Akibat Hujan Semalam
Ketika Tere Liye Meremaja part 1 (Review Novel Ceros dan Batozar karya Tere Liye)
Sampai Kapan Diskriminasi di Sekolah Terus Berlangsung?
Tidak Salah Bila Kamu Berbeda! Film Inspiratif The Innocent Witness
Sudah lama ingin sekali membagi salah
satu kisah inspiratif dari Film The Innocent Witness. Baru bisa
menulis setelah dua bulan ada tugas negara yang tidak bisa ditinggalkan. Kali
ini mencoba menyempatkan diri untuk mengulasnya. Eh! Memaksa diri untuk
menulis, hehe.
Sebelumnya, mungkin muncul pertanyaan
seperti ini, kenapa harus film Korea dan selalu Korea? Pemilik blog ini seorang
penggemar Korea ‘kah? Kenapa tidak review
film Indonesia atau Barat?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu
tidaklah salah. Hanya saja, bukan karena saya tidak suka atau tidak mencintai
apalagi tidak menghargai film-film dalam negeri. Akan tetapi, saya kagum kepada
orang-orang Korea, mereka bisa mengemas cerita dengan begitu menarik. Mereka
bisa mengembangkan cerita dengan tema yang sama akan tetapi dengan alur yang
epik.
Sebagai salah satu penikmat cerita
fiksi, baik buku maupun film saya sangat menghargai itu. Siapa tahu, bisa
mencuri ilmunya dalam menuliskan cerita fiksi, bagaimana mengembangkan alur,
tema atau setting, pendalaman karakter dalam tokoh, dan sebagainya. Bukankah
kita harus belajar untuk menjadi baik dari yang terbaik? (Ah, sedang ngomong apa? *sambil tepok jidat)
Okay, kembali ke topik!
Innocent Witness – film yang dirilis pada 13 Februari
2019 ini, bercerita tentang seorang pengacara bernama Soon Ho yang tengah
menangani kasus pembunuhan seorang lelaki tua penderita depresi. Dalam lokasi
kejadian ditemukan pula seorang pembantu perempuan yang dituduh telah membunuh
lelaki tersebut.
Dalam menangani kasusnya, Soon Ho mendapatkan saksi kunci seorang gadis SMA
yang kebetulan bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi kejadian. Menariknya,
gadis itu menderita autis sehingga sedikit diragukan validannya dalam beberapa
kali persidangan.
Ngomong-ngomong apa itu autis?
Penjelasan
singkat tetang autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi
kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Di
samping itu, autisme juga menyebabkan gangguan perilaku dan membatasi minat
penderitanya.
Autisme
sekarang disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism spectrum
disorder (ASD). Hal ini karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada
tiap penderita. Nah, seseorang dengan sindrom autisme sangat
sensitif sehingga ia mungkin akan sangat terganggu, bahkan tersakiti oleh
suara, sentuhan, bau, atau pemandangan yang tampak normal bagi orang lain.
Kemudian
dalam kasus ini, Ji Hoo mempunyai gejala yang sensitif pada suara. Dia bisa
mendengar dengan jelas suara yang diucapkan seseorang dari jauh maupun
diucapkan secara pelan. Dari riwayatnya tersebut, bagi Ji Hoo suara anjing yang
menggonggong begitu memekakkan pendengarannya. Bukan hanya itu dia dapat
menghitung ucapan perkata seseorang.
Soon Ho yang bertugas sebagai pengacara pembela
pembantu perempuan, berupaya mencari bukti ketidakbersalahannya. Dengan salah
satu caranya mendekati Ji Hoo. Benar saja, sidang pertama berhasil dimenangkan.
Akan tetapi, Soon Ho merasa ada hal mengganjal.
Akhirnya dia memutuskan untuk tetap
mendekati Ji Hoo dan berusaha meminta maaf karena telah menyinggung perasaan Ji
Hoo. Soon Ho kala itu mengatakan kalau penderita autis adalah orang yang cacat
mental yang tidak bisa membedakan apakah niat terdakwa adalah untuk menyakiti
atau membantu.
Akibat hal itu Ji Hoo tidak ingin
menjadi saksi dipersidangan berikutnya. Ada kemungkinan dia merasa tertekan
karena perlakuan diskriminasi orang-orang dalam persidangan terhadap
kondisinya.
Namun bukan Soon Ho namanya bila tidak
membawa Ji Hoo kembali ke persidangan. Soon Ho yang telah bersusah payah
mengenal karakter Ji Hoo menemukan satu kunci dalam kasus ini.
Dalam sidang banding, Soon Hoo menyerang
terdakwah dan membuat pembantu perempuan itu masuk penjara karena perbuatannya
membunuh majikan. Semua tak lain karena kesaksian Ji Hoo yang pada awalnya
diremehkan kevalidannya.
