Analisis “Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Dengan Model Pembelajaran Asistensi (Assisted Learning) (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII E Sekolah Menengah Pertama 3 Colomadu Kabupaten Karanganyar)”

Kegiatan guru dalam pelaksanaan tindakan kelas dalam Peningkatkan Prestasi Belajar Membaca dengan Model Pembelajaran Asistensi pada Aiswa Kelas VII E dilakukan tiga siklus.  Siklus pertama guru menggunakan metode ceramah, siklus kedua menggunakan metode pembelajaran asistensi dibantu oleh empat siswa sebagai tutor yang mendapatkan nilai membaca terbaik, dan siklus ketiga juga menggunakan metode pembelajaran asistensi yang dibantu oleh 19 siswa yang mendapatkan nilai evaluasi meningkat.
Dalam langkah-langkah pembelajaran pada pelaksanaan tindakan kelas Peningkatkan Prestasi Belajar Membaca dengan Model Pembelajaran Asistensi pada Siswa Kelas VII E, dijelaskan bahwa dalam rencana pelaksanaan pembelajaran siswa mencermati teks bacaan yang disampaikan narasumber dan membentuk kelompok kemudian berdiskusi dan menyampaikan hasil yang sudah didiskusikan di depan kelas. Pada saat itu guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah dalam mencermati gagasan utama teks bacaan. Dari metode ceramah yang sudah dilakukan guru menyebabkan adanya hambatan dalam perkembangan proses belajar siswa.
Seperti yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa pelaksanaan tindakan kelas ketika menggunakan metode klasikal banyak ditemukan permasalahan. Banyaknya permasalahan tersebut diantaranya guru kurang perhatian kepada siswa karena jumlahnya yang banyak, sehingga guru tidak dapat memperhatikan kemajuan siswa satu persatu. Kemudian ketika proses belajar ada beberapa siswa yang mendengarkan dan memperhatikan bahkan mencatat materi yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan beberapa siswa lain ada yang diam tidak memperhatikan, mengantuk, atau melakukan aktivitas lain.
Evaluasi didapat dengan melakukan ulangan harian. Kemajuan pada siklus satu dengan metode ceramah daya serap yang diperoleh siswa adalah 74%, tetapi secara klasikal belum tercapai ketuntasan belajar sebagaimana dikehendaki peneliti, karena masih terdapat 10 anak yang belum tuntas.
Pada siklus kedua proses pembelajaran menggunakan model asistensi dengan kelompok besar. Dalam proses pembelajaran ini guru dibantu oleh empat siswa sebagai asisten atau tutor secara sukarela. Keempat anak ini bertugas sebagai ketua kelompok dan mengajari temannya bagaimana cara membaca yang baik dengan memperhatikan tanda baca serta bagaimana memahami isi teks.
Dalam proses pembelajaran ini, guru sering menggunakan metode demonstrasi dan diskusi informasi. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa diberi kesempatan yang cukup untuk berinteraksi. Kemudian asistensi memulai tugasnya dengan menunjuk anggota kelompok untuk membaca secara bergantian. Jika ada anak yang membaca tidak benar, maka tutor segera membetulkan kesalahan tersebut. Apabila muncul permasalahan dalam kelompok, diharapkan asistensi dapat berdiskusi dengan anggotanya, jika semua tidak bisa maka guru baru bisa meluruskan permasalahan tersebut.
Pada siklus kedua siswa lebih aktif mendengarkan, memperhatikan penjelasan, kemudian lebih fokus kepada materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga pada tahap evaluasi ada enam anak yang belum mencapai standar ketuntasan.
Kemudian pada siklus ketiga proses pembelajaran menggunakan model asistensi dengan kelompok kecil yang terdiri satu asisten dan satu anggota. Pada siklus ini, guru hanya sebagai pengawas dan memantau tiap kelompok.
Proses pelajaran pada siklus ketiga ini siswa melakukan tanya jawab dengan pasangan masing-masing mengenai isi bacaan yang telah dibaca, kemudian mengerjakan dan mendiskusikan  tes yang dibuat oleh guru. Proses pembelajaran ini ternyata dapat mengatasi kesulitan membaca siswa, karena siswa tidak merasa sungkan untuk bertanya kepada temannya, sehingga terjadi interaksi yang sangat komunikatif dalam tiap kelompok, dan dalam evaluasi ada empat anak yang belum mencapai standar ketuntasan.
Pada proses pengajaran tindakan kelas ini, guru menerapkan teori belajar kontruktivistik. Siswa mendapatkan bahan baru mengenai cara dalam menentukan gagasan utama kemudian siswa berusaha untuk mengembangkan lagi pemahaman yang telah didapatnya. Seperti yang telah diketahui, dalam penelitian ini guru berusaha untuk meningkatkan pengetahun, menumbuhkan kemandirian dan menyediakan peluang siswa untuk berlatih dengan membantu membentuk pengetahuan siswa itu sendiri.
Sumber :
Sari, Devina Aria.2009. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN ASISTENSI (ASSISTED LEARNING)(Suatu Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII E Sekolah Menengah  Pertama 3 Colomadu
Kabupaten Karanganyar).Surakarta.
(http://eprints.ums.ac.id/3553/1/A310040021.PDF, diakses pada 6 Juni 2018).

