Kajian Feminis Liberal dalam Cerpen Rumah-Rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu

Kritik feminis liberal adalah pemikiran yang menyuarakan persamaan hak antara pria dan wanita. Adapun kritik feminis liberal dalam Cerpen Rumah-rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu sebagai berikut.

Data 1

Tak banyak kewajiban yang harus dilakukannya sebagai ibu rumah tangga. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci, memasak, bahkan kopi untuk suaminya pun tinggal minta pembantu untuk melakukannya.(paragraf tiga)

Data di atas termasuk kritik feminis liberal disebabkan tokoh Nayla dalam cerita yang diperankan sebagai ibu rumah tangga tidak mempunyai kewajiban dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarganya. Seperti kewajiban seorang istri yang harus melayani suami dan keluarganya untuk mencuci, memasak atau membersihkan rumah. Suami Nayla tidak keberatan dan membebaskan Nayla melakukan sesuai dengan keinginannya.

 


Data 2

“Bisa enggak kamu melupakannya.” Nayla masih terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepala pada akhirnya.

“Bisa enggak saya membuat kamu melupakannya?” Nayla menggelengkan kepalanya.

“Bisa enggak saya membuat kamu bahagia?” Nayla tak bisa menjawabnya.  (paragraf sembilan)

 

 

Data 2 juga menunjukkan kritik feminis liberal yang tunjukkan oleh Nayla bahwa dia juga mempunyai pendapat atau hak untuk tidak menjawab pertanyaan suaminya. Dia mempunyai hak untuk tidak mengungkapkan isi pikiran ataupun perasaan yang dirasakannya pada saat itu.

Dari data tersebut kritik feminis liberal juga terlihat ketika suami toleran terhadap istri yang tidak ingin menjawab pertanyaan. Sang suami pada data 2 tersebut memberikan hukum kesetaraan kepada Nayla, bahwa dia pun berhak untuk tidak menjawab beberapa pertanyaan yang diucapkan suami.

 

Data 3

“Ia pun mulai kembali membuka laptopnya yang tak bernama. Dibacanya ulang catatan-catatan pendek dan dijadikannya menjadi beberapa cerita. Setelah terkumpul beberapa, ia kirimkan ke penerbit buku yang dengan segera mau menerbitkannya. Bukan dari buku itu benar Nayla mendapatkan uang sebesar yang diharapkannya. Tapi, walaupun buku yang diterbitkannya dicetak ulang berkali-kali, ia juga mendapat banyak pekerjaan sampingan yang lebih menghasilkan. Menuliskan buku orang tanpa namanya disebutkan, ternyata jauh lebih menguntungkan. Sedemikian menguntungkannya hingga ia bisa membangun rumah seperti yang ia bayangkan.” (paragraf dua belas)

 

“Nayla menatap laptopnya. Sudah dua jam setelah Nayla membuka tempat usaha barunya yang dinamai Rumah Nayla.” (paragraf sembilan belas)

 

Data 3 yang menunjukkan kritik feminis liberal adalah ketika Nayla dapat bekerja dan memenuhi kebutuhannya sendiri dari menulis. Saat itu dia memutuskan mencari biaya hidup dengan mengirimkan tulisan-tulisannya menjadi buku, setelah resmi bercerai dengan sang suami. Data tersebut menunjukkan, bahwa wanita dapat mandiri, dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Wanita juga dapat bekerja layaknya laki-laki. Hal tersebut menekankan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai kesetaraan derajat. Wanita berhak memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus selalu bergantung kepada laki-laki.

Selain menulis buku, Nayla membuka tempat usaha. Dia membuka usaha  berukuran delapan kali dua puluh meter persegi. Nayla menjual kopi bungkusan, bir kalengan, dan makanan yang hanya pada hari itu ia ingin masak saja. Dalam hal ini dapat dilihat pula, bahwa Nayla setegar dan sekuat laki-laki. Meski Nayla kurang memiliki kekuatan fisik dibandingkan laki-laki.

 

Data 4

“Di bagian itu jari Nayla berhenti mengetik. Menemani? Entah sudah berapa lama Nayla sendiri. Tak berteman, tak juga terlibat asmara dengan laki-laki. Kebutuhan seksual tak pernah terlalu berarti, karena Nayla sudah kehilangan birahi sejak perkosaan yang ia alami.” (paragraf delapan belas)

 

Data di atas menunjukkan kritik feminis liberal pada Nayla ketika memutuskan untuk tidak terlibat lagi asmara dengan laki-laki. Keputusan akibat peristiwa pemerkosaan yang pernah dialaminya, membuat dia memilih untuk hidup mandiri diusia senjanya. Dia tidak ingin bergantung kepada orang lain, apalagi kepada anak-anaknya yang sudah berkeluarga dan telah meninggalkannya sendiri di rumah tak bernama yang ditinggalinya semenjak bercerai dengan sang suami.

 

Pemanfaatan Kritik Feminis Liberal Cerpen Rumah-rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu sebagai materi pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

Cerpen Rumah-rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA, khususnya Kelas XI pada KD 3.8 mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca. Pada KD ini, siswa dapat menemukan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerita pendek dengan menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek.

Dengan adanya apresiasi terhadap salah satu karya Djenar Maesa Ayu ini, diharapkan siswa dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dari tokoh dalam cerita. Khususnya tokoh Nayla yang pada cerita merupakan tokoh utama. Dari Cerpen Rumah-rumah Nayla ini, salah satu nilai yang akan siswa dapatkan adalah kesetaraan gender. Bahwa wanita dan laki-laki pada perkembangannya mempunyai kedudukan yang sama.

