Surat dari Langit (Review Novel Di Bawah Lindungan Kabah karya HAMKA)

Di Bawah Lindungan Kabah–siapa sih yang familiar mendengar judul tersebut, entah itu film atau karya sastra novelnya? Kendati karya sastra telah cukup lama, tapi Di Bawah Lindungan Kabah begitu eksis, right?

Bahkan, saking lamanya saya  tidak ingat apakah pernah menonton film ini atau belum? Sebab saya kira film tersebut ditayangkan ketika saya masih kecil. Saat saya masih ikut-ikutan kakak yang hobi pula mengkoleksi film dalam kaset. Maklum, dulu belum secanggih sekarang yang bisa berlangganan film diaplikasi tertentu, haha.

Hingga pada akhirnya saya jadi penasaran tentang Novel Di Bawah Lindungan Kabah ini, setelah membaca pula beberapa karya dari sang pengarang Buya Hamka. Serius, karya beliau tidak pernah mengecewakan.

Fyi, siapa sih yang enggak tahu HAMKA?

HAMKA atau Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah seorang pengarang modern yang memelopori genre religi di Indonesia. Beliau lahir di Kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat. Pengarang yang lahir pada 17 Februari 1908 ini selain dikenal sebagai sastrawan, juga seorang wartawan dan aktivis politik kenamaan.

Beliau pernah mendapat pendidikan di Sekolah Dasar Maninjau sampai kelas dua dan melanjutkan ke Sumatra Thawalib di Padang Panjang. Di sana beliau mempelajari agama dan bahasa Arab.

Selain mempelajari agama dan bahasa Arab, secara ototidak HAMKA mempelajari berbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat, sejarah, sosiologi, sastra dan politik Islam maupun barat. Jadi enggak heran bila kekayaan intelektual Hamka tersebut dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Kairo.

Pada 24 Juli 1981, beliu meninggal diusia 73 tahun dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Di Bawah Lindungan Kabah merupakan salah satu karya beliau. Selain itu karya-karya beliau lainnya yakni Tenggelamnya Kapal Van Der Wick, Merantau ke Deli dll.

Review Novel Di Bawah Lindungan Kabah karya HAMKA

Identitas Buku

Judul Novel      : Di Bawah Lindungan Kabah

Pengarang       : HAMKA ( Haji Abdul Malik Karim Amrullah)

Penerbit          : Gema Insani

Cetakan           : VI, 2022

Tebal               : ±  91 hlm.

Di Bawah Lindungan Kabah secara garis besar bercerita tentang perjalanan kisah seorang pemuda bernama Hamid dengan pujaan hatinya Zainab. Keduanya hanya seorang insan yang saling menaruh hati, tapi terhalang oleh situasi dan keadaan. Sehingga mereka hanya bisa menyatakan perasaan dalam diam dan abadi.

Hal tersebut dilatarbelakangi oleh permintaan ibu Hamid sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Sang ibu berpesan bila tidak etis Hamid menaruh rasa pada Zainab. Sebab semasa ada Haji Ja’far–ayah Zainab, keluarga mereka membantu Hamid dalam urusan pendidikannya. Enggak hanya itu, keluarga mereka juga baik kepada Hamid yang seorang anak yatim sejak kecil. Mereka sudah banyak berjasa dalam kehidupan Hamid dan ibunya.

Bukan hanya menyoal tentang balas budi, dari strata sosial saja mereka bagaikan langit dan bumi. Hal itulah pula yang membuat Hamid tidak memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya selama ini. Sebab, bagi Hamid pun Zainab dapat bertemu dengan laki-laki yang lebih baik dari dirinya.

Hingga pada akhirnya, karena Hamid tidak bisa lagi menahan perasaannya pada Zainab. Dia memutuskan untuk pergi jauh dan fokus beribadah di tanah suci. Namun kepergiaan Hamid dari kampung halamannya tersebut, malah memberikan duka yang begitu mendalam bagi Zainab.

Ngomong-ngomong sebelum memutuskan merantau, ada satu kejadian yang tidak bisa Hamid bendung sendiri, yakni tentang perjodohan Zainab dengan keluarga jauhnya. Hal tersebut yang membuat perasaan Hamid kacau. Dia semakin bimbang dan dilema. Hamid takut, bila keberadaannya disekitar Zainab malah merusak acara tersebut. Hal itulah yang membulatkan tekad Hamid untuk pergi sejauh mungkin dan berupaya mendekatkan diri pada Sang Pencinta sembari mencari petunjuk-Nya.

Namun pada kenyataannya, Zainab tidak ingin menikah selain dengan Hamid. Dia membatalkan rencana pernikahannya tersebut dan dengan setia menunggu Hamid pulang ke kampung. Akan tetapi, harapan Zainab tersebut sia-sia. Kalaupun Zainab ingin memberitahu perasaannya, dia tidak tahu harus menulis dan mengirimkannya ke mana? Sebab sejak berita rencana penikahannya tersebut, Hamid bak hilang ditelan bumi.

Hal tersebut membuat psikis Zainab terganggu. Bahkan, jiwa dan raganya sakit dan kian memburuk. Di satu sisi, dalam belahan dunia lain, begitu pula dengan Hamid.

Sampai pada akhirnya, salah seorang suami teman Zainab bertemu dengan Hamid di tanah suci. Dia mengirimi kabar tersebut kepada Zainab dan berupaya menegosiasikan perihal keduanya. Namun tak berselang lama berkirim surat tersebut, kondisi Zainab begitu kritis hingga dia meninggal dunia dengan rasa yang menumpuk dan utuh untuk Hamid.