[Puisi]: Aku & Waktumu


Kuingat waktumu yang terbatas
Wajahmu yang sendu memaksakan senyuman tulus
Kau pendusta! Kau sembunyikan itu semua
hanya untuk memberikan tertanda
Bahwa kau tak bisa menanggung kepahitan ini
Dan kau tak mampu merasakannya lagi

Kutahu memang berat, karena tiada insan juga menginginkannya
Tapi tidakkah kau berpikir tindakanmu itu adalah kebenaran?
Dan sekali lagi, kau hanya tersenyum dan membuatku bingung
Bahkan kau terkekeh seolah menghiburku
Tapi aku hanya bisa menundukkan kepala dengan keanehan yang ada

Apakah sekaranglah waktunya?
Sebelum semprotan fajar terlukis
Jiwamu terbang di tengah malam yang dingin
Menumbuhkan berjuta penyesalan
Dan menyulut emosiku yang masih labil

Dan masih tentang waktumu yang terbatas
Di mataku, sampai saat ini kau tetap pendusta
Senyum yang menyayatku dikala sunyi
Karena tak kusangka itu senyum terakhirmu yang kulihat
Kau tetap pendusta! Kau tetap pendusta yang sangat kurindukan

[Puisi]: Bertemu Rindu (diterbitkan dalam Antalogi Renjana oleh Penerbit Graha Litera




Asa berpaut jemu
Diantara lembayung melenggok sedu
Dikau rupa bertabur bayangan
Semu, tersamar dalam kebisuan

Aku telah meretakkan dusta
Bahkan menyusun kepingan gulana
Dalam senyap semua terbaca
Tatkala sunyi segala tercipta

Ketika angin meliur, sebuah ketakutan datang
Aku bersama daun yang berguguran
Beriring gerimis memecah tabu
Mengundangmu bertemu rindu yang dulu



Jember, 6 September 2018

ANALISIS TEMA DALAM NASKAH DRAMA “JANJI SENJA ” KARYA TAOFAN NALISAPUTRA

Cara menantukan Tema

Menurut Hartoko & Rahmanto (dalam Nurgiantoro, 2012:68) tema merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan, perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. 

Aminuddin (1987:91) tema adalah kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema, pembaca harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur signifikan yang membangun suatu cerita, menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.  

Sedangkan menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Dari pemaparan pendapat di atas dapat dipastikan bahwasannya, setiap fiksi haruslah memiliki dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tema ini merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita (Tarigan, 1984:125).

Menurut Santosa (1995:117) ada beberapa cara menemukan tema cerita, antara lain: 
  1. permasalahan judul yang mendukung cerita, biasanya judul sudah menyiratkan adanya tema;
  2. kejelasan gagasan sentral sebagai pusat permasalahan; 
  3. melalui pencarian isotopi-isotopi;
  4. kata-kata kunci yang sering diulang dalam karya sastra; 
  5. kesatuan hubungan antarunsur dalam cerita; 
  6. pengaluran yang logis dan sistematis; 
  7. penokohan yang kuat; 
  8. pelataran yang baik;
  9. nada dan suasana penceritaan. 

Analisis Tema Naskah Drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra


Pada pembahasan ini penulis menentukan tema naskah drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra dengan mengambil satu cara yang sudah dipaparkan oleh Santosa, yakni permasalahan judul yang mendukung cerita. 

Naskah drama karya Taofan Nalisaputra yang berjudul “Janji Senja” memiliki tiga pemaknaan yang berbeda. Pertama dari judul naskah sendiri, kata “janji” dalam KBBI adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu), sedangkan kata “senja” adalah waktu (hari) setengah gelap sesudah matahari terbenam. Jadi, pada pemaknaan pertama dari judul naskah “Janji Senja” dapat dimaknai sebagai arti sebenarnya yakni sebuah janji ketika senja atau menjelang matari tenggelam. 

Bukti mengenai arti sebenarnya tentang sebuah janji ketika senja atau menjelang matahari tenggelam, terdapat pada kutipan berikut.

Anak

: Ibu...jangan kau ceritakan lagi apa pun tentang ayah.

Ibu

Kenapa?

Anak

 : (sambil memandang ke arah langit senja) karena ayah tak pernah datang, dan kukira ia emang tak akan pernah datang.

Ibu

 : (tenang/datar) ayahmu berjanji akan datang saat senja.

Anak

 :(agak meninggikan nada bicara) sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui... di sini..tempat ini...sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun ayah tak jua datang.