KAJIAN STILISTIKA DALAM CERPEN SAAT AYAH MENINGGAL KARYA DJENAR MAESA AYU

Menurut Nurgiantoro (2002:9) cerita pendek (disingkat: cerpen; Ingris: Short story) merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Santosa (1996:98) menyebut cerita pendek adalah ragam cerita rekaan yang memiliki ciri-ciri (1) kisahan yang memunculkan kesan tunggal dan dominan tentang satu tokoh, satu latar, dan satu situasi dramatik; (2) bentuknya sederhana karena kurang dari 10.000 kata; (3) berisi satu ide pusat dan tidak diberi kesempatan memunculkan ide sampingan; (4) dimensi ruang dan waktu lebih sempit bila dibandingkan dengan novel; (5) hanya menceritakan satu kejadian yang paling menarik. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek merupakan karya sastra fiksi yang hanya bisa dibaca sekali duduk.

Karya sastra salah satunya cerpen diciptakan berdasarkan unsur-unsur pembangunnya. Unsur-unsur tersebut berupa unsur instrinsik dan ekstrinsik. Selain adanya sebuah konflik ataupun tema, karya sastra akan menarik apabila menggunakan gaya bahasa maupun diksi yang sesuai. Gaya bahasa bukan hanya sebagai estetika dalam karya sastra tetapi juga berfungsi sebagai alat penyampai pesan pengarang terhadap pembaca. Makalah ini dibuat disebabkan gaya bahasa menjadi salah satu unsur yang penting dan menarik untuk dibahas dalam karya sastra. Selain itu beragamnya gaya bahasa masih belum sepenuhnya diketahui oleh siwa, sehingga penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan materi ajar untuk SMA kelas XII pada pembelajaran Apresiasi Sastra.


Gaya Bahasa

Gaya bahasa dikenal dengan istilah style. Gaya bahasa style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu. Menurut Gorys Keraf (2002:113) Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa.

Gorys Keraf (2002: 124-145) membagi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang meliputi: (1) klimaks; (2) antiklimaks; (3) paralelisme; (4) antitesis; dan (5) repetisi (epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanolepsis, dan anadiplosis). Kemudian berdasarkan langsung tidaknya makna, meliputi: (1) gaya bahasa retoris terdiri dari aliterasi, asonansi, anastrofa, apofasis (preterisiso), apostrof, asindenton, polisindenton, kiasmus, elipsis, eufemisme, litotes, histeron prosteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis, erotesis, silepsis dan zeugma, koreksio, hiperbola, paradoks dan oksimoron; (2) gaya bahasa kiasan, meliputi persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdok, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme dan sarkasme, satire, innuendo, dan antifrasis.



Adapun gaya bahasa dalam Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu sebagai berikut.

Simile

Simile adalah sebuah majas yang mempergunakan kata-kata pembanding langsung atau eksplisit untuk membandingkan sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya (Nurgiantoro, 2017:219). Baldic (dalam Nurgiantoro, 2017:219) mengemukakan bahwa simile adalah suatu bentuk pembandingan secara eksplisit diantara dua hal yang berbeda yang dapat berupa benda, fisik, aksi, perbuatan, atau perasaan yang lazimnya memakai kata-kata pembanding eksplisit tertentu.

Dalam cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu, majas simile terdapat pada data berikut ini.

 

Data 1

.... “Pertanyaan-pertanyaan. Yang semua terdengar bagai suara ledakan kembang api yang selalu saya benci. Melengking dengan notasi tinggi sebelum menggelegar, bergetar di langit hitam yang mendadak warna-warni....” (paragraf tiga)

 

Data 1 yang menunjukkan majas simile pada kalimat kedua, Yang semua terdengar bagai suara ledakan kembang api yang selalu saya benci, yakni pada kata bagai. Kata bagai merupakan kata untuk menyatakan perbandingan. Pada data 1, tokoh aku membandingkan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang melayat itu seperti suara ledakan kembang api.

 

Data 2

.... “Ibu bak raib ditelan bumi.”.... (paragraf lima)

 

Data 2 yang menunjukkan majas simile pada kata bak. Kata bak juga merupakan kata perbandingan. Dalam data 2, Sang tokoh aku menyebut bahwa ibunya menghilang seperti raib ditelan bumi.

 

Data 3

.... “Mata-mata itu bagai lampu suar yang menyorot ke satu obyek.” .... (paragraf tujuh)

 

Data 3 yang menunjukkan majas simile pada kata bagai. Kata bagai merupakan kata untuk menyatakan perbandingan seperti. Pada data 3, tokoh aku membandingkan mata-mata dari orang-orang yang melayat itu seperti lampu suar yang menyorot ke satu objek. Sedangkan objek yang dimaksud oleh tokoh aku adalah tokoh aku sendiri.

 

Repetisi

Repetisi adalah pengulangan kata atau kelompok kata (Nyoman, 2013:441). Gaya repetisi yang mengandung berbagai unsur pengulangan tersebut, misalnya kata-kata atau frase tertentu, lazimnya dimaksudkan untuk menekankan dan menegaskan pentingnya sesuatu yang dituturkan.

Dalam cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu, repetisi terdapat pada data berikut ini.