Lantas tak lama Hamid mendapat balasan surat dari istri teman Zainab dan memberitahukan kabar duka mengenai Zainab yang telah meninggal dunia tersebut, ternyata tak berselang lama Hamid juga menyusul sang pujaan hatinya.

Well... itulah kisah dari Novel Di Bawah Lindungan Kabah karya Hamka. Ceritanya ringan dengan banyak kesan yang mendalam bagi saya pribadi. Saya tidak menyangka bila Pak Hamka dapat menulis kisah roman yang begitu lembut. Bahkan, bagi saya ini adalah novel roman terbaik sih, dari bacaan yang telah saya baca sebelumnya. Bahkan, dari berbagai koleksi roman yang saya miliki.

Kendati Novel Di Bawah Lindungan Kabah bergenre roman, banyak hal yang bisa saya petik dari kisah Hamid dan Zainab. Salah satunya, bagaimana cara Hamid menjaga marwahnya dan memutuskan mengalahkan hawa nafsu untuk “memiliki” cinta pada makhluk, tapi Hamid lebih memutuskan untuk menjaga cintanya tersebut dan mendekat kepada Sang Pembolak-balik Hati.

Dari ending cerita, kisah Di Bawah Lindungan Kabah memang terkesan sad ending. Kedua tokoh utama meninggal dalam keadaan sakit karena memendam rindu yang mendalam. Namun bagi saya, kisah Hamid dan Zainab malah happy ending.

Sebab bisa jadi, tragedi yang terjadi pada keduanya tersebut membuat mereka dapat menjaga diri dari hal-hal yang “merugikan”. Toh! kendati kisah Hamid dan Zainab adalah fiksi, tapi siapa tahu mereka akan dipersatukan dalam alam yang berbeda?

3 Novel Tema Pendidikan Paling Inspiratif

Ngomongin masalah pendidikan seperti enggak ada habisnya ya? Ada saja yang dapat dibahas seperti kenapa sih kurikulum selalu berubah-ubah, sampai kapan guru berkutat dengan tugas administrasinya dan apakah hidup guru honorer sudah sejarahtera? Upss!

Bukannya apa-apa, hanya miris saja melihat kondisi di negeri ini, apalagi freshgraduate pendidikan yang sedang luntang-lantung. Kendati mereka telah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya pun, belum tentu mendapatkan hak yang sebanding saat memperjuangkan gelarnya sebagai guru tersebut.

Saya jadi ingat ungkapan salah seorang teman, “Kalau jadi guru honorer jangan berharap banyak, anggap saja sedang menebar pahala.” Heeem, sebegitu kerasnya ‘kah perjuangan para guru muda di luar sana? Semoga niat dan perjuangan Teteman diganti dengan rizeki yang lebih barakah ya?

Sebab menjadi guru itu enggak mudah loh! Benar enggak?

3 Novel Tema Pendidikan Paling Inspiratif


Pengalaman saja sih, kendati hanya sedang praktik dalam beberapa bulan rasanya sungguh nano-nano. Menjadi seorang guru sama halnya perlu menguasai berbagai macam hal, enggak hanya tentang kognitif saja.

Salah satu gambarannya dalam hal ini yakni perlu menguasai seni dalam mengenal karakter peserta didik, seni mengajar, seni mengelola emosi dan sebagainya. Jadi, menjadi guru enggak sesederhana itu.

Dengan berbagai perjuangan yang enggak ringan tersebut, kadang saya menjadi prihatin ketika membaca ataupun menonton sebuah berita yang menyiarkan tentang seorang guru dilaporkan ke pihak berwajib karena menghukum siswa dll.

Jadi geleng-geleng kepala dan em*si saya tuh! Tidak tahu kah, bila setiap tempat (baik sekolah dll) mempunyai kebijakan dan aturan yang berbeda?

Ngomong-ngomong, kalau membahas hal tersebut di atas rasa-rasanya enggak akan cukup dalam sekali duduk. Oleh karenanya, mari kita cermati sisi lain dari pendidikan terutama mengenai peran seorang guru melalui tiga karya sastra berikut ini.

Fyi... saya tahu, diluar sana banyak sekali literatur tema pendidikan yang bagus. Namun tiga karya berikut begitu berkesan dan inspiratif bagi saya pribadi. Semoga dapat menjadi salah satu rekomendasi bacaan untuk Teteman pula ya?

Nah, apa sajakah 3 novel tema pendidikan paling inspiratif tersebut?

3. Novel Guru Aini karya Andrea Hirata

Diurutan ketiga ada karyanya Pak Cik berjudul Guru Aini. Novel ini merupakan presekuel dari Novel Orang-Orang Biasa.  Novel Guru Aini diterbitkan oleh Penerbit Bentang dengan tebal xii ± 336 halaman, pada Februari 2020.

Novel Guru Aini bukan bercerita tentang guru bernama Aini ya, melainkan menceritakan gurunya dari seorang siswi bernama Aini. Nah, gurunya Aini ini bernama Bu Desi.

Pada awalnya saat membaca judulnya saya cukup bingung, apakah Aini memutuskan menjadi guru dan mengubur mimpinya untuk menjadi dokter? Namun ternyata saya hanya terkecoh. Walaupun judulnya cukup ambigu, tapi setelah membaca novelnya saya jadi paham, hahaha.

Fyi, kilas balik dalam Novel Orang-Orang Biasa Aini diterima Fakultas Kedokteran dan merasa patah arang karena ekonomi. Sembari mengingat-ingat, Teteman dapat membaca kembali review Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata.

