mencari pekerjaan. Mencari sumber penghasilan lain selain mencangkul, memupuk, menyiangi tidaklah mudah untuk mereka. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan membuat Mek dan suami tersisih.

Bukan hanya itu, suami wanita kaya itu pun dengan mudah bernegosisi dengan Pak Minto dalam transaksinya membeli lahan. Uang–kini seolah menjadi benda kesepakatan, menjadi tanda jadi, tanda damai meski mempunyai dampak yang tidak pernah terduga.

 

Adab dan Budaya

Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama agama Islam. Namun, kata adab tidak dikhususkan dalam agama Islam saja, karena secara umum adab mengenai sopan santun. Kata budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : pikiran; akal budi: dan  adat istiadat.

Dalam cerpen Mek Mencoba Menolak Memijit terdapat adab dan budaya yang ditunjukkan oleh pengarang. Meski tidak terlalu menonjolkan hal tersebut dapat dilihat melalui kutipan berikut.

 

“Mek diam. Menatap lantai rumah.” (paragraf 10)

Kutipan di atas menceritakan Mek yang bercerita kepada suami tentang mimpi lelaki berbaju putih selama tiga hari berturut-turut, yang di dalam mimpi lelaki itu mengatakan bahwa Mek akan menjadi tukang urut. Mendengar cerita itu, suami Mek hanya menarik napas dalam-dalam. Mek hanya mendapatkan reaksi biasa. Menurut suami, lebih baik memikirkan hal yang lain, seperti mencari pekerjaan baru. Karena sudah tiga kali pula suami Mek ditolak kerja di tempat orang. Mendapatkan ungkapan seperti itu, Mek diam dan menatap lantai rumah.

Dalam kalimat Mek diam. Menatap lantai rumah. Menunjukkan adap Mek terhadap suami. Hal tersebut digambarkan dalam gerak atau tingkah laku Mek. Tidak membantah, tidak menyanggah ataupun tidak membalas balik apa yang dikatakan suami kepada Mek adalah sikap sopan santun. Ketika itu, Mek berusaha menjaga perasaan suami yang sedang mendapatkan tekanan dalam pikirannya.

Cerita Mek Mencoba Menolak Memijit juga terdapat nilai budaya. Pada hal ini, pengarang menjelaskan melalui kebiasaan tokoh dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti yang terdapat pada kutipan berikut.

 

“.... Tangan mereka telah terbiasa mencangkul, memupuk, menyiangi. Sementara lahan semakin sempit dan kebun orang lain sudah punya penggarapnya sendiri.”  (paragraf 21)

Kutipan di atas menceritakan bahwa Mek dan suami kesulitan mencari pekerjaan setelah lahan Pak Minto dijual untuk dijadikan minimarket waralaba. Sebagai rakyat kecil yang hanya memiliki kemampuan terbatas dan hanya mengandalkan tenaga, mencangkul, memupuk, menyiangi merupakan hal biasa yang dilakukan mereka. Seperti sebelum lahan itu dijual, mereka memanfaatkan lahan Pak Minto dengan menanam beberapa tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketiga kata mencangkul, memupuk, menyiangi, merupakan ciri khas atau kegiatan khas dari seorang petani. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa ketiga kata verba itu merupakan kebiasaan dari masyarakat tertentu khususnya rakyat kecil yang memiliki profesi sebagai petani.

Rizqi Turama membungkus ide cerita dengan melihat fenomena sosial sekitar. Dengan bahasa yang mudah dipahami meski ada beberapa klausa dan frasa yang mengandung unsur semantik dan sebuah majas asendenton. Akan tetapi secara keseluruhan bahasa yang digunakan menggunakan kata denotatif. Pengarang menggunakan konteks bahasa yang sesuai dengan porsi masyarakat menengah ke bawah yang menggunakan bahasa sehari-hari.

Konteks ideologi yang terdapat pada cerpen  Mek Mencoba Menolak Memijit menggunakan ideologi feodalisme. Hal tersebut ditunjukkan ketika Pak Minto sebagai tuan tanah meminta Mek dan keluarga untuk segera pindah dari tempat tinggalnya, dan meminta kembali lahan untuk dibangun minimarket waralaba. Juga ketika, wanita–istri dari pemuda kaya meminta Mek untuk mengurut bahunya yang sakit, dia dengan mudah menyodorkan uang sebagai uang muka.

