Resensi Buku PhD Parent’s Stories karya Ario Muhammad, Phd
Dampak Perang dan Pentingnya Pendidikan dalam Totto-chan’s Children ( A Goodwill Journey to the Children of the World)
Cara Asyik Mengenali Kepribadian Ala Ikal "Cinta di Dalam Gelas"
Bercermin pada J. Sumardianta ( Review Guru Gokil Murid Unyu)
Ngecas Ide Lewat Chicago Typewriter
Siapa nih yang suka drama Korea? Pasti sudah
enggak asing lagi dong dengan Yoon Ah In, Im Soo Jung dan Go Kyung Pyo? Dalam
serial drama Chicago Typewriter yang bergenre roman fantasi ini, mereka
berperan sebagai teman seperjuangan loh!
Chicago Typewriter memang bukan drama baru,
karena telah diliris April 2017. Namun, drama yang mengisahkan tentang penulis
pada masa penjajahan Jepang era 1930-an yang ditulis oleh Ji soo Wan, banyak
sekali loh hal yang dapat diambil amanatnya.
Apalagi untuk saya atau mungkin Teteman yang
mulai gundah gulana dan mulai susah ketika menghadapi ide yang tiba-tiba
tersendat. Biasanya jika sudah mulai seperti itu, saya akan segera mencari
referensi motivasi yang dapat mengembalikan semangat menulis. Salah satunya
berburu drama Chicago Typewriter ini.
Meski drama ini bukan satu-satunya yang
mengangkat tema tentang menulis tetapi juga menganggkat tema tentang
persahabatan dan patriotisme, tapi saya menyarankan drama ini kepada kalian
yang belum menonton. Selain ceritanya yang unik, tentu saja menceritakan pahit
manisnya dunia tulis menulis.
Seperti halnya yang dialami oleh Han Se Joo
yang diperankan oleh Yoon Ah In. Dalam cerita Se Joo adalah seorang penulis
terkenal namun mengalami tekanan ketika ingin menulis. Dia tiba-tiba kehilangan
kemampuan menulis ketika mendapatkan mesin ketik yang didapatnya dari Amerika.
Saat menatap mesin ketik itu dia merasa
dihantui banyang-bayang masa lalu dari mimpinya yang tidak tahu berasal dari
mana. Akan tetapi, bayang-bayang masa lalu dari mimpinya tersebuat akan menguak
satu persatu mengapa dia dapat mengalami hal tersebut.
Cerita semakin menarik ketika mendekati deadline, kondisi Se Joo yang tengah writer’s block tiba-tiba mengirimkan fax
ke penerbit yang bahkan tidak pernah dia ketik sebelumnya. Pemberitahuan dari
penerbit itu membuat Se Joo terkejut, apalagi dia selalu mewanti-wanti produsernya
dan terus menanyainya apakah benar itu adalah karya yang telah ditulis Se Joo?
Karena sebelumnya, akibat writer’s block
yang dialami membuat produser menyarankan untuk memakai ghost writer.
Sebagai penulis ternama, menggunakan ghost writer merupakan keputusan yang
genting. Apalagi di sekeliling Se Joo bertebaran awak media yang siap
mengabarkan setiap gerak-geriknya. Karena memilih seorang ghost writer pun, bukanlah sebuah jalan yang tepat meski sang produser
kerap kali menyarankannya. Akan tetapi prinsip Se Joo adalah “Lebih
baik membiarkan seseorang mencuri tulisannya, daripada mengakui tulisan orang
sebagai tulisannya.”
Prinsip itu muncul tidak terjadi begitu saja.
Sepuluh tahun yang lalu, seseorang yang sudah dianggapnya sebagai saudara telah
mencuri tulisan Se Joo yang juga berkeinginan menjadi seorang penulis. Dia
adalah anak Penulis Baek yang sudah dianggapnya ayah dan guru. Itulah mengapa,
kadang kala ingatannya tentang masa silam dapat memberikan motivasi untuk lebih
baik lagi untuk Se Joo.
Dari peristiwa yang dialami oleh Han Se Joo,
saya dapat menarik dua kesimpulan.
#Pertama Ketangguhan Se Joo Dalam Menghadapi Writer’s Block
Sebagai seorang penulis writer’s block bukanlah sesuatu yang diharapkan. Dalam hal ini Se
Joo terus berusaha dengan kemampuan yang dimiliki untuk memerangi penyakit
tersebut. Dalam keadaan genting, dia tidak ingin berhenti dan terus berusaha
menulis meski writer’s block
menghantui.
Dari peristiwa Se Joo ini, secara tidak langsung mengajarkan kita
untuk tidak menyerah. Bahwa dengan pantang menyerah adalah pembuka jalan dalam
setiap masalah yang dihadapi, baik itu seperti writer’s block yang dialami Han Se Joo maupun hal-hal yang ada dalam
kehidupan ini.
#Kedua Chicago Typewriter Mengajarkan Kita Untuk Rendah Hati dan Selalu Sabar
Plagiasi bukanlah hal yang diharapkan bagi
seorang penulis ataupun dibidang lain. Selain merugikan, plagiasi adalah salah
satu penyakit yang dapat merusak karakter seseorang. Akan tetapi, peristiwa
plagiasi dalam Chicago Typewriter yang dialami sang tokoh utama menciptakan
sebuah motivasi tersendiri.
Han Se Joo, berusaha untuk menjadi lebih baik
dalam menulis setelah tahu karyanya diplagiasi. Seolah-olah, peristiwa yang
dialami tersebut menjadi sebuah cambukkan bahwa akan ada hari yang baik selama
dapat berserah diri, bersabar, dan dari berbagai usaha yang dilakukan.
Selain kedua hal ini, sebenarnya masih banyak
sih! Berkaitan kesetiakawanan, nasionalis misalnya. Namun saya hanya membagikan
dua poin utama yang menurut hemat saya relevan dalam kegiatan kepenulisan.
Ketika Doa Menjadi Senjata Terakhir
Pernah enggak sih merasa kalau yang kalian lakukan sudah maksimal. Kalian sudah mati-matian, memeras peluh, banting tulang dan meluangkan waktu semanfaat mungkin untuk mewujudkan apa yang diinginkan. Kemudian hanya berserah diri kepada Sang Pemberi Rizeki? Kalau memang pernah, berarti kalian adalah orang-orang yang beruntung. Ya, beruntung, karena meminta pada Zat yang tepat dan insyaallah kalin adalah orang-orang yang lolos dalam ujian sabar yang biasanya sering suka mendadak itu. Karena tidak sedikit orang menyerah dan berpikir apa yang telah dilakukannya hanyalah sebuah kesia-siaan, ketika tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
ASAL USUL UPACARA KASADA
Paparan Lokasi
Upacara Kasada dilaksanakan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Paparan data bersumber dari “Inside Indonesia” CNN Indonesia. Upacara Kasada merupakan tradisi suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang sebagai ungkapan syukur.