Seperti yang sebelumnya saya ungkapkan, Novel Guru Aini merupakan cerita perjuangan gurunya Aini yang bernama Bu Desi. Beliau seorang guru Matematika yang dikenal sebagai orang yang idealis.

Sebab untuk menjadi seorang guru saja, beliau telah melalui berbagai lika-liku. Salah satu contohnya, dia ingin mengubah persepsi siswa terhadap Matematika. Namun situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau untuk mewujudkan hal tersebut. You know-lah, bagaimana rumitnya angka dan rumus dalam Matematika dilingkup lingkungan dengan akses terbatas?

Bu Desi untuk menjaga prinsipnya tersebut, dia bertekad untuk selalu memakai sepatu pemberian sang ayah. Dia hanya akan berganti sepatu bila telah menemukan anak yang sesuai dengan keidealisannya tersebut. Bahkan, Bu Desi tidak mengindahkan bagaimana rupa dan bentuk sepatu yang dipakainya selama ini. Saya kira lebih dari kumal.

Hingga sampai akhirnya, berbahagialah Bu Desi dengan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Bu Desi sempat menemukan seorang anak yang cukup mahir dalam bidang tersebut dan akhirnya mengganti sepatu dengan yang baru, haha. Yaa.. kendati kegembiraan tersebut tak bertahan lama. Sebab sang siswa memutuskan berhenti sekolah.

Hingga suatu hari, muncul seorang yang begitu unik, dia bernama Aini. Seseorang yang cukup mirip dengan karakter Bu Desi. Dia begitu ambisius jika telah menginginkan sesuatu, meskipun sering dianggap akan mustahil terwujud.

Namun siapa yang berani menghalangi mimpi seseorang?

Dengan berprinsip pada dedikasinya, Bu Desi membantu Aini Matematika dari nol dan berulang-ulang. Entah berapa juta sabar dan ketelatenan Bu Desi mengajari Aini tersebut sampai akhirnya Aini berhasil menjadi siswa yang berprestasi dan mewujudkan mimpinya untuk masuk Fakultas Kedokteran.

 

Novel Guru Aini karya Andrea Hirata

 

2. Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi

Diurutan kedua ada sebuah novel terjemahan dari Jepang karya Sakae Tsuboi berjudul Dua Belas Pasang Mata. Novel ini cetakan kedua dan diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada September 2016 dengan tebal ± 248 hlm.

Novel ini bercerita tentang seorang guru bernama Bu Oishi dan kedua belas siswanya yang cukup unik dan mengharukan. Sebab tidak mudah sebagai freshgraduate, kemudian ditugaskan mengajar di sebuah desa nelayan yang miskin. Beliau yang masih minim pengalaman tersebut, sempat terlibat pro dan kotra dengan warga di sana.

Hal tersebut tak lain karena Bu Oishi terkesan terlalu modern dan menyalahi budaya. Fyi, novel ini berlatar tahun 1950-an, masih dizaman perang. Kala itu, Bu Oishi yang berpakaian toksedo dan berkendara sepeda dianggap menyebarkan budaya barat. Sebab, pada zaman itu hanya orang tertentu saja yang mempunyai sepeda. Padahal ‘kan, Bu Oishi memang dari keluarga yang mampu dan rumahnya jauh. Jadi, menurut saya wajar saja naik sepeda.

Akan tetapi, warga yang masih belum menerima pandangan tersebut malah dengan terang-terangan memusuhi beliau. Bahkan, ada anak yang tidak diperbolehkan sekolah dan memperlakukan Bu Oishi dengan kurang baik.

Namun Bu Oishi yakin, lambat laun warga dapat menerimanya. Berkaitan dengan hal itu, Bu Oshi mencoba memberikan pendekatan pada warga dan siswa-siswanya. Walaupun tidak mudah, tapi keberadaan Bu Oishi berhasil membuka hati warga dan selalu ditunggu para siswa.

Dalam hal ini, ketelatenan Bu Oishi dan keteguhan hatinya begitu membuat saya tergugah. Dedikasi beliau untuk menyelaraskan sudut pandang agar tetap mengajar di desa nelayan berhasil membuat mata berkaca-kaca.

Bila saja waktu itu, Bu Oishi memutuskan untuk berhenti bagaimana kira-kira ya nasib dari kedua belas pasang mata tersebut?

 



Baca selengkapnya Review Novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi

 

1. Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuronayagi

Novel tema pendidikan paling berkesan dan inspiratif diurutan pertama ada karya Tetsuko Kuronayagi berjudul Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Novel ini telah dicetak dua puluh empat kali pada Agustus 2017 dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan tebal 272 halaman.

Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela secara garis besar bercerita tentang seorang anak perempuan yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. You know-lah, anak yang memilki karakter demikian biasanya enggak akan bisa diam? Begitu pula dengan Totto-chan yang dianggap kurang bisa memperhatikan gurunya.

Hingga suatu hari, sang guru yang sudah tidak tahan dengan Totto-chan dan memintanya untuk pindah sekolah. Beruntung, ibunya menemukan Sekolah Tomoe. Sekolah unik yang berhasil menarik perhatian gadis perempuannya. Ajaibnya, Sekolah Tomoe menyambut Totto-chan dengan hangat, apalagi sang kepala sekolah yakni Mr. Kobayashi.

Sekolah Tomoe unik karena dibagun dari gerbong kereta dan mempunyai sistem dan kurikulum pendidikan sendiri. Hal tersebut dicanangkan oleh sang kepala sekolah yang begitu menyukai anak-anak. Seperti halnya, tidak ada jadwal tetap untuk mata pelajaran di hari tersebut, begitu pun dengan denah tempat duduk siswa.