Dalam cerpen ini ada bentuk penyimpangan terhadap bahasa yang terdapat pada unsur dialek. Dialek itu sendiri dapat dipahami sebagai adanya perbedaan variasi bahasa yang disebabkan oleh penutur (Nurgiantoro, 2017). Cerpen Mek Mencoba Menolak Memijit terdapat satu kata dialek jawa, yakni kata “Kutambahi” dalam bahasa Jawa yang merupakan deviasi terhadap literatur. Secara tata bahasa yang benar bukan menggunakan sufiks –i melainkan sufiks –kan, yakni “kutambahkan”.

Rizqi Turama sebagai pengarang memposisikan dirinya dengan mengambil sudut pandang terhadap rakyat kecil. Dia mencoba menggambarkan kondisi sosial utamanya kesenjangan sosial ekonomi yang kontras pada masyakat. Pembangunan minimarket waralaba yang semakin hari menjamur di lingkungan pelosok-pelosok negeri, mengurangi dan bahkan menyisihkan para pedagang kelontong. Fenomena ini yang mungkin membuat pengarang menuliskan cerita mengenai keresahan yang terjadi pada masyarakat kecil. Pengarang berusaha mencerminkan kondisi sosial melalui karya, sebagai salah satu petisinya dalam memerangi kesenjangan sosial atau fenomena yang terjadi saat ini.

 

 

 

 

Daftar Bacaan

Santosa, Puji. 1996. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan dalam Tanya Jawab. Flores: Nusa Indah.

Semi, Atar.1989.Kritik Sastra.Bandung: Penerbit Angkasa.

Nurgiyantoro, Burhan. 2017. Stilistika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Turama, Rizqi.2019.Mek Mencoba Menolak Memijit. Kliping Sastra.11 Februari 2019.https:// klipingsastra.com /id / mek-mencoba-menolak-memijit.html, diakses 25 Maret 2019.

https://id.wikipedia.org/wiki/Adab, diakses pada 20 April 2019.

http://jagokata.com/kata-bijak/kata-keadilan.html, diakses 19 April 2019.

Kristya, Ananta.2014.Kesenjangan Sosial di Masyarakat Indonesia.Kompasiana.com.29 Desember 2014.https://www.kompasiana.com/anantatk/54f919e6a33311f9028b4794/kesenjangan-sosial-di-masyarakat-indonesia, diakses pada 18 April 2019.


3 Drama Memukau Woo Hee Jin

Ngomong-ngomong tentang perdrakoran lagi nih, pernah enggak sih Teteman merasa gagal fokus bukan dengan pemeran utama melainkan pemeran pendukungnya?

Bahkan bukan pula dengan second lead, tapi keberadaan tokoh pada karakternya yang berhasil memberikan warna yang begitu mendukung cerita, pernah?

Dari beberapa drakor yang telah saya tonton selama ini, saya jadi gagal fokus dengan aktris Woo Hee Jin. Perannya dalam setiap drama kendati tidak terlalu ditonjolkan, tapi menurut saya malah mendukung cerita dalam drama yang dimainkan.

Aktris satu ini cukup keren sih pembawaan karakterannya dalam setiap drama.  Benar-benar terkesan totalitas dan begitu ahli dalam berseni peran. Padahal dia kerap kali membawakan karakter yang berbeda-beda loh!

Eh, tunggu! Teteman tahu ‘kan siapa Woo Hee Jin yang saya maksud ini?

Woo Hye Jin adalah seorang aktris yang berasal dari Korea Selatan. Dia memulai karirnya sebagai model. Kemudian pada tahun 1987 merambah ke dunia seni peran. Wanita kelahiran Seol pada 24 Mei 1975 ini mulai dikenal setelah membintangi drama berjudul Feelings pada 1994.

Aktris yang pernah memenangkan perhargaan Excellence Award dan Actress in Serial Drama ini adalah seorang lulusan Institut  Seni Seoul Jurusan Teater. Jadi, enggak heran deh bila aktris yang sedang bernaung dibawah agensi bernama HM Entertainment ini begitu lihai memainkan berbagai karakter, right?

Lantas apa saja deretan drama yang dibintangi Woo Hee Jin yang berhasil membuat saya gagal fokus tersebut?



3. Kang Min Jae dalam Drama Korea Healer 2014

Diurutan ketiga, ada karakter Woo Hee Jin dalam drakor Healer yang pernah tayang pada tahun 2014. Dalam drakor ini, Woo Hee Jin bergabung dengan Park Min Young, Ji Chang Wook dan Yu Ji Tae. Dia berperan sebagai Kang Min Jae seorang Kepala Divisi Pemberitaan ABS News.