Pada penggalan kutipan yang terdapat pada adegan 1 di atas, sang ibu menyanggah anaknya yang mengatakan kalau sang ayah tak akan pernah datang. Namun ibu mengatakan bahwa ayah akan datang saat senja.

Pemaknaan kedua judul “Janji Senja” adalah bahwa Senja adalah nama dari seorang laki-laki yang dipanggilnya ayah. Dari pemaknaan kedua ini, diartikan bahwa “Janji Senja” adalah janji dari seorang ayah yang bernama Senja. Bukti tersebut dapat di lihat dari kutipan adegan 1 dan adegan 3 berikut.

Adegan 1

Ibu

 : Tidak rindukah kau pada ayahmu?

Anak

 : Rindu…tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.

Ibu

 : (menatap tajam pada anaknya) kenapa?

Anak

 : (diam sejenak) karena aku tak lagi menganggap senja sebagai ayahku, bagiku dia hanyalah lelaki yang menitipkan sperma pada ibu.

 


Adegan 3

Anak

Aku berharap ibu memberi restu untukku.

Ibu masih terdiam, sang anak pun  kembali memalingkan wajahnya ke arah senja sembari memainkan ujung bajunya dan jemarinya.

Ibu

: Ibu akan meresetuimu. Tapi.. Kau juga harus meminta restu pada senja…  ayahmu.

Sang anak melongo terheran-heran.


Kemudian untuk pemaknaan yang terakhir, yaitu “Janji Senja” digambarkan dengan sebuah janji yang melukiskan sebuah kegalauan. Dikatakan demikian, dalam judul “Janji Senja” kata senja sendiri dapat diartikan sebagai perasaan sedih dan galau. Bukti mengenai “Janji Senja” adalah janji yang melukiskan sebuah kesedihan dan kegalauan yang dirasakan ibu ketika menunggu ayah, terdapat pada adegan 2, adegan 3 dan adegan 4.

Adegan 2

Ibu

Ibu masih ingin menunggu ayahmu di sini, di rumah ini setiap senja.

Anak

Dimanapun itu kita akan tetap menikmati senja yang sama.

(ibu terdiam sembari tersenyum dan tetap menatap ke arah senja)

Anak

Ibu bisa menikmati senja bersamaku. (mencoba membujuk)

Ibu

Ibu hanya ingin menunggu ayahmu di sini, di rumah ini.

 


Adegan 3

Ibu

: Ibu akan meresetuimu. Tapi.. Kau juga harus meminta restu pada senja…  ayahmu.

Sang anak melongo terheran-heran.

Ibu

Tinggallah dulu disini beberapa waktu. Ayahmu pasti akan datang. Ibu yakin.

 

Adegan 4

Ibunya kemudian terdiam. Matanya berkaca-kaca, airmatanya nampak akan jantuh. Sang anak berlalu meninggalkan ibunya. Ibu masih diam menatap senja dengan linangan air mata.

 

Pada kutipan di atas, ibu setia terhadap janji ayah meski harus merasakan kesedihan dan kegalauan. Sedih, karena sang anak mulai tidak peduli lagi, apakah ayahnya akan datang atau tidak. Galau, karena  janji yang pernah ayah ucapnya menimbulkan abu-abu pada harapan ibu ketika senja. Meskipun begitu ibu tetap menanti ayah dengan sabar.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, bahwa tema dari naskah drama “Janji Senja” adalah sabar, ikhlas, serta tabah adalah obat dari kesedihan dan kegalauan.

Apresiasi Terhadap Naskah Drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra


Tokoh dalam naskah drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra ada tiga, yakni ibu, anak, dan ayah. Keseluruhan cerita, didominasi oleh dialog ibu dan sang anak, sedangkan peran ayah dalam cerita sebagai figuran dan tidak memiliki dialog.

Adapun hal menarik dan diapresiasi dari naskah drama ini, ketika sang ibu tetap sabar menanti suaminya. Meski sang anak sudah menyerah menanti sang ayah, namun ibu dengan berlapang hati menghalau harapan abu-abu tersebut dengan pengharapan besarnya sang suami dapat pulang dan menepati janjinya. 

Pelajaran yang dapat dipetik dari naskah drama “Janji Senja” yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwasannya tidak semua harapan yang diinginkan dapat terwujud. 

Kekurangan dari naskah “Janji Senja” ini adalah ending cerita yang mengambang. Ketika sang anak meninggalkan ibu yang masih setia menanti sang suami di rumah, namun tidak diceritakan apakah sang suami pulang atau tidak. Hal ini yang membuat pihak pembaca dan penulis sendiri bertanya-tanya, apakah memang niatan pengarang menuliskan ending seperti ini?  Dari segi alur dan latar sudah baik, meski dalam naskah drama ini menggunakan alur backtracking namun ceritanya tetap runtut dan jelas.