Paparan data
Upacara Kasada atau Yadnya Kasada merupakan sebuah tradisi orang suku Tengger, yang berupa sasembahan untuk Sang Hyang Widhi. Pada hari ke-14 dalam kalender Jawa yakni bulan Kasada. Masyarakat Tengger mempunyai ritual sendiri, dua hari menjelang Upacara Kasada masyarakat Tengger memadati Pura Luhur Poten untuk menyiapkan ritual pembuatan sesaji diantaranya berupa buah-buahan, sayur, pisang raja, dan kelengkapan sego goloh. Meski memiliki ritual sendiri, Weda tetap menjadi rujukan kitab suci dan sembahyang.
Selain menyiapkan ritual sesajen, ada satu persiapan lainnya sebelum melaksanakan upacara Kasada yakni ritual doa-doa dan tari, bertujuan untuk mengundang para dewa hadir dalam upacara Kasada dan berkenan untuk keseimbangan di dunia dan akhirat. Setelah sesajen disucikan, warga suku Tengger mengarak sesajen lalu melemparkan ke dalam kawah sebagai pengantar harapan akan hidup yang lebih makmur.
Tomo–Kepala Dukun Suku Tengger Jati dalam CNN Indonesia mengatakan bahwa dalam satu tahun Saka, Suku Tengger melaksanakan enam kali upacara. Pertama upacara karo, disebut upacara karo karena dilaksanakan pada bulan kedua. Kata karo artinya dua dalam bahasa Jawa. Kedua, upacara pujan kapat adalah upacara yang dilaksanakan pada bulan keempat. Pujan yang memiliki arti puji dan kapat yakni empat. Kemudian pujan kapitu yang memiliki arti puji ke tujuh, adalah upacara yang dilaksanakan pada bulan ketujuh. Selanjutnya pujan kawolu yang memiliki arti puji kedelapan, adalah upacara yang dilaksanakan pada bulan kedelapan. Kemudian pujan kasanga (puji kesembilan) upacara yang dilakukan pada bulan kesembilan), yang terakhir adalah upacara Kasada. Adapun inti dari upacara Kasada adalah pertama memuja kepada Yang Kuasa, kedua kepada leluhur, ketiga alam semesta.
Tradisi upacara kasada bukanlah tradisi yang semena-mena ada, akan tetapi upacara Kasada adalah sebuah upacara untuk menghormati leluhur suku Tengger. Cerita tentang suku Tengger mempunyai beberapa versi yang pertama bahwa jauh sebelum Majapahit runtuh di kawasan Tengger sudah terdapat komunitas penduduk yang hidup secara teratur. Saat terjadi keruntuhan Majapahit banyak pelarian yang menetap di daerah tersebut, namun di sana sudah ada kelompok masyarakat yang hidup secara teratur (Kusumadinata, AA, 2015). Yang kedua cerita tentang Roro Anteng dan Joko Seger. Nama Tengger berasal dari gabungan Roro Anteng dan Joko Seger, yakni “Teng” dari kata Anteng dan “Ger” dari kata Seger. Jadi, nama suku tengger berasal dari gabungan Roro Anteng dan Joko Seger.
Cerita yang sangat kental di masyarakat adalah versi yang kedua. Roro Anteng dikisahkan seorang putri dari Raja Majapahit dan raja yang pindah ke Gunung Brahma (Gunung Bromo) karena kalah dari putranya. Diberi nama Roro Anteng karena pada saat dilahirkan terdapat keanehan, saat itu Roro Anteng tidak menangis. Akhirnya diberilah nama Anteng dari bahasa Jawa yang berarti tenang. Sementara itu, tidak jauh dari rumah Roro tinggallah juga seorang bayi yang bernama Joko Seger. Karena saat lahir banyinya menangis dengan suara yang keras, akhirnya dinamailah bayi itu dengan Joko Seger. Seger berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti segar atau makmur.
Lambat laun, tumbuhlah kedua bayi itu. Roro Anteng menjadi seorang gadis yang cantik dan Joko Seger menjadi pemuda yang tampan. Sebenarnya banyak perjaka yang ingin meminang Roro Anteng, akan tetapi tidak satupun pinangan diterima. Usut punya usut, ternyata Roro Anteng dan Joko Seger saling mencintai. Tidak lama kemudian, keduanya menikah dan menetap, juga membangun pemukiman baru. Akhirnya daerah desa itu dinamai Tengger yang berasal dari gabungan dua nama mereka yakni Anteng (Teng) digabung Seger (Ger) menjadi Tengger.
Akan tetapi, sudah dua puluh lima tahun menikah Roro Anteng dan Joko Seger belum juga memiliki keturunan. Karena memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki keturunan, akhirnya Joko Seger bertapa di Watu Kuta meminta kepada Sang Hyang Widhi supaya diberi keturunan. Bahkan untuk lebih meyakinkan dewanya, Joko Seger bersumpah bila dianugerahi 25 orang anak, salah satu dari anaknya akan dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo. Usai Joko Seger mengucapkan sumpahnya, muncul jilatan api dari kawah Gunung Bromo. Kemudian, tiba-tiba Roro Anteng mengandung.
Roro Anteng teryata melahirkan anak kembar laki-laki, di tahun berikutnya juga seperti itu sampai berjumlah 25 orang anak. Sampai pada akhirnya Joko Seger terlena, dan lupa akan sumpah kepada dewanya, yang mengatakan akan mempersembahkan salah satu dari kedua puluh lima anak-anaknya.
Pada di suatu malam, Dewa mendatangi Joko Seger dalam mimpinya, dia menegur dan meminta janji yang telah diucapkan kala itu untuk segera ditepati. Setelah itu Joko Seger dilema dan berusaha meminta pengertian juga solusi kepada istrinya–Roro Anteng. Akhirnya Joko Seger menceritakan juga kepada anak-anaknya, akan tetapi semua tidak ada yang ingin dijadikan sesembahan kecuali anak bungsunya–Jaya Kusuma.
Akhirnya Jaya Kusuma menceburkan diri ke dalam kawah Gunung Bromo. Hal tersebut dilakukannya sebagai persembahan kepada sang Dewa untuk memenuhi janji dan sumpah Joko Seger kepada dewa. Akan tetapi, sebelum Jaya Kusuma menceburkan diri, dia meminta penduduk agar mempersembahkan hasil bumi pada tanggal 14 bulan Kasada ke kawah Gunung Bromo.