Saat mencoba memahami kepribadian Ji
Joo, Soon Ho baru menyadari bila Ji Hoo mempunyai cara komunikasi yang unik.
Sehingga pada sidang banding tersebut, Ji Hoo dengan leluasa memberikan
kesaksian yang dapat membongkar kasus tersebut.
Tentu keputusan Soon Ho kala itu tidak
mudah. Dia ditugaskan untuk membela pembela perempuan, tapi pada akhirnya
memutuskan untuk menyerang karena rasa kemanusiaan. Hingga pada akhirnya, Soon
Ho mendapatkan pelanggaran karena telah melalaikan tugasnya sebagai pengacara
pembela.
Film berakhir dengan happy ending dan kalau Teteman ingin
menonton, tolong disiapkan tisu yaaa, hehe.
Well, banyak kutipan menarik dalam film ini. Salah satunya
adalah saat Pengacara Soon Ho berupaya membantu saksi dan berterima kasih
karena telah menjadi saksi yang baik dalam persidangan. Kemudian, surat dari
ayah pengacara yang mengatakan bahwa tak ada orang yang tak pernah membuat
kesalahan.
Kemudian, hal apa yang dapat diambil
dari film ini?
Ji Woo–gadis SMA autis yang teguh dan
mempunyai hati begitu tulus. Dia memaafkan orang-orang yang telah menganggapnya
sebagai anak yang cacat mental bahkan berupaya untuk menyesuaikan diri dengan
orang-orang “normal” lainnya. Selain itu, dia mampu menerima kekurangannya dan
ingin membantu orang lain, khususnya ingin membantu memecahkan kasus pembunuhan
yang terjadi.
Film ini intinya satu, mereka bahkan
kita adalah orang-orang berbeda. Orang-orang yang mempunyai kelebihan atau
keterbatasan yang berbeda. Seperti halnya Ji Woo, dia adalah anak yang cerdas
namun menderita gangguan perkembangan komunikasi. Begitu juga kita, pasti
mempunyai kekurangan juga kelebihannya masing-masing.
Dalam beberapa tulisan saya juga pernah
menekankan berkali-kali, bila setiap individu itu memiliki bakatnya
masing-masing. Setiap individu mempunyai minat yang beragam, memiliki
pengetahuan yang bermacam-macam. Berbeda itu wajar dan memang begitu adanya.
So, jangan pernah mengatakan bahwa kamu
bodoh, kamu cacat mental dan sebagainya. Karena setiap insan memiliki takdirnya
sendiri. Setiap individu mempunyai jalan dan mimpinya sendiri.
Enjoy with your life! Tidak ada hidup yang sama, karena kita
memang dilahirkan berbeda.
Berikut kutipan-kutipan dalam Film The Innocent Witness
“Tolong pertimbangkan bahwa dia mempunyai cara berkomunikasi yang khusus.”
“Prasangka. Sayangnya saya berprasangka
terhadap Ji woo. Kukira dia dan saya adalah orang yang berbeda. Saya tak
mempercayainya dan melihat apa yang ingin saya lihat, karena saya hanya
memikirkan diri sendiri. Namun saksi berbeda. Meskipun ada prasangka kejam yang
dia terima, dia memilih untuk bersaksi kembali, untuk mengatakan kebenarannya.
Selama karir saya sebagai pengacara, saya belum pernah melihat saksi yang
memberikan kesaksian yag lebih akurat darinya. Dia hanya mengatakan
kebenarannya sejak awal. Kitalah yang tidak tahu cara berkomunikasi dengannya.”
– Ucap Pengacara Soon Ho
“Setiap orang itu berbeda.”
“Seorang anak memberitahuku bahwa
kepakkan seekor kupu-kupu terdengar seperti guntur di telinganya.”
“Putraku tersayang, aku hampir lupa hari
ulang tahunmu. Terima kasih sudah dilahirkan. Kau telah menjadi sukacita sejati
dalam hidupku. Saat kau berusia 16 tahun, kau memberitahuku kau ingin menjadi
pengacara. Dengan wajah penuh semangatmu kau berkata ‘aku ingin berbuat baik’.
Aku begitu senang hingga buang angin. Bukan senang karena kau ingin menjadi
pengacara, tapi karena aku tahu telah membesarkanmu dengan baik. Setelah
menjalani hidup ini, aku mendapati bahwa hidup dan selalu cerah dan manis.
Dunia tidak berperasaan dan penuh kemunafikan. Kita membuat kesalahan dan
sangat menderita. Namun tetap saja, putraku sayang, lupakan semua yang telah
kau lalui. Tak ada orang yang tak pernah membuat kesalahan. Aku hanya ingin kau
mencintai dirimu sendiri, karena dengan begitu kau bisa mencintai orang lain.”
– surat Ayah Soon Ho