Sekolah Tomoe memfasilitasi siswa untuk bereksplor sesuai dengan minat pun kesukaan. Sehingga anak-anak tidak merasa tertekan dan terpaksa. Mereka seperti tidak sedang belajar, malah seperti sedang bermain dan bersenang-senang.

Perlakuan tersebut dan ide dari Mr. Kobayashi berhasil memberikan kesan yang begitu mendalam, baik kepada Totto-chan dan siswa lainnya. Bahkan, Totto-chan mengaku beruntung telah bertemu dengan Mr. Kobayashi di masa kecilnya. Sehingga dia tidak lagi dicap sebagai anak yang nakal dll.

Tidak hanya itu, di masa dewasa Totto-chan dia berupaya mengabdikan dirinya untuk kepentingan anak-anak. Hal tersebut tentu tak jauh dari peran dan dedikasi Mr. Kobayashi yang berhasil menyentuh hati siswa-siswanya.

Fyi, kisah dari cerita ini merupakan kisah nyata dari seorang Tetsuko Kuronayagi. Kisah nyata dari seorang penulisnya tentang masa kecil dan pertemuannya dengan seseorang yang luar biasa bernama Mr. Kobayashi.

Baca selengkapnya Review Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuronayagi

 

Well... itulah tiga novel tema pendidikan paling inspiratif versi saya. Bagaimana dengan Teteman?

Sang Bunga Bangkai Boss Girl (Review Novel Tanah Para Bandit karya Tere Liye)

Tanah Para Bandit–novel ke-7 dari series aksi karya Tere Liye belum lama ini telah diterbitkan. Sejujurnya sudah saya tunggu-tunggu sejak lama. Sayang, bila series ini dilewatkan. Sebab novel series aksi karya Bang Tere menjadi salah satu series kesukaan saya sebagai penikmat fiksi. Bagaimana dengan Teteman?

Btw... pada series kali ini, saya tidak terlalu seantusias seperti biasanya. Entah, apakah mungkin karena akan patah hati karena kegalauan Bujang dengan Maria yang kapalnya akan tenggelam? Memang saya belum tahu bagaimana akhir dari Bujang dan Maria, tapi sampai akhir saya tetap Bujang Maria garis keras, hahaha.

Identitas Buku

Judul Novel     : Tanah Para Bandit

Pengarang       : Tere Liye

Penerbit          : PT Sabak Grip

Cetakan           Pertama, Februari 2023

Tebal               : ±  436 hlm.

 

Review Novel Tanah Para Bandit karya Tere Liye









Secara garis besar kisah dari Tanah Para Bandit merupakan perkenalan dari salah satu tokoh misterius yang pernah disinggung Bujang dengan Nyonya Ayako pada novel Bedebah Di Ujung Tanduk. Teteman masih ingat, ketika Bujang tidak bisa menjawab pertanyaan Nyonya Ayako tentang perasaannya kepada Maria enggak?


Nah, dalam series novel kali ini akan dikupas tuntas siapa wanita yang menjadi masa lalu Bujang. Bahkan, sampai saat ini masih membuat Bujang ragu untuk memilih antara wanita masa lalunya atau wanita si gelang Rusia yang tak lain adalah Maria putri Otets.


Ngomong-ngomong, enggak disangka bila pertemuan dengan wanita masa lalu Bujang cukup unik. Mereka bertemu saat masih remaja, menjelang saat Bujang akan dibawa Tauke Muda ke kota provinsi.


Kala itu mereka bertemu di hutan, tempat favorit Bujang ketika ingin meluapkan emosinya. Namun siapa nyana bila tempat tersebut pun merupakan tempat favorit wanita masa lalunya pula?


Wanita masa lalu Bujang tersebut bernama Padma atau bunga bangkai. Bagi saya cukup aneh ya bila seseorang diberi nama bunga bangkai. Namun sang pemberi nama mempunyai alasan tentang legenda padma di talang tempat tinggalnya.


Kata Abu Syik sang kakek, padma satu-satunya bunga yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan hutan. Dia menyerap semua bau busuk di hutan tersebut dan membuat padma kehilangan bau wanginya. Itulah sebabnya padma berbau busuk. Namun dari pengorbanannya tersebut, bunga-bunga yang lain menjadi wangi dan hutan menjadi subur dan indah kembali.


Entah, apakah ada maksud lain Abu Syik memberikan nama tersebut kepada sang cucu. Namun yang pasti dia telah menyiapkan sesuatu yang tidak terduga untuk keberlangsungan hidup Padma. Sebab Padma bukanlah perempuan lemah. Dia sejak kecil dilatih bertarung oleh Abu Syik. Bahkan, bisa jadi dia akan mempunyai kekuatan setara dengan Bujang dan para aliansinya. 


Di hutan tempat favorit tersebut keduanya saling mengutarakan emosi. Mereka menjadi dekat karena saling bercerita satu sama lain. Bahkan, mereka saling  menjadi tempat curhat pertama.


Baca juga:

Review Novel Sesuk karya Tere Liye

Review Novel Rasa karya Tere Liye


Curhatan Bujang kepada Padma tak lain mengenai kesedihannya, ketika sang bapak memarahi ibunya yang saat itu mengetahui Bujang sedang belajar mengaji. Bujang yang begitu lembut tersebut tidak tega dengan ibunya yang diperlakukan sedemikian rupa oleh sang bapak.