Untuk menghormati sekaligus mengenang arwah leluhur, akhirnya penduduk Tengger selalu melakukan pengorbanan atau sesembahkan hasil bumi pada hari ke 14 bulan Kasada dengan melemparkannya ke dalam kawah Gunung Bromo. Hingga pada akhirnya, hal ini menjadi suatu tradisi tahunan masyarakat Tengger yang dinamakan upacara Kasada.
Komentar
Dalam upacara Kasada yang dilakukan oleh suku Tengger di tiap tahunnya selain sebagai menghormati leluhur, atau pun mengungkapkan rasa syukur, dan melestarikan budaya, kegiatan upacara Kasada juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan maupun daya tarik perpariwisataan. Hal tersebut dapat dicermati, sebagai wilayah pariwisata yang termasuk dalam Taman Nasional Bromo Tengger, tentunya kegiatan upacara Kasada juga menjadi objek yang dapat menarik perhatian turis lokal maupun mancanegara.
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa disetiap umat Hindu melaksanakan upacara Kasada, masyarakat sekitar yang berbeda agama pun turut andil menyaksikan prosesi tersebut. Tidak hanya dari wilayah kabupaten dan Kota Probolinggo, akan tetapi sudah mencakup wilayah internasional.
Fungsi bagi masyarakat setempat
Dari kegiatan upacara Kasada yang dilakukan oleh Suku Tengger dapat diamati bahwa kegiatan tersebut memiliki banyak fungsi bagi masyarakat setempat. Salah satunya yakni sebagai ucapan syukur kepada Yang Kuasa, kemudian menghormati leluhur tentunya Roro anteng dan Joko Seger juga orang-orang yang telah hidup pada masa dahulu, kemudian berfungsi sebagai pelestarian budaya Tengger. Karena dalam upacara Kasada biasanya terdapat pertunjukkan tentang asal asul suku Tengger, ritual doa-doa, dan ritual tari yang selain sebagai sesembahan kepada Sang Hyang Widhi juga berfungsi sebagai penarik minat dan perhatian terhadap wisatawan lokal maupun mancanegara.
Selain itu, upacara Kasada juga berfungsi sebagai kerekatan tali silaturahi warga Tengger. Hal ini bisa diamati bagaimana cara masyarakat Tengger mempersiapkan upacara enam kali sebelum upacara Kasada. Masyarakat Suku Tengger terlihat saling mengayomi, dan memiliki rasa kekeluargaan yang sangat lekat.
Penutup
Kesimpulan
Upacara Kasada dilaksanakan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Upacara Kasada merupakan tradisi suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang sebagai ungkapan syukur. Upacara Kasada dilakukan pada hari ke-14 dalam kalender Jawa yakni bulan Kasada.
Masyarakat Tengger mempunyai ritual sendiri, dua hari menjelang Upacara Kasada masyarakat Tengger memadati Pura Luhur Poten untuk menyiapkan ritual pembuatan sesaji.
Selain menyiapkan ritual sesajen, ada satu persiapan lainnya sebelum melaksanakan upacara Kasada yakni ritual doa-doa dan tari, yang bertujuan untuk mengundang para dewa hadir dalam upacara Kasada dan berkenan untuk keseimbangan di dunia dan akhirat. Setelah itu baru sesajen disucikan, warga suku Tengger mengarak sesajen lalu melemparkan ke dalam kawah sebagai pengantar harapan akan hidup yang lebih makmur.
Tradisi upacara kasada bukanlah tradisi yang semena-mena ada, akan tetapi upacara Kasada adalah sebuah upacara untuk menghormati leluhur suku Tengger. Yakni cerita tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang mempersembahkan anak sulungnya kepada dewa, hingga dikenal dengan upacara Kasada.
Daftar pustaka
Kusumadinata, AA. (2015). Proses Enkulturasi Dalam Budaya Entas-Entas, Praswala Gara,
Dan Pujan Kapat (Sistem Sosial Lokal: Antar Etnis Kabupaten Probolinggo). Jurnal
Komunikatio, 20.
Harmoni Kasada di Bromo, Inside Indonesia dalam CNN Indonesia, diakses pada 28
November 2018.
Inspiratifnya Kelas Gerbong Kereta dalam Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuronayagi
Adakah yang sudah membaca novel inspiratif
Totto-cha: Gadis di Jendela? Kalau sudah bagaimana kesan dan pesannya? Kemudian
adakah gagasan lain mengenai pendidikan di negeri kita? Namun bagi yang belum membaca, semoga tulisan ini bisa menggambarka isi
dari novel ya?
Seperti
yang sudah Teteman ketahui,
judul novel ini Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Nah, bisa ditembak dong
tokoh utamanya siapa?
Yups, Totto-chan anak gadis yang super imajinatif dan
mempunyai banyak sekali mimpi. Lebih tepatnya dia selalu tertarik pada banyak
hal. Namun karena rasa tahu yang besar, gadis kelas satu SD itu akhirnya
dikeluarkan dari sekolah.
Sebenarnya
dia dikeluarkan bukan karena kegemarannya yang berdiri di balik jendela sambil
melihat ke jalanan (karena kelas terletak di lantai dasar dengan jendela
menghadap ke jalanan) selama jam pelajaran berlangsung. Hal itu tidak
dipermasalahkan oleh Sang guru. Namun yang membuat jengkel ketika Totto-chan
malah memanggil pemusik jalanan dan menyuruh mereka untuk memainkan lagu yang
akhirnya membuat kelas menjadi gaduh. Saat
itu Sang guru hanya menunggu dengan sabar sampai kegaduhan selesai.
Keesokan harinya, Totto-chan berdiri lagi di jendela.
Sang guru hanya memperhatikan karena beliau sedang mengajar dan mengira kalau
Totto-chan sedang menunggu pemusik jalanan lagi. Akan tetapi, tiba-tiba Totto-chan
berteriak dan terlihat sedang berbicara dengan seseorang.
Hal tersebut tentu saja membuat Sang guru tidak bisa
melanjutkan kegiatan mengajarnya. Akhirnya sang guru menghampiri Totto-chan, tapi malah tidak melihat siapapun. Guru
itu hanya melihat sepasang burung walet yang sedang membuat sarang. Saat itu
juga Sang guru tahu, kalau gadis itu sedang berbicara dengan burung walet.
Dari
beberapa peristiwa itulah, Sang guru akhirnya memutuskan untuk sebaiknya Totto-chan dipindahkan ke sekolah
lain. Akhirnya ibu Totto-chan menyekolahkannya di Sekolah Tamoe.