.... “Dan seketika dunia saya jungkir balik. Pagi hari lebih menyerupai malam hari. Gurat senja lebih menyerupai lukisan nestapa. Kelopak bunga lebih menyerupai kelopak mata luka. Rintik hujan lebih menyerupai jarum kepedihan. Dan para tamu itu, lebih menyerupai hantu.”.... (paragraf delapan)

Data di atas yang termasuk repetisi yakni pada kata menyerupai. Kata menyerupai muncul ditiap kalimat dalam satu paragraf. Pengulangan kata menyerupai pada cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia ini, pengarang berusaha  menekankan dan menegaskan latar yang sedang dialami oleh tokoh itu penting, karena dapat mendukung situasi dalam cerita.

 

Paralelisme

Paralelisme adalah sebuah teknik berbicara, bertutur, atau bereskspresi yang banyak dipakai dalam berbagai ragam bahasa (Nurgiantoro, 2017:252).  Paralelisme menurut Nyoman (2013:441 adalah kesejajaran kata-kata atau frasa, dengan fungsi sama.

Dalam cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu, paralelisme terdapat pada data berikut ini.

.... “menubruk, memeluk, dan menangis”.... (paragraf empat)

Data di atas yang termasuk paralelisme yakni pada frasa menubruk, memeluk, dan menangis. Disebut sebagai paralelisme, karena pada bagian ini penulis berusaha membuat teknik berbicara dan bereskpresi dengan menggunakan kreatifitas tipografi bunyi, dengan fungsi yang sama yakni sama-sama merupakan kata verba.

 

Efek Estetis dalam Karya Sastra

Keindahan bahasa untuk ragam bahasa sastra haruslah dicari pada karakteristik bahasa sastra. Bahasa sastra memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda dengan ragam bahasa lain. Hal itu disebabkan wujud bahasa sebagaimana cirinya yang dipandang sudah memenuhi tuntutan keindahan. Artinya, bahasa sastra yang memiliki karakteristik seperti yang dimaksud dapat dinyatakan indah. Secara lebih konkret dan rinci, kriteria keindahan bahasa dalam teks kesastraan ada empat belas kriteria. Namun, sebelumnya perlu ditegaskan bahwa kriteria itu bukan merupakan sesuatu yang eksak karena pengucapan bahasa dapat disiasati dengan banyak cara.

Menurut Nurgiantoro (2013:107), kriteria tersebut yakni, (1) bahasa haruslah mencerminkan karakteristik bahasa sastra, (2) keaslian dan kebaruan amat penting, bahasa sastra tidak mungkin hanya mengulang-ulang bentuk yang sudah ada, (3) kreativitas bahasa, (4) adanya deotomatisasi bahasa, (5) adanya penyimpangan (deviasi), (6) tidak harus tunduk pada kaidah bahasa (gramatikal), (7) penggunaan ungkapan bermakna konotatif, (8) ada tarik-menarik antara pemertahanan dan pelanggaran konvensi, (9) adanya efek estetis, (10) semua komponen kebahasaan didayakan dan difungsikan untuk mencapai tujuan dan efek tertentu, (11) makna lebih sering menunjuk pada the second semiotic system, intensional meaning, makna yang ditambahkan, namun itu bukan keharusan, (12) Keseimbangan antara unsur bentuk dan isi sangat diutamakan, (13) Aspek bunyi berperan penting dan amat menentukan keindahan puisi, (14) secara keseluruhan teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca itu mampu menyenangkan, menggetarkan, menyentuh, dan memberi kepuasan.

Adapun efek estetik atau keindahan dalam Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu terdapat kriteria sebagai berikut.

  •  Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu mencerminkan komponen kebahasaan didayakan dan difungsikan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut ditunjukkan dalam beberapa gaya bahasa yang digunakan Djenar dalam karyanya. Misalnya pada majas simile data (1) Pertanyaan-pertanyaan. Yang semua terdengar bagai suara ledakan kembang api yang selalu saya benci. Kata bagai didayakan sebagai bentuk penekanan pengarang terhadap situasi yang dirasakan oleh tokoh. Hal tersebut difungsikan untuk menunjukkan ketidaksukaan tokoh terhadap pertanyaan-pertanyaan peziarah kepada tokoh aku.
  •  Secara umum bahasa itu haruslah mencerminkan karakteristik bahasa sastra. Dalam  Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu sudah mencerminkan karakteristik bahasa sastra, yakni penggunaan kata bagai, bak. Kata bagai dan bak merupakan salah satu ciri khas bahasa sastra. Penggunaan kata tersebut akan membuat karya khususnya sastra menjadi memiliki estetika. Baik dalam estetika penulisan, pengucapan dan deskripsi cerita.

 

Pemanfaatan Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa Ayu sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa  Ayu dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA, khususnya Kelas XII pada KD 3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah. Pada KD 3.4 ini, siswa dapat menganalisis kebahasaan dalam Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia. Dengan mencermati gaya bahasa yang digunakan pengarang atau mencari kebahasaan yang menonjol dalam cerita dan diksi dalam cerita.

Dari membaca Cerpen Saat Ayah Meninggal Dunia karya Djenar Maesa  Ayu, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra. selain itu diharapkan mampu mengenal lebih jauh ciri khas atau identitas dari Djenar Maesa Ayu yakni sebagai seorang pengarang wanita yang mempunyai aliran feminis.

