Resensi Buku PhD Parent’s Stories karya Ario Muhammad, Phd



Identitas buku

Judul buku : PhD Parent’s Stories
Pengarang  : Ario Muhammad, Phd
Penerbit      : NEA Publishing 
Cetakan       : Pertama, Juli 2018
Tebal            : 293

Phd parents story





Kepengarangan

Ario Muhammad adalah seorang pemerhati sastra dan puisi yang lahir di Halmahera Utara pada 14 September 1987. Salah satu penggiat FLP Taiwan (2011-2012). Penulis adalah lulusan terbaik Fakultas Teknik UMY yang mendapatkan beasiswa S2 dari National Taiwan University Of Science and Technology (NTUST). Kemudian menyelesaikan studi Phd-nya di University of Bristol Inggris. 

Sinopsis

Buku PhD Parent’s Stories adalah sebuah buku nonfiksi, yang menceritakan tentang perjalan Ario Muhammad bersama sang istri dalam meraih beasiswa  S3 di Inggris. Dalam buku ini Ario mengungkapkan, bahwa sebagai wanita muslimah pun mampu menyelesaikan pendidikan di luar negeri. Wanita pun berhak menamatkan pendidikan setinggi mungkin. Bukankah telah dihapuskan mengenai kesenjangan antara laki-laki dan wanita, bahwa laki-laki dan wanita memiliki kesetaraan yang sama.

Selain itu, dalam buku ini dijelaskan bahwa perjuangan meraih doktor tidak mudah. Apalagi bila harus membagi waktu untuk keluarga dan studi. Akan tetapi Ario Muhammad telah membuktikan, meskipun bersama-sama berusaha berjuang meraih doktor tidak ada penghalang pun dalam menjaga keharmonisan keluarga.

Dalam buku ini terdapat pula tips parenting. Bagaimana cara mempersiapkan masa depan anak ketika di negara orang, harus bagaimana kah anak hidup dalam culture yang berbeda dari asal kedua orang tua mereka. Bagaimana membentuk karakter, membangun mindset, ataupun mengajarkan tentang agama yang berbeda dari orang-orang di sekitar.

Bagi saya ini salah satu rekomendasi untuk kalian yang sedang mempersiapkan diri melanjutkan studi di Inggris Raya. Banyak pula manfaat dari buku tulisan Ario ini. Bahasa yang ringan pun menjadi tolak ukur apakah buku layak untuk dibaca. It’s great book! Kalian harus membaca sembari menata kembali masa depan.

Salah satu kekurangan dari buku ini, masih ada kesalahan dalam penulisan juga ejaan. Mungkin itu hanya kesalahan teknis saja. Akan tetapi, semua dapat dikatakan baik dari segi penataan grafis maupun kualitas buku yang digunakan.

Pasangan hidup kita adalah patner kita dalam meraih kesuksesan. Entah kamu berada pada posisi sebagai seorang suami atau istri, kesempatan mereka untuk “tumbuh” dan berkarya seharusnya dijaga dengan semangat saling mendukung dan bersinergi. (Ario, 2018:25)

Dampak Perang dan Pentingnya Pendidikan dalam Totto-chan’s Children ( A Goodwill Journey to the Children of the World)


Nama Totto-chan mungkin sudah tidak asing lagi diingatan. Mungkin sebagian dari kalian yang tengah bergelut dalam dunia pendidikan juga sangat familiar. Masih ingat dong dengan Gadis Cilik di Jendela? Nah itulah, "Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela". 

Salah satu hal yang sangat kental dalam novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela  adalah Mr. Kobayashi, kepala sekolah Tomoe. Mr. Kobayasi adalah pria yang sangat mempedulikan tentang pendidikan anak, dia berkeyakinan bahwa pendidikan dasar anak  adalah yang paling penting. Sehingga dia mendirikan Sekolah Tomoe yang akrab dikenal dengan sebutan Sekolah Gerbong Kereta.

Totto-chan Childrens



Mr. Kobayashi begitu menginspirasi murid-muridnya, begitu pula lah yang terjadi pada Tetsuko Kuroyanagi atau lebih dikenal dengan nama kecilnya Totto-chan. Kecintaan Mr. Kobayashi terhadap anak-anak seolah-olah diturunkan kepada Tetsuko. Karena setelah menuliskan masa kanak-kanaknya, kemudian Tetsuko menuliskan buku kedua yang berisi tentang perjalanan sebagai duta kemanusiaan UNICEF. Dari buku kedua ini yang berjudul Totto-chan’s Children (A Goodwill Journey to the Children of the World), dia menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan anak-anak diberbagai negara.