Sekolah
Tamoe adalah sekolah yang unik. Bahkan, ketika sampai
Totto-chan langsung menyukainya. Ya tentu saja, karena dia akan sekolah ditempat
yang berbeda dari sebelumnya. Dia akan sekolah di kelas gerbong kereta!
Kelas barunya ini kembali menciptakan pertanyaan dan rasa
ingin tahu yang lebih. Seperti ketika ingin menemui kepala sekolah Tomoe
Totto-chan berkata pada ibu, "Pria yang akan kita temui pasti kepala
stasiun."
Namun ibu membatin, masalahnya bukan apakah Totto-chan menyukai
sekolah itu atau tidak, tapi apakah kepala sekolah mau menerimanya? Tahu sendirilah yaaa kondisi anak ajaib itu sebelumnya?
Setelah bertemu dengan
seseorang yang berperawakan tidak terlalu tinggi dengan beberapa gigi yang
sudah tanggal itu, Totto-chan diterima dengan senang hati. Dia Mr. Kobayashi
kepala sekolah Tomoe.
Bersekolah di gerbong kereta sudah cukup aneh, tapi
ternyata pengaturan tempat duduk di sekolah itu lebih aneh lagi. Di sekolah
lain setiap anak diberi satu bangku tetap, tapi di Tomoe mereka
boleh duduk sesuka hati, di mana saja, kapan saja.
Kemudian yang paling
aneh dari sekolah Tamoe adalah pelajarannya. Di sekolah-sekolah lain, biasanya
setiap jam pelajaran diisi dengan satu mata pelajaran, misalnya bahasa Jepang
untuk jam pelajaran pertama, yaitu ketika murid-murid hanya belajar bahasa
Jepang. Kemudian misalnya pelajaran berhitung di jam kedua, yaitu ketika
murid-murid hanya belajar berhitung.
Namun di Tomoe
sangat berbeda. Di awal jam pelajaran pertama, guru membuat pertanyaan mengenai
hal-hal yang akan diajarkan hari itu. Kemudian guru berkata, "Sekarang, mulailah dengan salah satu
dari ini. Pilih yang kalian suka."
Jadi tidak masalah apakah mereka memulai dengan belajar
bahasa Jepang atau berhitung atau yang lain. Murid yang suka mengarang langsung
menulis sesuatu, sementara di belakangnya anak yang suka fisika merebus sesuatu
dengan percobaan di atas api berbahan bakar spirtus.
Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati
sejalan dengan waktu, ketika anak-anak melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi
bidang apa yang diminati anak-anak termasuk cara berpikir dan karakter mereka.
Ini cara ideal bagi para guru untuk benar-benar mengenal murid-murid mereka.
Bagi murid-murid, memulai hari dengan mempelajari sesuatu
yang paling disukai sungguh sangat menyenangkan. Fakta bahwa mereka punya waktu
seharian untuk mempelajari materi-materi yang tidak mereka sukai, menunjukkan
bahwa entah bagaimana mereka bisa bertahan menghadapi pelajaran-pelajaran itu.
Jadi, belajar di Tomoe pada umumnya bebas dan mandiri.
Murid bebas berkonsultasi dengan guru kapan saja bila merasa perlu. Guru akan
mendatangi murid jika diminta dan menjelaskan setiap hal sampai anak itu
benar-benar mengerti.
Kemudian mereka diberikan latihan-latihan lain untuk
dikerjakan sendiri. Itulah belajar dalam arti yang sebenar-benarnya dan itu
berarti tidak ada murid yang duduk menganggur dengan sikap tidak peduli
sementara guru sedang menjelaskan sesuatu.
Mr. Kobayashi-lah yang mempunyai inspirasi dan visi untuk
mendirikan sekolah yang menakjubkan itu. Dia adalah pria hebat yang yakin
bahwa pendidikan dasar anak adalah yang
paling penting.
Dalam
bukunya, Tetsuko mengatakan bahwa betapa dia merasa tertolong oleh cara Mr.
Kobayashi kepadanya berulang-ulang, "Kau anak yang benar-benar baik, kau
tahu itu kan?" Seandainya Tetsuko tidak bersekolah di Tomoe dan tidak
pernah bertemu dengan Mr. Kobayashi mungkin dia akan dicap 'anak nakal' tumbuh
dengan rasa tidak percaya diri, menderita kelainan jiwa dan bingung.
Oh ya,
ngomong-ngomong Tetsuko adalah nama asli dari Totto-chan. Nama lengkapnya
Tetsuko Kuroyanagi. Ini salah satu kisah
nyata inspiratif dalam dunia pendidikan. Bahkan,
Tetsuko Kuroyanangi sempat terpilih sebagai duta UNICEF. Hal tersebut diakuinya
sebagai rasa dedikasi dari Mr. Kobayashi kepada anak-anak.
Fyi, Totto-chan Gadis Cilik
di Jendela ini ada buku keduanya loh! Buku kedua tersebut berisi tentang
perjalanan Tetsuko sebagai duta UNICEF di belahan dunia. Buku tersebut berjudul
Totto-chan’s Children dan Teteman
bisa membaca reviewnya pada tautan berikut. Review Totto-chan’s Children.
Bertemu Masa Lalu
Memaknai Film Be With You
Korea Selatan seolah tak ada hentinya
mengkreasikan sebuah cerita. Seolah tak ada kata yang tak menggambarkan suatu
kreatifitas. Dari berbagai produk, mulai dari kecantikan, musik, budaya dan
dalam dunia perfilman.
Memang, salah satu film ini yang berjudul Be With You adalah film yang diremake
ulang dari film Jepang dengan judul yang sama pada tahun 2004. Meski demikian,
film yang diangkat dari novel Takuji Ichikawa ini juga berhasil mengambil hati
penonton loh!
Film yang disutradai oleh Lee Jong Hoon ini
memang bukan tergolong film baru, meski telah diliris pada 14 Maret 2018. Film
yang bercerita tentang keluarga dan bergenre fantasi ini cocok ditonton bersama
keluarga. Selain itu, banyak sekali hal yang dapat diambil amanatnya, selain
tentang kesetiaan terhadap pasangan maupun keluarga.
Mungkin sebagian dari Teteman bertanya-tanya,
kenapa saya harus susah-susah menulis setelah menonton dan memberikan beberapa
cuplikkan yang notabene menurut saya itu menarik? Seperti yang sudah-sudah,
terlalu sulit melupakan dan ingin membagi. Toh, apa ruginya berbagi?
Sebenarnya inti dari cerita menurut saya
sudah dijelaskan dalam prolog. Dalam prolong dicerita seperti ini, bahwa antara
surga dan bumi ada tempat yang disebut negeri awan. Orang-orang tinggal di sana
hingga mereka dilupakan sebelum naik ke surga. Ibu pinguin mengintip ke bumi
melalui sebuah lubang dan menangis setiap hari.