Di pihak lain, Padma berkeluh kesah tentang Abu Syik yang begitu keras dalam melatihnya setiap hari. Bahkan, dia telah menerima misi pertama dari Abu Syik yang cukup menguras emosinya.


Eh, bukan dari Abu Syik sendiri sih melainkan sebuah organisasi yang masih disembunyikan identitasnya. Namun yang jelas organisasi tersebut mencoba memberantas kejahatan yang berada dibalik layar tersebut.


Kala itu, Padma mendapat misi untuk menghancurkan kebun ganja beserta orang-orang yang terlibat. Baik wanita dan anak-anak yang berada dilingkungan tersebut pun menjadi sasaran Padma. Sebab kata Abu Syik, tempat itu adalah tempat kotor para menguasa yang gila kekuasaan. Dengan menghancurkan penyokong kekayaannya tersebut, diharapkan bisa memberi jera. Kendati Abu Syik tahu, mereka tidak akan berhenti begitu saja.


Hingga suatu ketika, saat Bujang telah meninggalkan kenangan dan talang tempat tinggalnya. Padma kembali mendapatkan misi yang sama. Namun kali, misinya adalah menggagalkan transaksi tumbuhan terlarang tersebut yang anehnya adalah transaksi dilindungi dan dijaga oleh pihak berwenang.


Aneh, tentu saja. Ini adalah dunia para bandit, selama ada uang semua bisa berkuasa. Selama ada uang, semua dapat berjalan dengan semestinya. Begitupun yang diamati Padma kala itu.


Suatu hari kondisi Abu Syik tidak sekuat sebelumnya. Bahkan, semakin hari kondisinya memburuk. Hingga sampai akhirnya, Abu Syik pergi selama-lamanya meninggalkan Padma dan pengakuan yang sangat mengejutkan.


Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Abu Syik bilang bila dia bukanlah kakek Padma. Abu Syik hanya salah satu dari sekian kebusukan “para bandit” yang telah membunuh orang tua Padma.


Abu Syik meminta maaf dan berpesan agar Padma bisa hidup lebih baik dan terus mekar seperti semestinya bunga padma. Sebab Abu Syik sudah merasa telah mengajarkan semuanya. Kini, dia hanya perlu bergabung dengan organisasi yang sering disebut-sebut Abu Syik tersebut.


Sepeninggal Abu Syik, Padma meninggalkan talang dan membawa secarik alamat yang akan membawanya ke organisasi misterius tersebut. Namun sesampainya di tempat dan jam yang telah disepakati dalam alamat, Padma memutuskan untuk mencari jalannya sendiri. Dia memutuskan untuk tinggal di indikos dan menjadi mahasiswa gadungan di salah satu universitas terbaik di ibu kota.


Bagi Padma, menjadi mahasiswa gadungan cukup menyenangkan. Dia bisa masuk keberbagai fakultas dan belajar banyak hal. Pada awalnya, dia memang ingin menjadi mahasiswa resmi, tapi karena terhalang ijazah dia memutuskan melakukan hal tersebut. Beruntung, tidak ada yang mencurigainya. Para mahasiswa percaya bila Padma salah satu mahasiswa di sana dan suka menjadi mahasiswa tamu dalam salah satu mata kuliah.


Hari-hari menjadi mahasiswa, Padma lambat laun berteman dengan Nina–adik tingkat yang tinggal disebelah kamar indikos Padma. Kendati pada awalnya Nina cukup tertutup kepada Padma, tapi lambat laun mereka menjadi akrab setelah saling berbagi rahasia.


Nina adalah seorang hacker dan ahli dalam bidang IT. Dia menyelundupkan tiga buah komputer di kamar indikosnya. You know-lah, supaya tidak menambah biaya listrik Nina harus sembunyi-sembunyi dari ibu kos. Di pihak lain, Padma mengaku bila dia hanyalah mahasiswa gadungan dan mencukupi kebutuhan hidup dengan mencuri uang pihak-pihak kotor. Seperti pada waktu itu, dia mengambil uang hasil korup polisi, hahaha.


Selain Nina, ada juga Sapti. Teman baru mereka yang ahli dalam mendesain. Dia cukup lihai dalam menduplikat dokumen. Bahkan, sampai menduplikat paspor.


Pada awal mengenal Sapti, Padma hanya tahu bila dia seorang mahasiswa sastra. Kemudian karena Padma sering menggunakan jasa Sapti untuk membuat paspor, lambat laun mereka pun menjadi akrab.


Enggak hanya itu, mereka bertiga menjadi tim yang solid. Bahkan, saking akrabnya Nina dan Sapti sering menggoda Padma mengenai laki-laki cinta Padma dari Talang, haha. Asli, kelakuan mereka tuh mirip sekali dengan Seli kalau sudah kumat menggoda Raib soal Ali, hahaha.


Ngomong-ngomong semenjak ada kasus-kasus diluar nalar yang didengar Padma, sedikit demi sedikit Padma tanpa sengaja menyelami dunia kotor para bedebah. Kendati awalnya dia hanya ingin menolong suami ibu kos yang katanya hilang diculik, akhirnya Padma berhasil mencium bau mencurigakan dari kasus tersebut.


Sama halnya kelakuan anggota shadow economy yang menyamarkan kasus dan mengkambinghitamkan dengan yang lain. Seperti itulah yang diamati oleh Padma. Akhirnya dia memutuskan untuk menyelidiki kasus tersebut dibantu Nina dan Sapti.