 


Referensi:

Gorys Keraf. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Maesa Ayu, Djenar.2018. Saat Ayah Meninggal Dunia.Lakon Hidup.https://lakonhidup.com/2018/04/15/saat-ayah-meninggal-dunia/. Diakses pada 30 Mei 2019.
Nurgiantoro, Burhan. 2017. Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Santosa, Puji. 1996. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan. Flores: Penerbit Nusa Indah.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
             

5 Karya Terbaik Moon Chae Won, Intip Bersama Yuk!

 Ngomong-ngomong siapa sih enggak tahu dengan Moon Chae Won?

Aktris kelahiran Daegu ini bisa disebut sebagai aktris senior Korea Selatan loh!  Sebab Moon Chae Won telah aktif sebagai aktris sejak 2007 hingga sekarang.

Wanita yang lahir pada 13 November 1986 begitu menarik perhatian saya ketika membintangi sebuah drama Korea berjudul The Innocent Man. Sejak saat itulah saya menjelajah setiap karya-karyanya.

Selain karena lihai dalam bermain peran, saya begitu mengagumi kepribadian aktris yang kini berusia 37 tahun ini.  Seperti halnya seorang introvert pada umumnya yang tampilannya cuek, tapi sebenarnya begitu hangat. Begitu pulalah yang saya perhatikan dalam behind the scene setiap drama yang dibintanginya.

Tidak sebatas perhatian, dia seseorang yang begitu rendah hati, totalitas dan tidak suka membuat sensasi untuk menaikkan popularitas. Bahkan di media sosialnya saja, Moon Chae Won hanya membagikan foto, mempromosikan dramanya dan juga merekomendasikan film-film yang bisa ditonton oleh pengikutnya. Sejujurnya baru kali ini ada aktris yang merekomendasikan film-film yang pernah ditonton kepada para penggemarnya.

Nah, sudah dilabeli sebagai aktris senior tentu sudah banyak membintangi film dan drama. Jadi enggak heran juga sih dengan berbagai prestasi yang telah didapat Moon Chae Won hingga kini seperti Best New Actress dalam Daejong Film Award  dan Blue Dragon Film Award (2011), Best Actress, Best Couple Award dll.

Kendati kini dia telah menjadi tokoh sentral ditiap perannya, dulu dalam drama Korea Brilliat Legecy Moon Chae Won berperan sebagai tokoh antagonis loh! Walaupun menjadi tokoh antagonis, dia berhasil menarik perhatian penonton sehingga kembali dipertemukan dengan Lee Seung Gi dalam Film Love Forecast.

5 Karya Terbaik Moon Chae Won
ig: @moonchaewon_official


Lantas dari sekian karya Moon Chae Won, ada 5 yang saya pilih sebagai karya terbaiknya. Berikut 5 karya terbaik Moon Chae Won versi saya!

5. Film Love Forecast

Diurutan kelima ada Film Love Forecast yang diprodukasi tahun 2015. Dalam film ini Moon Chae Won beradu akting dengan Lee Seung Gi. Film yang diproduser oleh Jung Dae Hoon ini bergenre komedi romantis dengan durasi ± 118 menit.

Di film ini Moon Chae Woon berperan sebagai Kim Hyun Woo seorang pembawa acara prakiraan cuaca. Dalam profesinya tersebut dia dikenal sebagai seseorang yang anggun dan cantik. Namun di luar pekerjaannya dia adalah wanita yang suka minum. Lantas biasanya seseorang yang menemaninya minum adalah sahabatnya Kang Joon Soo (diperankan oleh Lee Seung Gi).

Yups, Kim Hyun Woo dan Kang Joon Soo telah bersahabat kurang lebih delapan belas tahun. Sehingga tentu saja, mereka saling tahu kekurangan, kelebihan yang ada pada masing-masing.

Kang Joon Soo adalah seorang guru teladan dan santun. Sebenarnya dia sudah lama pula menaruh hati kepada Hyun Woo. Akan tetapi Hyun Woo malah berkata bila dia hanya menganggap Joon Soo sebagai sahabatnya bukan sebagai pria. Namun ungkapan tersebut tidak menyurutkan rasa sayangnya, dia tetap memberikan perhatian walau sering dicampakan Hyun Woo.

Sama halnya ketika Hyun Woo gelisah dan galau karena dia melakukan hubungan tersembunyi dengan senior yang sudah berkeluarga. Joon Soo mengetahui hal itu kendati sudah melarangnya, tapi Joon Soo mendukung keputusan Hyun Woo walau tidak bisa dibenarkan.

Hingga sampai akhirnya kisah percintaan dan karir Hyun Woo diambang kehancuran. Pada titik terlemahnya dia baru menyadari, bila seseorang yang selalu berada di sisinya bukanlah sang senior yang dia cintai. Melainkan Joon Soo yang kini keberadaannya mulai menghilang.

Hyun Woo yang baru menyadari perasaannya tersebut merasa malu untuk berterus terang. Sehingga hubungan keduanya merenggang. Ketika Hyun Woo memutuskan untuk pergi karena penat dengan kehidupannya, Joon Soo memutuskan untuk menyusul Hyun Woo ke apartemennya. Beruntung Hyun Woo belum pergi terlalu jauh, sehingga Joon Soo berhasil menemukannya.

4.Drama Payback

Payback adalah drama terbaru Moon Chae Won di 2023. Drama ini baru tayang 6 Januari 2023 dan disiarkan oleh stasiun televisi SBS setiap hari Jumat dan Sabtu. Drama yang disutradarai oleh Lee Won Tae ini bergenre thriller-balas dendam.

Dalam drama Payback Moon, Chae Won berperan sebagai Park Joon Kyung. Dia seorang mayor angkatan darat dan bertugas di peradilan elit yang lulus ujian pengacara dan lulus dari lembaga pelatihan dengan nilai tertinggi.