Ketika musim hujan dimulai setahun kemudian,
dia diam-diam melompat ke kereta hujan. Kereta berhenti di stasiun kecil.
Tiba-tiba dia mendengar tangisan bayi. Dia berlari dan menemukan bayi
pinguinnya menangis dalam jas hujan berwarna kuning. Dia memeluk erat bayi
pinguinnya. Tiba-tiba keajaiban terjadi. Ibu dan bayinya selalu hidup bersama. Mereka
bermain. Sang ibu mengajari bayinya cara untuk mendapatkan ikan dan
bersenang-senang.
Sebentar lagi musim hujan akan berakhir. Peri
hujan dari negeri awan datang dan berbisik kepada ibu pinguin. “Kau harus kembali sebelum awan menghilang.
Jika melewatkan kereta terakhir, kau tidak bisa kembali ke negeri awan. Lalu
kau tak akan bisa lagi mengawasi bayimu dari awan”. Ibu pinguin sangat
sedih, tapi dia tidak menangis.
Bayinya juga tersenyum kepadanya. Mereka
saling berpelukan dan mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman. Ibu pinguin
kembali ke negeri awan, mengawasai bayinya setiap hari tanpa bersedih lagi.
Saat itu Ji Ho yang diperankan oleh Kim Ji
Hwan mengajak ayahnya yang diperankan oleh So Ji Sub untuk menjemput ibunya di
stasiun dekat rumah. Karena saat itu, mulai memasuki musim hujan. Sebagai
seorang anak kecil yang baru kelas satu SD, tentu dia mempercayai cerita bayi
pinguin itu dan berharap ibunya Soo Ah diperankan Son Ye Jin yang telah
meninggal datang turut menaiki kereta hujan.
Ji Ho dan ayah sudah menunggu begitu lama.
Hingga pada akhirnya Woo Jin menggendong Ji Ho karena tidak mau diajak pulang.
Dalam perjalanan pulang, Woo Jin terkejut melihat istrinya –Soo Ah tengah
pingsan di terowongan rel kereta api.
Kehadiran Soo Ah yang penuh keajaiban itu
membuat keluarga menjadi lebih berwarna. Meski dalam keadaan lupa ingatan Ji Ho
dan Woo Jin selalu bercerita tentang keluarga. Hingga pada akhirnya, dalam diri
Soo Ah menyadari bahwa dia adalah seorang ibu bagi Ji Ho dan seorang istri
untuk Woo Jin.
Dalam keseharian, saat Soo Ah menyadari bahwa
dirinya seperti ibu dari cerita pinguin akhirnya memutuskan untuk mengajari Ji
Ho memasak, mencuci, dan membereskan rumah. Dia seolah menyadari, bahwa dirinya
juga tidak memiliki waktu yang panjang untuk bersama Ji Ho dan Woo Jin. Berita
yang ditayangkan di televisi akhir-akhir ini begitu meresahkan, karena
diprediksi musim hujan akan segera berakhir.
Mengetahui hal itu, Ji Ho tak kehabisan akal.
Dia pergi ke rumah temannya untuk mencuci mobil ayah temannya tanpa izin. Dia
mendengar dari sang teman jika mobil ayahnya dicuci, hujan akan selalu
turun. Namun cuaca tidak berubah dan ang
pemilik mobil marah sehingga memanggil Woo Jin.
Dalam perjalanan pulang, Ji Ho hanya diam dan
berjalan menunduk setelah dimarahi oleh Woo Jin. Mengetahui anaknya yang masih
bersedih, lantas dia bertanya kenapa Ji Ho mencuci mobil temannya tanpa izin.
Dengan polos Ji Ho menjawab, “Dia bilang kalau mobil ayahnya dicuci, hujan
selalu turun.” Mendengar penjelasan itu, Woo Jin langsung memeluk anaknya.
Hingga sampai di penghujung cerita, matahari
terbit menandakan Soo Ah harus kembali ke negeri awan. Saat itu dia berjalan
menuju stasiun, dia juga mendengar Ji Ho memanggilnya dari kejauhan.
Ji Ho : “Ibu
maafkan aku. Karena aku ibu meninggal. Aku dengar keluarga kita bilang, ibu
sakit karena aku. Maaf. Seandainya aku tahu, aku akan menjadi anak yang baik.
Jika aku tidak lahir, ibu bisa hidup lebih lama bersama ayah.”
Ibu : “Ji
Ho, semua itu tidak benar. Semuanya akan tetap sama meski kau tidak lahir.
Selain itu ibu takkan bahagia tanpa kehadiranmu, meski ibu hidup hingga usia
100 tahun. Ibu dan ayah, kami bertemu agar kau lahir di dunia ini, Ji Ho. Jadi
ibu bersyukur.”
Ji Ho : “Sungguh?”
Ibu : “Iya”
ucap ibu sambil mengangguk. “Ji Ho, ibu akan pergi ke negeri awan dan akan
terus mengawasimu. Tumbuhlah dengan baik. Lindungi ayah seperti janjimu.”
Ji Ho : “Aku
takkan melupakan ibu”– sembari memeluk ibu.
Well kisah Be With You berakhir happy ending menurut saya. Walau pada
akhirnya Soo Ah tetap tidak bersama Ji Ho dan Woo Jin. Namun ayah dan anak
hidup dengan bahagia juga mulai merelakan Soo Ah.
Sebaiknya, bagi Teteman yang belum menonton
film ini bersiap-siaplah membawa tisu. Karena banyak hal yang tak terduga dalam
tiap scene. Dari beberapa cuplikan
atau cerita singkat ini adakah yang Teteman peroleh amanatnya?
Nah saya akan menjelaskan salah satu saja
yaaa, yakni saat ibu mengatakan kepada Ji Ho kalau Ji Ho bukanlah alasan ibu
meninggal. Ibu mengatakan dengan gamblang seperti ini, “Ji Ho, semua itu tidak benar. Semuanya akan tetap sama meski kau tidak
lahir. Selain itu ibu takkan bahagia tanpa kehadiranmu, meski ibu hidup hingga
usia 100 tahun. Ibu dan ayah, kami bertemu agar kau lahir di dunia ini, Ji Ho.
Jadi ibu bersyukur.”
Bukan rahasia umum lagi dong, kalau buah hati
memang menjadi salah satu anugerah bagi orang tua. Akan tetapi masih banyak,
anak yang belum bisa mensyukuri kehadiran orang-orang terkasih itu.