Namun sayang, Padma masih terlalu awam untuk tahu dunia gelap tersebut. Dia terlalu polos ketika harus berhadapan dengan para penguasa yang memilih bunuh diri daripada memberi tahu siapa yang memerintahkan mereka. Kendati sampai akhirnya, dia bertemu sang Kaisar yakni  seseorang yang dicarinya karena bantuan dari Chen–seorang polisi Singapura kenalan Sapti. Namun itu tidak bisa memberinya banyak hal.


Akan tetapi beruntung, Padma bisa mengalahkannya. Sebab sang Kaisar juga pernah dilatih seperti Padma oleh Abu Syik di talang. Sayangnya, Kaisar tidak memanfaatkan kelebihannya tersebut untuk memberantas para bandit. Sebab dia adalah salah satu bandit yang ada.


Kendati dapat mengalahkan Kaisar, kondisi Padma cukup mengkhawatirkan. Beruntung ada pertolongan dari Sapti dan seorang wanita yang tidak dikenalnya. Entah siapa wanita tersebut. Namun yang jelas dia salah satu anggota dari organisasi yang pernah disebut oleh Abu Syik. Sebab, wanita tersebut mengucapkan selamat datang di organisasi kepada Padma. Lantas plottwistnya lagi  begitu pula dengan Nina, Sapti dan Chen. Mereka anggota elit terbaik yang dimiliki organisasi.


Well... itulah kisah dari Tanah Para Bandit karya Tere Liye. Kalau dipikir-pikir kisah dari series aksi ternyata cukup membahas banyak hal ya? Pendalaman tokoh yang pada awalnya hanya disinggung pada satu bagian adegan kecil malah meluas dan entah hingga menyimpulkan apa? Haha.


Namun dari yang saya tangkap hingga kini, Talang–menjadi salah satu tempat paling berbahaya sih! Selain melahirkan Bujang yang gagah perkasa, tempat tersebut pun melahirkan para bandit dan bedebah yang menyeramkan. Sebut saja Somad, Si Mata Merah, Basyir, Kaisar dan Padma. Entah, siapa para bandit lainnya yang diciptakan di talang tersebut dengan niat  yang seperti apa?


Sebab orang-orang yang pernah dilatih di talang, tidak selamanya pula mempunyai niat buruk. Sama halnya Abu Syik sang mantan bandit, dia menyokong Padma agar berjalan lurus dan memusuhi penguasa yang seenak jidat menggeruk dan merugikan negara.


Dari sini saya menyimpulkan, bila organisasi misterius yang sering disebut-sebut Abu Syik tersebut merupakan suatu organisasi yang mencoba memberantas para bandit dan bedebah. Bisa jadi mereka tengah mengincar kejayaan anggota shadow economy yang telah lama melebarkan sayapnya ke berbagai belahan dunia.


You know-lah, semua anggota shadow economy adalah bedebah? Mereka suka sekali menggumpulkan kekayaan dan kekuasaan. Mereka siap menindas siapa saja, asal kemauan mereka terpenuhi.


Jikalau begitu, apakah nanti Padma akan berselisih dengan Bujang yang pernah menjadi penguasa shadow economy?


Apakah organisasi misterius yang ingin menghancurkan kejayaan shadow economy tersebut? Apakah itu sebuah organisasi yang digawangi Diego dan anteknya Natasha?


Ah! Enggak tahu deh. Semakin menebak-nebak, saya menjadi pusing dan penasaran sendiri, hahaha.


Oh ya, hampir lupa. Ada satu bab bonus yang akan membuat Teteman tercengang! Dalam bab tersebut berjudul Boss Girl yang tak lain adalah sebutan Padma yang badas.


Pada kisah tersebut dikisahkan, Diego sedang mengalahkan Bujang dan mencoba ingin membunuhnya. Rekan Bujang, Maria, Nyonya Ayako dkk mencoba menyemangati Bujang supaya tetap bertahan. Hingga didetik-detik terakhir ketika Diego ingin melayangkan serangan terakhirnya, dia dihentikan oleh seseorang yang tak lain adalah Padma.


Namun sayangnya, Padma menghentikan Diego bukan untuk menyelamatkan Bujang, melainkan untuk mengakhiri hidup Bujang. Hal tersebut saya kutip dalam dialog Padma yang berujar, “Dan kau Diego, Putra dari Samad, cucu dari Si Mata Merah. Tidak, bukan kau yang berhak membunuh Bujang. Hanya aku yang berhak menghabisinya.”


Bagaimana Teteman, sudah penasaran dengan kelanjutan kisah Tanah Para Bandit?


Ngomong-ngomong, untuk mengerti kelanjutan kisah dari series aksi Tanah Para Bandit, kita tunggu saja di novel selanjutnya di Novel Bandit-Bandit Berkelas. See yaaaa


 

 

 

Baca juga:

Review Novel Pulang karya Tere Liye

Review Novel Pergi karyaTere Liye

Review Novel Gnalup-Pergi karya Tere Liye

Review Novel Bedebah Di Ujung Tanduk karya Tere Liye


 

Secangkir Emosi Ayane dalam Novel Dosa Malaikat (Salvation Of A Sant) karya Keigo Higashino

Kopi–memangnya siapa sih yang enggak suka minuman satu ini? Apalagi jika kalian merupakan anak indie. Sebab senja dan kopi adalah sepasang kenikmatan di dunia, haha. Eh, itu hanya katanya sih! Kalau saya pribadi memang suka keduanya, tapi belum pernah menikmatinya secara bersamaan. Enggak tahu kalau besok, bila ada kesempatan.

Ngomong-ngomong soal kopi nih, saya tidak akan mendeskripsikan bentuk, warna, kandungan dan lain-lain. Sebab kali ini saya ingin membahas salah satu kasus pembunuhan dari secangkir kopi.