Dia ingin membalas dendam pada sekelompok kartel ekonomi yang telah mengacak-acak usaha sang ibu dan membuatnya kecelakaan. Dalam kasus investigasi kecelakaan tersebut, polisi menegaskan bila ibu Joon Kyung meninggal karena bunuh diri. Dia dianggap mengalami stres atas kasus suap yang terjadi pada perusahaannya. Padahal itu semua hanyalah akal busuk dari lawan sang ibu, yakni Myung In Joo.

Sebab itulah, Joon Kyung ingin mempertaruhkan segalanya untuk menghancurkan dan memerangi kelompok kartel yang kebal hukum tersebut. Dia ingin membalas dengan caranya sendiri.

Lantas berhasilkah Park Joon Kyung melawan kelompok kartel keuangan yang serakah tersebut?

Emmm... mari kita tonton dramanya setiap hari Jumat dan Sabtu, hehe.

 

3. Drama Flower Of Evil

Diurutan ketiga ada drama Moon Chae Won berjudul Flower Of Evil. Dalam drama ini Moon Chae Won berperan sebagai seorang detektif bernama Cha Ji Won. Dia telah berkeluarga dan mempunyai seorang putri. Suaminya bernama Baek Hee Soo (diperankan oleh Lee Joon Gi) yang berprofesi sebagai tukang kerajinan logam.

Secara kasat mata tidak ada yang salah dengan keluarga ini. Namun dibalik itu semua Baek Hae Soo mempunyai banyak rahasia yang tidak bisa dia ceritakan kepada sang istri. Hal tersebut karena latar belakang Hae Soo yang rumit. Sebab dia menggunakan identitas orang lain karena masa lalu ayahnya sebagai pembunuh berantai.

Baek Hee Soo yang bernama asli Do Hyun Soo sejak remaja sudah menjadi buronan polisi karena dianggap menjadi kaki tangan ayahnya dan telah membunuh pimpinan desa. Dia oleh warga dianggap mempunyai gen seperti ayahnya, sehingga Hyun Soo sering “bersihkan” oleh warga. Padahal dia hanya seorang remaja biasa, yang pendiam dan tertutup. Namun kebencian warga akibat perbuatan sang ayah membuat Hyun Soo terkena getahnya.

Dalam pencarian pembunuhan berantai yang terjadi baru-baru ini begitu menyudutkan posisi Hyun Soo yang kini beridentitaskan Hee Soo. Apalagi Ji Won salah satu detektif yang menangani kasus tersebut ikut terlibat dan sedang menyelidiki kasus yang mirip dengan ayah Hyun Soo.

Sampai pada akhirnya, Ji Won mengetahui bila suaminya adalah Do Hyun Soo itu sendiri. Namun beruntung, Ji Won percaya kepada sang suami bila dia tidak terlibat kasus masa silam.

Disebabkan Hee Soo yang tersudut tersebut, akhirnya dia memutuskan sendiri untuk mencari pelaku pembunuhan yang mirip dengan masa silam. Beruntung dia menemukan siapa dalangnya yang tak lain adalah Baek Hee Soo (asli) kaki tangan sang ayah dulu. Baek Hee Soo–anak tunggal dari keluarga yang meminjami identitasnya kepada Hyun Soo.

2. Film War Of The Arrows

Film War Of The Arrows merupakan film bergenre aksi yang diproduksi pada tahun 2011. Film yang disutradarai oleh Kim Han Min berhasil menuai banyak pujian dari para kritikus dan berhasil menarik perhatian penonton sekitar 7.48 juta. Sehingga War Of The Arrows menjadi film terlaris disepanjang 2011. Berkat film ini pula Moon Chae Won mendapat penghargaan sebagai aktris pendatang baru loh!

Moon Chae Woon dalam film ini berperan sebagai  Ja In adik perempuan Nam Yi (yang diperankan oleh Park Hae Il). Secara singkatnya, sejak kecil mereka harus melarikan diri karena ayahnya dianggap telah berkhianat oleh kerajaan. Sejak saat itu pula Nam Yi bertanggung jawab atas kehidupan sang adik.

Beruntung mereka berhasil melarikan diri dan bersembunyi di rumah kawan baik sang ayah yakni Kim Mu Seon. Hingga tiga belas tahun berlalu, ternyata putra sulung Mu Seon ingin menikahi Ja In, tapi Nam Yi sempat menentang. Namun karena Mu Seon menghendaki pernikahan tersebut, Nam Yi tidak bisa berbuat apa-apa.

Beristiwa nahas kembali terjadi dihari pernikahan Ja In dengan Kim Seo Goon. Saat itu Nam Yi sedang naik gunung untuk berburu rusa. Namun sekembalinya dia ke desa, dia menemukan Mu Seon telah tewas dan Ja In dibawa pergi oleh keselompok tentara Qing.

Nam Yi yang mengetahui adiknya dibawa dengan paksa berusaha menyelamatkannya. Dia yang kini telah terampil memanah memburu tiap tentara Qing.

Secara singkatnya, Ja In berhasil diselamatkan. Dia kembali ke Korea bersama Kim Seo Goon. Kendati berita itu bahagia, tapi Ja In harus merelakan Nam Yi. Dia berhasil menepati janjinya kepada sang ayah untuk menjaga dan melindungi Ja In dengan nyawanya.