Mereka justru menganggap keberadaan orang tua
hanya sebagai penjara dan kekangan. Mereka tidak tahu, dibelahan bumi masih ada
orang-orang yang menantikan kehadiran buah hati. Mereka tidak tahu bagaimana
susahnya berusaha (maaf) untuk mendapatkan keturunan. Karena itu, bagi orang
tua–anak adalah hadiah terindah dari Tuhan.
Bersyukurlah pula yang masih memiliki orang tua lengkap. Semoga
hal itu pun menjadi sebuah hadiah terindah dari Tuhan untuk mengejar cita-cita,
kehadiran orang tua semoga dapat menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik
lagi.
Nah, untuk Teteman yang sudah pernah menonton
Be With You, bagaimana kesannya?
ANALISIS FEMINISME GENDER DALAM NOVEL CINTA DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA
KEGIGIHAN CINTA DAN RASA MEMILIKI: LAISA DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE
Masalah dalam penelitian ini adalah menunjukkan kegigihan tokoh Laisa dalam Novel
Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye dengan menggunakan teori psikologi humanistik Abram Maslow tentang kebutuhan bertingkat manusia dengan fokus penelitian kebutuhan akan cinta dan memiliki. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan yakni kepustakaan. Hasil pembahasan dalam penelitian ini, bahwa tokoh Laisa sangat gigih menunjukkan cinta dan memiliki kepada keluarga. Kepedulian Laisa lebih dari bagaimana dia memperhatikan orang lain daripada diri sendiri. Sebagai seorang kakak, Laisa dapat dikatakan berhasil memberikan teladan kepada keempat adik-adiknya. Bahkan Laisa telah berhasil menunjukkan, bahwa cinta dan memiliki merupakan kekuatan dalam keluarga.
Kata kunci: penerapan novel bidadari-bidadari Surga, humanistik, psikoeksplonatori
PENDAHULUAN
Purwanto, (2007:1) berpendapat bahwa psikologi berarti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yang dimaksud dengan tingkah laku ialah segala kegiatan, tindakan, perbuatan manusia baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadari. Termasuk di dalamnya: cara ia berbicara, berjalan, berfikir/mengambil keputusan, cara ia melakukan sesuatu, cara bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Dalam hal ini pengarang membutuhkan psikologi sebagai objek dalam karyanya. Sebagai implementasi dan cerminan dalam kehidupan.
Karya sastra dari penulisan pengarang berhubungan dengan realitas kehidupan masyarakat dalam hal ini manusia. Dengan demikian, karya sastra tidak hanya dianggap sebagai suatu karya seni yang diekspresikan melalui pengalaman-pengalaman kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai suatu karya kreatif yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan dalam hal ini sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai gejala (penyakit) kejiwaan. Sebagai suatu karya sastra, novel mempunyai pengaruh dalam kehidupan bermasyarat. Hal ini dikarenakan banyak novel maupun karya sastra lain yang mengangkat masalah kehidupan.
Seperti halnya dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Pada novel ini tokoh Laisa menunjukkan sikap tanggung jawab dan sebagai seorang kakak terhadap adik-adiknya. Bukan hanya itu, novel ini semakin menarik untuk dikaji melalui psikologi humanistik Abraham Maslow dalam menggali lebih jauh seperti apakah karakter Laisa dalam kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki dalam novel ini. Karena sebagai seorang manusia kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam peneletian ini adalah mengenai: (1) pengertian psikologi humanistik Abraham Maslow; (2) kebutuhan bertingkat manusia menurut Abraham Maslow; (3) analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki: Laisa dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan makalah ini: (1) menambah wawasan pembaca tentang psikologi humanistik Abraham Maslow. (2) menambah wawasan pembaca tentang kebutuhan bertingkat manusia menurut Abraham Maslow. (3) menambah pengetahuan mengenai analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki: Laisa dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.
PEMBAHASAN
Kajian Pustaka
Pengertian psikologi humanistik
Istilah psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh, yaitu teori psikoanalisa dan behaviorisme. Meskipun tokoh-tokoh gerakan ini memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern yaitu eksistensialisme.
Maslow (dalam Koeswara, 1991:113) menyatakan bahwa setiap manusia adalah satu kepribadian secara keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi, yang menunjukkan eksistensi manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Adapun kepribadian menurut Maslow (dalam Koeswara, 1991:116) adalah sebagai lukisan penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas dan potensi-potensi.
Setiap manusia, dengan demikian, bebas membuat pilihan yang terbaik bagi diri pribadi sehingga terhindar dari kesengsaraan, keterasingan, kebosanan, kecemasan, rasa bersalah, dan penderitaan-penderitaan lain. Penderitaan-penderitaan akan segera menghilang apabila manusia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan sehingga timbul rasa kepuasan dan hidup menjadi penuh makna.
Psikologi humanistik adalah ajaran bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Maslow mengembangkan teorinya dengan bertumpu pada prinsip holistik, suatu prinsip yang berasal dari psikologi gestalt. Maslow (dalam Koeswara, 1991:118) menjelaskan bahwa banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan. Bagi manusia kehidupan yang penuh makna sangat dibutuhkan karena dengan ini maka muncullah sebuah peristiwa hidup yang nanti melahirkan pemikiran untuk mencapai sebuah kepuasan. Kepuasan itu sifatnya sementara jika suatu kebutuhan telah terpuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya akan muncul menuntut pemuasan begitu seterusnya. Berdasarkan ciri yang demikian, gagasan Maslow mengenai kebutuhan yang ada pada manusia adalah merupakan bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.
Kebutuhan Bertingkat Manusia Menurut Abraham Maslow
Menurut Maslow tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan (2016:49). Maslow (dalam Koeswara, 1991:109) berpendapat bahwa motivasi kepribadian terbentuk karena adanya lima kebutuhan pokok yang terdapat dalam psikologi humanistik. Masalahnya yang terpenting, menurut Maslow (dalam Albertine, 2016:50) ialah seseorang harus terlebih dahulu mencapai kebutuhan yang paling mendasar sebelum mencapai kebutuhan atasnya. Secara rinci tingkatan kebutuhan dalam diri individu oleh Maslow (Koeswara, 1991:118) disusun secara bertingkat sebagai berikut:
Kebutuhan-kebutuhan Dasar Fisiologis (Physiological needs)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannnya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Adapun kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis yang dimaksud antara lain kebutuhan akan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensoris. Jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak akan bergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Kebutuhan akan Rasa Aman (need for self-security)
Kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.
Kebutuhan akan Cinta dan Memiliki (need for love and belonging)
Kebutuhan individu akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.
Kebutuhan akan Harga Diri (need for self-esteem)
Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Salah satunya adalah prestasi, dalam hal ini individu butuh penghargaan atas yang dilakukannya berkaitan dengan prestasi yang dimiliki.
Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (need for self actualization)
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan individu akan aktualisasi diri dapat diartikan sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimiliki.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif karena dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa aspek psikomimetik sastra melalui teori humanistik Abraham Maslow dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Kemudian dikatakan kualitatif karena dalam menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan satu sama lain dengan menggunakan kata-kata atau kalimat bukan menggunakan angka-angka statistik.
Adapun jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian kepustakaan. Karena penelitian ini didukung referensi berupa buku-buku sebagai penunjang atau pun tulisan-tulisan yang relevan dengan pembahasan dan sebuah novel. Data dalam penelitian ini adalah data tertulis yaitu berupa kutipan atau dialog-dialog tokoh yang terdapat dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye yang berkaitan dengan psikoeksplanatori berdasarkan analisis psikologi humanistik Abraham Maslow. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye, yang diterbitkan oleh Penerbit Republika Jakarta 2016 dengan tebal 363 halaman.
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
Teknik baca yakni teknik yang dilakukan dengan cara membaca Novel Bidadari-bidadari Surga secara saksama.
Teknik catat yakni peneliti mencatat data yang ditemukan dari hasil bacaan.
Teknik analisis data yaitu menggunakan pendekatan psikologi sastra berdasarkan kajian teori kebutuhan menurut Abraham Maslow untuk menganalisis psikoeksplanatori dalam novel. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi data berupa dialog-dialog, kalimat, frase dan kata-kata tokoh dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Menganalisis data-data yang ditemukan menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Selanjutnya, deskripsi data dipaparkan dalam bentuk narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki Laisa dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye
Kebutuhan individu akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.
Kebutuhan akan cinta dan memiliki juga dapat ditemukan dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye pada kutipan-kutipan berikut ini:
“Mereka terbiasa dengan semua keterbatasan. Terbiasa dengan kehidupan
terpencil. Jadi wajar sajalah melihat dua anak perempuan merambah hutan di
pagi buta. Pemandangan lumrah lembah ini! anak-anaknya tumbuh dan akrab
dengan kehidupan sekitar. Tadi selepas salat shubuh berjamaah, persis saat
perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan mamak,
Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-
berang. Kabar yang membuat Yashinta langsung berseru riang tak henti selama
lima menit. Bergegas melepas mukena kumalnya.” (Tere, 2016:41-42)
Kutipan di atas telah menunjukkan salah satu sikap akan cinta dan memiliki Laisa terhadap adiknya yang bernama Yashinta. Digambarkan saat Laisa menemani Yashinta untuk melihat berang-berang. Dalam keadaan lembah yang masih gelap, Laisa bersedia mengantarkan Yashinta, yang tentu saja akan membuat dia senang.
Sebagai seorang kakak, dalam kutipan tersebut karakter yang dimiliki Laisa menjadi salah satu hal yang menjadikan dirinya sebagai sosok yang gigih dalam menunjukkan cinta dan memiliki, terutama dalam lingkungan keluarga dan antarsaudara. Laisa tidak peduli walau saat itu lembah masih gelap, akan tetapi demi rasa cinta dan memiliki juga ingin memberikan kebahagiaan untuk Yashinta.
“Dalimunte mungkin tidak akan pernah tahu. Tidak pernah! Kak Laisa sama
gugupnya seperti dia, sama gemetarnya bicara di tengah-tengah balai kampung
itu. Tetapi Kak Laisa tidak akan pernah membiarkan adik-adiknya kecewa.
Tidak akan pernah membiarkan adiknya merasa malu. Jika harus ada yang
kecewa dan malu, itu adala ia. Bukan adik-adiknya. Bagi Laisa, sejak babak
pergi, hidupnya amat sederhana. Adik-adiknya berhak atas masa depan yang
lebih baik diabndingkan diriya. Lagipula Laisa akhirya mengerti kenapa
Dalimunte bolos sekolah kemarin. Maka demi rasa sesal telah memukul lengan
Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja. Memberikan energi yang luar-
biasa. Begitu yakin. Begitu tenang. Dan tidak hanya hari itu Laisa
melakukannya. Sungguh tidak. Ia melakukannya berkali-kali sepajang
umurnya.” (Tere, 2016:92)
Seperti yang telah disebutkan dalam kutipan di atas, bahwa saat itu Laisa berusaha untuk meyakinkan warga terhadap ide yang diajukan oleh Dalimunte. Kala itu, Dali mengutarakan pendapatnya mengenai ide membuat kicir air untuk kebutuhan lembah, akan tetapi masih ada warga yang meragukan ide tersebut. Laisa sebagai anak sulung membantu meyakinkan warga.
Seperti yang disebutkan pula dalam kutipan, bahwa Laisa tidak ingin membuat adik-adiknya kecewa. Laisa juga tidak akan membuat mereka malu. Apalagi ide membuat kicir air yang banyak menimbulkan pertanyaan dari warga lembah, sebab dulu warga pernah membuat kicir air akan tetapi gagal. Dalam hal ini, Laisa merasa bertanggung jawab, bahwa dia sebagai seorang kakak dapat memberikan rasa cinta dan memiliki kepada adik-adiknya.
“Laisa menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku mohon, jangan
pernah, jangan pernah buat aku menangis di depa adik-adikku. Jangan pernah!
Itu akan membuat mereka kehilangan teladan. Laisa meremas pahanya
kencang-kencang. Berusaha mengalihkan rasa sakit hati ke rasa sakit di
tubuhnya.” (Tere, 2016:108)
Manusia memiliki banyak anugerah, salah satunya mendapatkan rasa atau sebuah perasaan. Dari sebuah perasaan itulah akan meluap emosi. Dalam salah satu kutipan di atas Laisa berusaha menahan diri agar tidak menangis setelah mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dari kedua adiknya–Ikanuri dan Wibisana. Hal tidak menyenangkan itu dikatakan Ikanuri dan Wibisana bahwa Laisa tidak sama dengan adik-adiknya yang lain, yang memiliki rupa cantik dan tampan, berperawakan tinggi dan semampai. Laisa dan adik-adiknya sungguh berbeda.
Dengan keadaan bertumbuh gempal dan memiliki rupa yang kurang menarik, namun Laisa tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan orang terhadapnya juga keluarga. Bagi Laisa dia tetap menjadi kakak untuk adik-adiknya.
Dalam kutipan di atas telah disebutkan, bahwa seberapa adik-adiknya menyakiti perasaan Laisa, dia tidak pernah mengindahkan perasaan sakit hati tersebut. Dia tidak ingin membuat adik-adiknya kehilangan teladan melihat Laisa menangis setelah mendapatkan perlakuan demikian. Sikap Laisa tersebut, berusaha untuk membuka hati Ikanuri dan Wibisana di kemudian hari. Bahwa bagaimana pun sikap adik-adik terhadapnya, Laisa akan tetap menerima sebagai contoh teladan mereka.