Hayoloh pecinta kopi, hati-hati yaaa hehehe jangan sampai jadi korban sianida selanjutnya, ups! Namun sayangnya, kasus ini tidak seperti kasus kopi sianida yang pernah heboh pada masanya. Kendati dengan kasus dan melalui media yang sama.

Sebab kasus kali ini, berasal dari salah satu karya Keigo Higashino berjudul Dosa Malaikat (Salvation Of A Sant). Lantas bagaimanakah kisahnya?


Review Novel Dosa Malaikat (Salvation Of A Sant) karya Keigo Higashino

Identitas Buku

Judul Novel     : Dosa Malaikat (Salvation Of A Sant)

Pengarang       : Keigo Higashino

Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan           : Pertama, 2021

Tebal               : ±  352 hlm.

Secara garis besar Novel Dosa Malaikat bercerita tentang ditemukannya seorang direktur perusahaan IT yang tewas di rumahnya sendiri. Pihak kepolisian menduga bila dia tewas setelah meminum kopi yang dibuatnya sendiri. Pasalnya, dalam investigasi tersebut kepolisian menemukan adanya kandungan arsenik.

Pada awalnya, mereka menduga bila sang korban melakukan bunuh diri. Namun kehadiran seorang saksi mata yang menemukan tewasnya direktur tersebut memberikan asumsi lain. Sebab polisi merasakan hubungan yang tidak wajar pada keduanya.

Kendati demikian, setelah meminta keterangan saksi tersebut, polisi belum menemukan motif pasti. Apakah Direktur IT yang bernama Mashiba Yoshitaka ini melakukan bunuh diri atau dibunuh? Apalagi kasus menjadi semakin rumit ketika pihak kepolisian tidak menemukan taktik pembunuhan tersebut, jika kasus tersebut memang pembunuhan. Di sisi lain, jika memang bunuh diri pun tidak ada bukti jejak keberadaan arsenik.

Fyi... Yoshitaka pada dasarnya sudah menikah, tapi saat itu sang istri–Mita Ayane tengah berkunjung ke rumah orang tuanya. Kemudian saksi mata dalam kasus ini bernama Wakayama Hiromi merupakan murid Ayane.

Ayane sendiri dapat dikatakan sebagai pengerajin kain perca dan mempunyai tempat pelatihan untuk kelas kain perca yang dibantu oleh Hiromi. Hubungan Ayane dan Hiromi sangat dekat. Saat ada acara makan-makan, Hiromi selalu mendapat undangan dari Ayane. Bahkan, dia sangat dipercaya Ayane. Sehingga pada saat Ayane ingin ke rumah orang tuanya, dia menitipkan kunci cadangan kepada Hiromi. Dia juga meminta bantuan untuk sesekali mengecek sang suami bila dikemudian waktu membutuhkan bantuan.

Pada dasarnya rasa percaya dan permintaan tolong Ayane kepada Hiromi sebatas hal lumrah saja. Namun bagaimana jadinya, bila hal tersebut malah menempatkan Hiromi sebagai pelaku dalam kasus ini?

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Yoshitaka ditemukan tewas oleh seseorang dan orang itu tak lain adalah Hiromi. Saat itu Hiromi memberikan kesaksian bila Yoshitaka tidak bisa dihubungi, sehingga dia berupaya mengecek keadaan Yoshitaka dan menemukannya telah tergeletak dengan tumpahan kopi.

Ngomong-ngomong, kesaksian itu menimbulkan berbagai pertanyaan dari kepolisian. Seperti halnya, mengapa Hiromi repot-repot mengecek keadaan Yoshitaka yang notabene merupakan orang dewasa dan suami gurunya atau apakah hal tersebut hanyalah upaya Hiromi sebagai murid setia Ayane?

Alasan Hiromi ketika memberikan kesaksian bila Yoshitaka tidak dapat dihubungi pun menjadi tanda tanya besar kepolisian. Hingga pada akhirnya, firasat dari beberapa detektif pun terbukti bila Yoshitaka dan Hiromi merupakan sepasang kekasih.

Utsumi Kaoru–salah satu detektif perempuan yang menangani kasus ini sudah mengendusnya sejak awal. Dia juga berpendapat, bila Hiromi tidak mungkin membunuh seseorang yang dicintainya, terlebih kini dia telah berbadan dua. Dia malah mencurigai Ayane dan mencoba mencari bukti konkretnya.

Akan tetapi, sang senior Utsumi yakni Detektif Kusanagi malah berpikir sebaliknya. Dia beranggapan Ayane bukanlah sang pelaku sebab mempunyai alibi yang kuat, sedangkan Hiromi dalam pandangan Kusanangi begitu banyak menyimpan misteri. Ada kemungkinan hal tersebut pun dipengaruhi oleh rasa kekaguman Kusanagi kepada Ayane yang dianggapnya sebagai wanita idamannya.

Detektif Utsumi dan Kusanagi seperti satu koin dengan sisi yang berbeda. Oleh sebab itu, keduanya mempunyai cara masing-masing dalam memecahkan kasus ini. keduanya saling memperkuat dan mencoba membuktikan fakta dari pandangan masing-masing.

Setelah Utsumi menyadari bila dia tidak bisa berpikir sejalan dengan Kusanangi yang sedang kasmaran terhadap “pelaku”. Detektif wanita tersebut itupun akhirnya meminta bantuan kepada teman kampus serta sahabat Kusanangi. Dia seorang dosen dan sering pula ikut dalam penyelidikan yang ditangani Kusanagi. Seorang dosen tersebut bernama Yukawa.