1. Drama The Innocent Man

The Innocent Man adalah drama Korea yang bergenre melodrama dan dibumbui dengan pengkhianatan balas dendam juga asmara. Dalam drama ini Moon Chae Won berperan sebagai Seo Eun Gi putri sulung dari Seo Jung Gyu.

Seo Eun Gi merupakan seorang wanita dengan karakter yang cukup keras. Dia ingin menyelamatkan perusahaan sang ayah dari istri mudanya yang ingin pula menyingkirkannya dari perusahaan. Dalam aksi balas dendamnya itu, Seo Eun Gi dibantu oleh Kang Ma Ru yang diperankan oleh Song Jong Ki.

Pada awalnya niat Kang Ma Ru ingin balas dendam kepada istri muda presdir Seo Jung Gyu karena terlalu tamak menguasai kekayaan keluarganya. Bukan hanya itu, Kang Ma Ru dan istri muda presdir dulunya juga sepasang kekasih, tapi dia dicampakkan dan harus dipenjara karena kejahatan yang telah diperbuat istri muda tersebut. fyi, Ma Ru menggantikan posisi sang kekasih untuk menjadi tersangka, tapi dia malah meninggalkan Ma Ru dan menikah dengan presdir Seo Jung Gyu.

Aksi balas dendam Ma Ru dan Eun Gi pada akhirnya berhasil mereka menangkan. Kendati pada awalnya Ma Ru hanya memanfaatkan Eun Gi untuk balas dendam, tapi lambat laun dia menyukai putri sulung presdir Seo tersebut. Begitu pun Eun Gi yang begitu bucin pada Ma Ru.

Namun hubungan mereka menjadi kacau setelah Eun Gi tahu masa lalu Ma Ru dengan istri muda ayahnya. Dia memang tahu hal menyakitkan tersebut, tapi sayangnya Eun Gi yang begitu keras kepala tidak bisa menampik kata hatinya.

Dia telah mencoba menjaga jarak dan menghapus perasaan pada Ma Ru, tapi percuma saja. Bagaimanapun perlakuan yang diperbuat Ma Ru pada Eun Gi, dia hanya menerimanya dengan lapang dada. Kendati, diluar dia tampak membenci dan bersikap kasar pada Ma Ru.

Sampai pada akhirnya, mereka berhasil memaafkan masa lalu masing-masing. Mereka memutuskan menikah tanpa ada niat tersembunyi. Sebab mereka menikah karena memang saling mencintai.

Well... itulah 5 karya terbaik Moon Chae Woon versi saya. Bagaimana dengan Teteman?

 

 

"Aku ingin menjadi aktris yang baik di lokasi syuting, menjadi member yang baik di perusahaan (agency) dan menjadi putri yang baik ketika di rumah. Aku selalu berusaha mempunyai pandangan positif terhadap orang lain, karena aku ingin belajar menjadi orang yang bijaksana."

 –Moon Chae Won.

Kafe Alur Waktu Funiculi Funicula (Review Novel Funiculi Funicula Before The Coffee Gets Cold karya Toshikazu Kawaguchi)

Funiculi Funicula–membacanya saja membuat dahi saya berkerut dan membuat rasa ingin tahu semakin memuncak. Dari judulnya saja sudah dibuat penasaran bukan?

Selain novelnya menarik, setelah membaca novel ini saya menjadi banyak merenung tentang sebuah kesempatan manusia dalam kehidupan ini. Tentang sebuah kesempatan yang tidak mungkin datang untuk kedua kalinya.

Ngomong-ngomong, novel yang akan saya ulas kali ini merupakan karya terjemahan dari seorang penulis asal Jepang. Dia bernama Toshikazu Kawaguchi. Selain sebagai novelis, dia juga penulis skenario dan sutradara.

Penulis yang lahir pada 3 April 1971 ini telah menerima hadiah utama di Festival Teater Suginami ke-10 dari karya drama panggung yakni Before The Coffee Gets Cold. Novelnya tersebut tidak hanya menerima banyak cinta dari para pembaca. Sebab pada tahun 2018 novelnya tersebut dijadikan film loh!

Bagaimana, jadi penasaran enggak dengan kisah dari Funiculi Funicula Before The Coffee Gets Cold karya Toshikazu Kawaguchi ini?

Review Novel Funiculi Funicula


Identitas Buku

Judul Novel      : Funiculi Funicula Before The Coffee Gets Cold

Pengarang       : Toshikazu Kawaguchi

Penerbit          : Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Cetakan           : II, Mei 2021

Tebal               : ±  224 hlm.

Secara singkat Novel Funiculi Funicula bercerita tentang sebuah kafe bernama Funiculi Funicula yang mempunyai alur waktu untuk membawa seseorang ke masa lalu. Biasanya orang-orang yang ingin menggunakan jasa dari kafe ini adalah orang-orang yang belum menggunakan kesempatannya dengan baik. Dalam hal ini kesempatan bersikap atau kurang menghargai pasangan, keluarga atau kerabatnya.

Kendati dapat membawa seseorang ke masa lalu, tapi tidak sembarangan orang bisa menggunakan kesempatan tersebut. Sebab untuk kembali ke masa lalu mempunyai beberapa peraturan yang harus dilakukan sang pengguna jasa. Jika dari persyaratan itu dilanggar, si pengguna jasa bisa tidak selamat dan menjadi hantu penunggu di sana.