Kang Min Jae digambarkan sebagai wanita yang percaya diri, cantik juga cerdas. Sebab enggak tanggung-tanggung, dia berhasil menjadi kepala devisi diusia yang tergolong muda.

Dalam cerita kendati dia berpelampilan seperti seorang yang keras, tapi pada kenyataannya dia oleh yang lemah lembut. Dia membantu yang kekasih Kim Mun Ho (Paman Oh Ji An) dalam membokar kejahatan dengan membeberkan bukti kepada publik.

Walaupun dia harus mempertaruhkan karirnya yang cemerlang tersebut, Kang Min Jae berhasil membuktikan bila kadangkala kebenaran memang perlu diungkapkan meski dengan berbagai cara.

 

2. Chung Yu Mi dalam Drama Korea Angels Last Mission: Love 2019

Kemudian diurutan kedua, peran Woo Hee Jin dalam Drama Korea Angels Last Mission: Love. Dalam perannya kali ini, Woo Hee Jin bergabung bersama Shin Hye Sun dan Kim Myun Soo atau L (Infinite).

Dalam drakor Angels Last Mission: Love, Woo Hee Jin berperan sebagai Chung Yu Mi. Seorang asisten keluarga yang begitu setia, sehingga dipercayai oleh majikannya. Bahkan, telah dianggap orang paling tua di rumah karena majikannya adalah seorang putri yatim piatu. Dapat dikatakan pula, bila peran Woo Hee Jin sebagai Chung Yu Mi dalam drama ini juga berhubungan dengan peran sebagai orang tua.

Fyi dalam drama ini Woo Hee Jin menurut saya berhasil membawakan karakter yang kocak tapi serius. Nah, bagaimana itu? Dibalik tugasnya untuk melindungi sang majikan, Woo Hee Jin pun sukses berakting komedi. Sehingga pada karakternya kali ini, ada warna baru yang berhasil menambah pendalaman karakter Woo Hee Jin. Bukan hanya itu, perannya tersebut pun sukses membuat cerita Angels Last Mission: Love begitu hidup.  

1.  Oh Soo Yeon dalam Drama Korea Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo 2016

Karakter Woo Hee Jin dalam Drama Korea Moon Lovers: Scrarlet Heart Ryeo menjadi peran yang begitu berkesan bagi saya. Dalam drama yang telah tayang pada 2016 ini, Woo Hee Jin beradu akting dengan Lee Ji Eun (IU), Lee Joon Gi dkk. Dia berperan sebagai Kepala Dayang Oh Soo Yeon yang begitu peduli kepada Hae Soo. Bahkan dia telah menganggapnya sebagai putri sendiri.

Kisah dari Kepala Dayang Oh sendiri cukup menyanyat hati. Oleh sebab itu, dia merelakan nyawanya untuk melindungi Hae Soo dari tipu muslihat ratu. Hal tersebut dikarenakannya Hae Soo terlalu mendapat perhatian dari para pangeran dan membuat ratu murka dan ingin menghilangkan jejaknya sebagai seorang pembunuh yang meracuni pangeran.

Kepala Dayang Oh yang mengetahui akal bulus itu memutuskan menggantikan posisi Hae Soo dan meminta raja untuk melindungi putrinya tersebut. Dia tidak ingin Hae Soo mempunyai nasib yang sama dengan dirinya. Sebab sebenarnya, Kepala Dayang Oh adalah wanita yang dicintai oleh raja. Namun dia tidak bisa mendampingi raja (sebagai ratu) karena alasan peraturan kerajaan. Alhasil dia hanya bisa mendampingi raja sebagai pelayan.

Kendati demikian, posisi Kepala Dayang Oh begitu dicemburui oleh ratu serta para selir. Sebab bagaimana pun keadaannya, di hati raja hanya ada wanita bernama Oh Soo Yeon. Bahkan, hingga raja wafat.

Dalam karakternya ini, tentu peran Woo Hee Jin begitu berbanding terbalik pada karakternya dalam Angels Last Mission: Love. Dalam drakor ini, Woo Hee Jin benar-benar membawa karakter serius, keras dan lembut. Namun menurut saya, dia telah sukses membawakan karakter Kepala Dayang Oh Soo Yeon sehingga membuat saya gagal fokus di drama ini.

Well... itulah ketiga drama Woo Hee Jin yang berhasil memukau saya kendati perannya sebatas peran pendukung. Nah, bagaimana dengan Teteman?