Dalam penyelidikan tersebut, menurut saya Yukawa lebih berpikir jernih daripada kedua detektif yang saling beradu pandangan itu. Yukawa tidak memihak pada keduanya, dia netral dan begitu objektif dalam memberikan bantuannya, serta fokus terhadap objek investigasi yang sedang dilakukan.

Ketika Utsumi dan Kusanagi sering pening memikirkan dan mencari bukti-bukti sedekian rupa, tapi mereka tidak menemukan fakta baru yang dapat mengembangkan kasus tersebut. Mereka seperti terus berjalan di jalan buntu dan hampir menyerah. Namun, dalam keadaan genting tersebut akhirnya Yukawa, Utsumi dan Kusanagi akhirnya dapat menyatukan pendapat dan dapat memecahkan kasus tersebut.

Kasus kali ini berdasarkan temuan investigasi bukanlah kasus bunuh diri, melainkan pembunuhan yang dilakukan oleh sang istri yakni Ayane. Hal tersebut dilatarbelakagi oleh adanya rasa tidak adil atau pembelaan diri dari sang pelaku yang merasa ditindas dan tidak dihargai sebagai istri.

Fakta gilanya adalah karena Ayane tidak bisa mempunyai keturuanan yang idam-idamkan Yoshitaka, sedangkan Yoshitaka begitu menginginkan seorang anak. Pada awalnya keduanya telah sempat membuat janji, bila selama setahun pernikahan mereka tidak mempunyai anak maka mereka harus berpisah.

Sejak perjanjian itu, Ayane meletakkan bubuk arsenik ke saluran air di dapur. Ayane yang sudah tahu kondisinya kurang “subur” tersebut telah merencanakan hal itu sedemikian rupa kepada Yoshitaka. Fyi, selama ini dia tidak menggunakan air dari kran, tapi selalu menggunakan air mineral dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jangan tanya, apakah setahun terakhir Yoshitaka tidak menggunakan kran sama sekali? Hal itu karena Ayane begitu mendedikasikan dirinya sebagai istri dan melakukan kepentingan rumah tangganya sendiri. Dia begitu melayani sang suami.

Hingga pada puncaknya Yoshitaka membahas perjanjian tersebut dan mengetahui hubungannya dengan Hiromi sepertinya membuat Ayane tertekan. Dia menyediakan alibi sedekian rupa dan meluapkan emosi yang ditahannya selama ini.

Namun fakta yang lebih menyesakkannya lagi adalah tentang masa lalu Yoshitaka dengan sang mantan kekasih. Dalam hal ini bedanya, sang mantan memutuskan bunuh diri dengan bubuk arsenik setelah mengetahui Yoshitaka berhubungan dengan Ayane. Fyi, Ayane dan sang mantan kekasih adalah sahabat. Perasaan kecewa sang mantan yang tidak bisa memberikan Yoshitaka keturunan, pun mengetahui hubungan rahasia mereka membuatnya depresi dan memutuskan mengakhiri hidup.

Sebelum benar-benar mengakhiri hidupnya, sang mantan sempat mengirimkan sisa bubuk arsenik kepada Ayane. Seolah-olah dia memberikan sinyal bila suatu saat, Ayane juga akan membutuhkan arsenik tersebut. Sebab tanpa dinyana sebagai sahabat mereka tahu rahasia masing-masing. Jadi enggak perlu heran lagi, dari mana asal Ayane mendapatkan bubuk arsenik tersebut yaaa.

Dalam kasus Ayane ini bedanya, dia tidak melakukan bunuh diri setelah mendapatkan perlakuan “kurang menyenangkan” dari Yoshitaka. Dia malah memberikannya kepada Yoshitaka seperti berupaya memutus rantai ketidakadilan bagi wanita.

Dalam hal ini, sepertinya Ayane tidak benar-benar mengkambinghitamkan Hiromi. Adakalanya mungkin dia sempat kecewa, karena sang murid yang dipercayai telah menikungnya. Bahkan, mempunyai anak dari suaminya. Sebab Ayane tidak meminta Hiromi untuk menggugurkan kandungannya tersebut dan malah meminta Hiromi untuk tetap menjaganya. Kendati hubungan keduanya tidak akan sama lagi seperti sedia kala.

Well... begitulah kisah dari Dosa Malaikat karya Keigo Higashino. Sejujurnya sebagai pembaca dan sebagai perempuan saya juga merasa geregetan dan begitu emosional dengan Yoshitaka. Perlakuan Yoshitaka kepada beberapa perempuan membuat saya pun ikut terintimidasi. Seolah-seolah, posisi perempuan hanya sebagai pabrik anak. Padahal, makna pernikahan itu bukan seperti itu yaa ‘kan?

Memang sih, jika sudah menikah siapa coba yang tidak ingin mempunyai keturunan? Namun kita yang sebagai manusia tidak sempurna ini, hanya bisa pasrah dan menunggu rizeki dari Tuhan apakah rizeki (anak) itu akan datang atau tidak, kita tidak mempunyai ketetapan untuk itu, right?

Perlakuan Yoshitaka terhadap beberapa perempuan membuat saya geram. Saya menjadi tidak yakin bila korban Yoshitaka bukan hanya sang mantan dan Ayane saja. Sebab bisa jadi, ada korban perempuan  sebelum mereka berdua. Enggak tahu kenapa saya seyakin ini, haha. Sebab yang saya tahu hal yang sudah dilakukan sebagai kebiasaan itu memang susah untuk tidak dilakukan kembali atau tidak diulangi lagi.