Selain ada beberapa persyaratan, di kafe tersebut si pengguna jasa harus duduk di tempat khusus. Namun sayangnya, kursi tersebut adalah tempat hantu penunggu yang hanya bangun untuk ke toilet sekali dalam sehari. Sehingga seseorang yang ingin ke masa lalu harus menunggu hantu penunggu itu beranjak dari kursinya.

Fyi, seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya jika si pengguna jasa melanggar beberapa peraturan ketika kembali ke masa lalu, dia akan menjadi hantu penunggu. Nah, hantu penunggu yang saya maksud adalah dia akan menggantikan tugas dari si hantu penunggu sebelumnya yang duduk di kursi khusus tersebut. Agar tidak menjadi hantu penunggu, mereka harus kembali (dari masa lalu ke masa depan) sebelum kopi yang dipesan menjadi dingin.

Namun beruntungnya, orang-orang yang terdapat dalam novel ini dapat kembali dengan selamat. Kendati pada awalnya, mereka harus berat hati mengakhiri kesempatan kedua bersama orang-orang yang mereka kasihi. You know-lah, pasti berat harus mengakhiri kesempatan tersebut, apalagi jika itu adalah sebuah momen ketika si pengguna jasa harus berpisah dengan orang terkasih.

Dari sekian kisah si pengguna jasa untuk pergi ke masa lalu, ada satu kisah yang begitu menarik perhatian ketika istri pemilik kafe tersebut ingin pergi ke masa depan. Kafe Funiculi Funicula selama ini belum pernah mendapat dan melakukan perjalanan waktu ke masa depan. Mereka, berikut hantu penunggu pun tidak mengerti apakah hal tersebut dapat dilakukan. Namun yang terpenting adalah mereka tidak tahu dampak dan akibat juga hal-hal yang akan terjadi bila melakukan perjalanan ke masa depan.

Namun tampaknya dia begitu gigih untuk pergi ke masa depan. Namanya Kei–istri Nagare yang kadang juga membantu sebagai kasir di kafe. Dia ingin melakukan perjalanan ke masa depan bukan tanpa alasan. Bahkan sangat mempunyai tekad untuk mengetahui masa depan di sepuluh tahun kemudian.

 Memangnya apa sih yang membuat Kei menjadi senekat itu?

Sejujurnya ada kisah mengharukan dibalik kisah tersebut. Kei ingin pergi ke masa depan untuk mengetahui apakah dia bisa melahirkan janin yang ada dikandungannya saat ini? Sebab kehamilan Kei begitu menguras tenaganya dan membuat kondisinya semakin melemah.

Di suatu waktu, Kei begitu khawatir. Dia takut tidak bisa menyelamatkan janin tersebut kendati Nagare telah memintanya untuk menyerah untuk mempertahankan janin tersebut. Sebab Nagare harus membuat keputusan dan tidak bisa menyelamatkan keduanya.

Akan tetapi Kei yang begitu menginginkan seorang keturunan, bersekukuh ingin mempertahankan janin tersebut. Walaupun harus merelakan nyawanya sendiri.

Pada awalnya tidak ada yang ingin mendukung keinginan Kei. Sebab orang-orang di Kafe Funiculi Funikula begitu menyayangi Kei seperti saudara. Namun Kazu yang bertugas menuangkan kopi di sana menyemangati Kei, begitu pun dengan hantu penunggu. Alhasil, keinginan Kei untuk ke masa depan  tersebut berhasil membuatnya tidur dengan tenang.

Well... bagi saya novel ini happy ending dengan caranya masing-masing. Kendati orang-orang yang datang ke kafe Funiculi Funicula adalah orang-orang yang cukup menyesal karena tidak bisa menggunakan kesempatannya dengan baik. Namun kembalinya mereka ke masa lalu memberikan sebuah kelegaan yang tidak bisa didiskripsikan dengan kata-kata.

Walaupun pada akhirnya, mereka akan tetap berpisah dan merelakan orang paling terkasih. Namun pertemuan untuk kedua kalinya tersebut memberikan satu pembelajaran berharga bagi para pelakunya.

Sama halnya Kei yang pergi ke masa depan untuk bertemu buah hatinya. Sebuah tekad tidak menghianati hasil Kei, kendati harus menukarkan dengan nyawanya. Yups, saat itu Kei berhasil bertemu dengan sang putri yang usianya 10 tahun. Dia juga membantu di kafe Funiculi Funicula sebagai kasir selepas pulang sekolah.

Funiculi Funicula dalam gambaran saya adalah sebuah perenungan yang berharga. Kisah ini memang fiksi, tapi pembelajaran tentang menghargai kesempatan adalah sebuah nilai. Nilai tentang kenyataan hidup, bila manusia harus bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Sebab tidak ada Kafe Funiculi Funicula didunia nyata yang kejam ini.


5 Bacaan Terbaik di 2022

Hai Januari, apa kabar? Eh, maksud saya Teteman, hehe. Enggak terasa ya, 2022 telah berlalu. Padahal rasanya baru kemarin deh, bulan Januari 2022 dan sekarang sudah di Januari 2023 saja.

5  Bacaan Terbaik di 2022

Ngomong-ngomong tentang 2023 nih! Seperti halnya diawal tahun lalu, kali ini pun saya ingin merekomendasikan bacaan terbaik versi saya di tahun 2022. Kira-kira ada bacaan terbaik Teteman juga enggak ya?

5. Novel Almond karya Sohn Won Pyung

Menelisik tentang Almond, saya menjadi berpikir keras mengenai kekhawatiran bila nanti menjadi orang tua. Takut, bila tidak bisa memberikan hak untuk anak dan sebagainya.