“Puyung tidak boleh memakan mereka.... Laisa mohon. Tidak boleh–“
Kak Laisa mencicit, berkali-kali mengibas-ngibaskan obornya.
“RRRR–“
“Pergilah Ikanuri, Wibisana. Pergi dari sini!PERGI!” Kak Laisa mendorong
Ikanuri dan Wibisana yang pucat pasi di belakangnya. Sementara wajah Kak
Laisa terus bersitatap dengan harimau-harimau itu. Menjaga segala
kemungkinan.” (Tere, 2016:131)
Meski Laisa adalah seorang kakak bagi keempat adiknya, dia tetaplah seorang anak remaja berusia enam belas tahun. Tidak banyak anak remaja seperti Laisa, seorang kakak seperti Laisa yang benar-benar membuktikan cinta dan memiliki yang sedemikian rupa. Usia boleh belasan tahun, namun dia telah menjadi teladan untuk adik-adiknya.
Seperti yang ada pada kutipan di atas, sakit hati yang pernah dirasa tidak pernah menyurutkan niat Laisa untuk menemukan Ikanuri dan Wibisana yang kabur dan tersesat di hutan setelah mengejeknya. Rasa khawatir Laisa lebih besar daripada sakit hati yang dialami. Demi melindungi dua singgung bebal itu, Laisa bersedia menjadi tameng dari ketiga harimau yang kapan saja bisa menerkam. Kapan saja bisa mencabik-cabiknya seperti babak-nya dulu.
“Kak Laisa berlari sekuat kakinya ke kampung atas. Tidak peduli tetes air hujan bagai kerikil batu yang ditembakkan dari atas. Tidak peduli tubuhnya basah kuyup. Tidak peduli malam yang gelap gulita. Dingin membungkus hingga ujung kaki. Musim kemarau begini, di malam hari, suhu lembah Lahambay bisa mencapai delapan derajat celcius. Kak Laisa berlarian menaiki lembah. Terpeleset. Sekali. Dua kali. Tidak peduli. Petir menyalak. Guntur menggelegar. Ia ingat. Ia ingat kakak-kakak mahasiswa tadi menyebut-nyebut soal obat dan dokter. Mereka pasti bisa membantu.” (Tere,2016:168)
Kemudian, saat Yashinta tiba-tiba demam. Tubuh Yashinta semakin panas dan membuat dia kejang-kejang. Melihat adik bungsunya seperti itu Laisa tidak bisa berdiam diri. Dia langsung keluar dan berlari ke kampung atas untuk meminta bantuan ke mahasiswa yang sedang KKN di lembah. Padahal waktu itu hujan lebat, dan kawasan lembah sudah gelap, akan tetapi Laisa tidak peduli yang penting Yashinta mendapatkan pengobatan. Meski Laisa terjatuh dia tetap bangkit untuk sampai ke lembah. Dia tidak ingin terlambat.
Meski sekembalinya Laisa di rumah dengan kaki yang bengkak, tubuh yang kedinginan oleh air hujan, dan wajah yang meringis oleh rasa sakit, dia tidak akan pernah terlambat untuk keluarga. Laisa lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.
Dari beberapa kutipan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Laisa sangatlah cinta dan mempunyai rasa memiliki terhadap keluarganya. Kepedulian Laisa lebih dari bagaimana dia memperhatikan orang lain daripada diri sendiri. Sebagai seorang kakak, Laisa dapat dikatakan berhasil memberikan teladan kepada keempat adik-adiknya. Bahkan Laisa telah berhasil menunjukkan, bahwa cinta dan memiliki merupakan kekuatan dan kunci dalam keluarga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, bahwa pengertian psikologi humanistik adalah ajaran bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Kemudian Maslow mengembangkan teorinya dengan bertumpu pada prinsip holistik, suatu prinsip yang berasal dari psikologi gestalt. Maslow (dalam Koeswara, 1991:118) menjelaskan bahwa banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan.
Maslow (dalam Koeswara, 1991:109) berpendapat bahwa motivasi kepribadian terbentuk karena adanya lima kebutuhan pokok yang terdapat dalam psikologi humanistik, yakni antara lain: (a) kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis (Physiological needs) merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannnya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. (b) kebutuhan akan rasa aman (need for self-security) adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. (c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (need for love and belonging) merupakan suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain. (d) kebutuhan akan harga diri (need for self-esteem) adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan penghargaan dari orang lain. (e) kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.
Adapun analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki Laisa dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, (1) digambarkan saat Laisa menemani Yashinta untuk melihat berang-berang. Dalam keadaan lembah yang masih gelap, Laisa bersedia mengantarkan Yashinta, yang tentu saja akan membuat adiknya senang. (2) Laisa berusaha meyakinkan warga terhadap ide yang diajukan oleh Dalimunte. Kala itu, Dali mengutarakan pendapatnya mengenai ide membuat kicir air untuk kebutuhan lembah, akan tetapi masih ada warga yang meragukan ide tersebut. Laisa sebagai anak sulung membantu meyakinkan warga. Seperti yang disebutkan pula dalam kutipan, bahwa Laisa tidak ingin membuat adik-adiknya kecewa, juga tidak akan membuat mereka malu. (3) Laisa tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan orang terhadapnya juga keluarga. Bagi Laisa dia tetap menjadi kakak untuk adik-adiknya. Meski kedua adiknya–Ikanuri dan Wibisana telah memperlakukan Laisa dan mengejek bahwa Laisa bukanlah kakak mereka. (4) rasa khawatir Laisa lebih besar daripada sakit hati yang dialami. Demi melindungi dua singgung bebal itu, Laisa bersedia menjadi tameng dari ketiga harimau yang kapan saja bisa menerkam. Kapan saja bisa mencabik-cabiknya seperti babak-nya dulu. (5) Laisa tidak peduli meski kakinya bengkak, kedinginan di bawah hujan, yang penting Yashinta mendapatkan pengobatan. Meski Laisa sempat terjatuh dia tetap bangkit untuk sampai ke lembah. Dia tidak ingin terlambat. Laisa lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, apalagi untuk kepentingan keluarga.
DAFTAR RUJUKAN
Koeswara, E. 1991.Teori-Teori Kepribadian.Bandung: PT Gresco.
Liye, Tere.2016.Bidadari-bidadari Surga.Jakarta: Penerbit Republika.
Minderop, Albertine.2016.Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh
Kasus.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Purwanto, M. 2007.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.