Novel Guru Aini merupakan prasekuel dari Novel Orang-Orang Biasa. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Bentang
dengan tebal xii ± 336 halaman, pada Februari 2020 (itu artinya satu tahun setelah terbit
Novel Orang-Orang Biasa). Lantas bagaimana sih kisah dari novel ini?
Bagi Teteman
yang telah membaca Orang-Orang Biasa
pasti sudah tidak asing dong dengan Aini? Lupa? Itu loh siswi yang paling anti
sama Matematika, tapi berkat kegigihannya dia berhasil masuk Fakultas
Kedokteran! Ingat?
Nah, bila
di Novel Orang-Orang Biasa lebih berfokus kepada Aini, lantas
bagaimana dengan Novel Guru Aini?
Guru Aini
menceritakan tentang gurunya Aini yakni Bu Desi. Seorang guru Matematika yang mempunyai
cita-cita menjadi guru sejak kecil. Nah, gambaran besarnya sih pada novel ini
si pengarang berupaya menceritakan asal mula dan alasan Bu Desi bisa menjadi seorang
pendidik di Belantik, serta membantu Aini dalam mempelajari Matematika.
Perjalanan
beliau untuk menjadi guru yang notabene tidak mudah. Sebab sempat tidak mendapatkan
izin dari ibunya, karena harus mengajar di tempat pelosok, asing dan jauh dari
keluarga tentu menciptakan satu pertanyaan besar. Padahal beliau termasuk orang
yang cerdas dan menjadi siswa berprestasi saat sekolah, kok malah lebih memilih
mengajar di tempat yang jauh?
Tentu saja
alasan tersebut tidak jauh dari sifat Bu Desi yang dikenal sebagai guru idealis.
Intinya sih, Bu Desi ingin mengembangkan bakat dan minat siswa terhadap
Matematika. Beliau ingin mengubah persepsi siswa mengenai Matematika. Namun you know-lah ekspektasi dan realita
tidak selamanya jalan beriringan. Tempat yang jauh dan kondisi siswa yang
kurang mendukung, membuat keinginan tersebut hanya sebatas angan saja.
Akan
tetapi, Bu Desi tidak menyerah. Beliau pernah mendapatkan siswa yang cerdas. Namun
sayang, siswa itu memilih untuk berhenti sekolah (siswa itu Debud: teman Dinah Ibunya Aini, geng sepuluh siswa di
Orang-Orang Biasa) yang tentu membuat beliau kecewa. Hingga pada akhirnya
ada seorang siswi yang awalnya memiliki fobia pada Matematika, malah meminta tolong
untuk dibantu hingga mahir.
Dari
berbagai konflik dan alur yang tersaji dalam Novel Buru Aini. Ada satu hal
menarik yang berhasil terngiang-ngiang di kepala saya. Hal menarik tersebut
dari kisah Bu Desi, tekad beliau sembari memakai sepatu pemberian dari sang
ayah. Sepatu olahraga putih bergaris merah-merah yang membuat Bu Desi sempat berjanji pada diri sendiri,
kalau beliau akan berganti sepatu bila keinginannya terwujud. Dari kisah
sebelumnya bisa dibayangkan ‘kan, bagaimana kumal dan lusuhnya sepatu tersebut
hingga keinginan Bu Desi terwujud?
Seperti
karya-karya Andrea Hirata yang pernah saya baca, meski cerita terkesan sedikit
berat (mungkin bagi sebagian orang akan
berpendapat demikian), tapi pengarang menyelipkan hal-hal jenaka yang cukup
mengimbangi latar suasana yang haru. Selain menghibur, kisah dari Bu Desi
memunculkan perenungan dalam diri saya, tentang perjuangan dan mempertahankan
prinsip yang enggak mudah. Terlebih tentang ikhlas, terhadap apa-apa yang
terjadi dalam hidup.
Ah!
sepertinya enggak perlu panjang lebar lagi deh! Buat Teteman yang penasaran
bisa langsung meminang novelnya. Saya yakin, pasti akan ada hal menarik lainnya
yang tidak akan Teteman temukan dari sudut pandang saya dalam mengulas novel
ini. Ada satu hal penting yang ingin saya sampaikan nih, novel ini wajib dimiliki
Teteman yang suka membaca novel tentang pendidikan! Wajib!
0 Comments