Kendati demikian dari Novel Almond saya pun menjadi sadar, bila manusia itu memang butuh belajar berbagai hal. Enggak hanya belajar di sekolah, tapi pun belajar kehidupan yang bahkan tidak diajarkan di sekolah.

Seperti halnya belajar tentang parenting yang kadang kala masih dianggap sepele bagi sebagian orang. Padahal belajar parenting sebelum menjadi orang tua adalah sebuah bekal menjadi sebaik-baiknya orang tua.

Seperti halnya dalam Novel Almond, Yoon Jae adalah seorang anak yang dilahirkan dengan amigdala yang kecil. Hal tersebut mengakibatkan dia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang melambat dari sebagian teman sebayanya. Selain itu, dia tidak bisa merasakan emosi dari lawan bicara.

Adakalanya bila tokoh Yoon Jae hanyalah sebagai salah satu contoh saja. Sebuah contoh kelalaian orang tua dalam mengetahui tumbuh kembang anak sejak lahir. Walaupun demikian saya tidak bisa menghakimi orang tua tersebut. Sebab tidak ada orang tua yang sempurna.

Namun Novel Almond sendiri mengajarkan saya untuk terus belajar apapun mengenai kehidupan terutama ilmu parenting.

Baca juga: Review Novel Almond karya Sohn Won Pyung

 

 4. Buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti karya Kim Sang Hyun

Kim Sang Hyun dengan sebuah karyanya yang berjudul Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? membuat saya merenungkan banyak hal. Salah satu contohnya sudahkah saya menerima dan memaafkan diri sendiri atau sudahkah melakukan dan memberikan yang terbaik untuk diri sendiri?

Buku karya Kim Sang Hyun menurut saya selain sebagai perenungan juga sebagai tamparan keras untuk sadar, bila sejatinya hal yang perlu diutamakan adalah diri sendiri. Ngomong-ngomong bukan berarti mengajarkan untuk bersikap egois atau apatis ya?

Sebab ada kalanya kita sebagai manusia perlu bersikap tega kepada orang lain. Tega dalam artian, tidak selalu sama dan selaras terhadap pendapat, keinginan pun anggapan orang lain.

Jangan rendah diri bila dianggap cuek atau tidak peduli. Manusia itu mempunyai tujuan dan pilihan masing-masing dalam menjalani kehidupannya. Sebab setiap manusia mempunyai cara bahagia yang berbeda.

Baca juga: Review Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti karya KimSang Hyun

 

3. Novel Malice: Catatan Pembunuhan Sang Novelis karya Keigo Higashino

Saya tidak bisa berkomentar panjang lebar jika berhubungan dengan karya pengarang asal Negeri Sakura ini. Sebab selalu berhasil memberikan hal-hal baru yang tak terduga, meski dengan genre yang sama.

Saya hanya bisa berpendapat bila Novel Malice: Catatan Pembunuhan Sang Novelis karya Keigo Higashino mempunyai alur, konflik dan penyelesaian yang cukup menggugah. Begitupun pada karakter tiap tokoh yang hampir membuat saya terkecoh akibat salah menilai.

Kendati demikian, bukan hanya menyoal tentang plotnya saja. Dari sekian karya Keigo Higashino, Novel Malice: Catatan Pembunuhan Sang Novelis ini menjadi karya terbaik kedua setelah Keajaiban Toko Kelontong Namiya.

Baca juga: Review Novel Malice: Catatan Pembunuhan Sang Novelis karya KeigoHigashino

 

2. Novel Matahari Minor karya Tere Liye

Enggak nyangka saja sih, ternyata tiap tahun ada karya dari Bang Tere yang masuk dalam daftar novel terbaik versi saya, hehe. Lantas di tahun 2022, karya Bang Tere yang terbaik menurut saya adalah Novel Matahari Minor.

Hal tersebut dikarenakan menurut saya Novel Matahari Minor memberikan plottwist yang begitu mengejutkan. Saya tidak menyangka, bila Bang Tere akan mengembangkan kisah kematian Ily dan menghubungkannya pada karya series selanjutnya.

Enggak hanya itu, misteri kebangkitan Ily pun menjadi satu konflik yang mengesankan. Sebab selama series yang telah dirilis, belum ada tokoh protagonis berubah menjadi antagonis dan sedang dimanfaatkan oleh para pemilik kekuatan.  Hal tersebut membuat saya memposisikan Novel Matahari Minor diurutan kedua.

Baca juga Review Novel Matahari Minor karya Tere Liye

 

1. Buku Goodbye Things karya Fumio Sasaki


Goodbye Things karya Fumio Sasaki berhasil mencuri perhatian saya dari sekian bacaan yang ada. Sebab menurut saya, Goodbye Things bukan sekadar bacaan tapi pengetahuan yang relevan terhadap situasi yang terjadi dalam hidup saya.

Buku Goodbye Things begitu membantu dan berhasil menyelaraskan pemikiran saya tentang hidup minimalis. Enggak hanya memberikan pengetahuan, tapi berhasil memunculkan aksi dalam diri saya untuk berbenah.

Saya tidak bisa memberikan penjelasan terlalu panjang mengenai buku satu ini. Namun ada satu klausa untuk mendeskripsikan karya dari Fumio Sasaki ini, yakni Goodbye Things adalah buku ajaib.

Baca juga: Review Goodbye Things karya Fumio Sasaki


Nah, itulah daftar bacaan terbaik versi saya. Lantas apa saja bacaan terbaik versi Teteman?