Tentu saja buku kedua berbeda jauh dengan yang pertama, meski ada sedikit persamaan yakni menceritakan tentang perang. Akan tetapi di buku pertama hanya sekilas, ditulis ketika Tetsuko akan mengungsi akibat perang. Sedangkan di buku kedua, dia menuliskan secara jelas bagaimana akibat terjadinya perang. Terlebih bagaimana pengaruh peristiwa tersebut terhadap psikologi korban.

Dalam buku kedua, Tetsuko menyayangkan kenapa harus ada perang. Mungkin bukan Tetsuko saja yang berpikiran seperti itu, anak-anak, ibu, bapak, ataupun siapa saja yang menjadi korban atau bukan juga pasti akan menyayangkan hal serupa. Jika bisa diselesaikan berunding secara kekeluargaan mengapa tidak? Akan tetapi, beda negara, suku, ras, adat beda pula cara menanganinya, sehingga muncul dan meletuplah perang tersebut.

Buku Tetsuko memberikan kesadaran kepada saya, bahwa seharusnya saya terus bersyukur dapat hidup di negara yang kaya ini. Dapat hidup nyaman di negara berkembang meskipun masih penuh dengan tikus-tikus berdasi, akan tetapi masih bisa tersenyum, makan teratur dan bergizi, minum dengan sesuka hati, dapat fasilitas untuk belajar, ada akses kendaraan, ada rumah yang bisa untuk berteduh dan bercengkerama dengan sanak saudara, dan yang terpenting dapat tidur tenang tidak takut akan ada bom, ranjau darat, atau serangan lainnya.

Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita di belahan dunia lain? Atau pada masa perang ketika Tetsuko menjalankan tugasnya sebagai duta kemanusiaan UNICEF sekitar tahun 1984. Bahkan saat ini pun, masih banyak ekspansi yang terus meletup. Mengenai masalah politik, sumber daya alam, bahkan ras, agama sekarang menjadi tabu dan menjadi sumber perpecahan yang tiada henti. Kemudian, bagaimana nasib anak-anak yang tidak tahu apa-apa, saya yakin mereka bertanya kenapa harus ada perang? Bahkan dalam bukunya Tetsuko menjelaskan bahwa anak-anak pada saat perang saudara yang terjadi di Rwanda tahun 1994 tidak tahu mana yang sekutu dan yang musuh. Mereka dituntut untuk jeli dan peka dalam ketakutan dan kekhawatiran yang melanda.

Banyak sekali dampak yang terjadi akibat perang, hal utama pasti berdampak bagi korban selamat. Bagaimana cara mereka agar dapat menata hidup dalam (maaf) hal yang menjadi serba kekurangan. Maka timbullah berbagai masalah setelah perang tersebut mereda. Selain sebuah warisan penderitaan, bahan pokok yang menjadi langka, tidak utuhnya tempat tinggal, muncul berbagai virus dan penyakit, dan banyak juga korban selamat akan tetapi mereka harus menerima ketidaklengkapan anggota tubuh seperti sedia kala.

Seperti yang telah diungkapkan oleh Duta Kemanusiaan ini, bahwa banyak sekali anak-anak yang meninggal akibat kekurangan gizi dan penyakit. Bahkan, terjadi perubahan pada sikap anak. Mereka lebih banyak melamun, mengalami emosi yang tidak stabil, menjadi lebih menutup diri, bahkan ada yang tidak bisa bicara karena trauma. Jika dilihat dari hal tersebut, betapa besar dan berpengaruhnya dampak perang tersebut.

Meski begitu, tak sedikit anak-anak yang menjadi korban berharap dan begitu menginginkan mereka bisa bersekolah kembali. Salah satu keinginan dari anak-anak itu berasal dari Haiti berdasarkan kunjungan Tetsuko pada 1995. Bahkan ada beberapa negera yang pernah dikunjungi, pemerintah berusaha keras untuk memulihkan pendidikan di negaranya. Pemimpin negera itu mengungkapkan pendidikan adalah hal penting bagi kemajuan negaranya.

Tak sedikit orang dewasa yang peduli terhadap pendidikan anak-anak mendirikan sekolah dengan seadanya. Meski dengan dinding yang berlubang akibat peluru, keterbatasan sarana dan prasarana, tidak menyurutkan mereka untuk tetap belajar. Sungguh berbanding terbalik dengan kehidupan modern saat ini, dan di belahan dunia lain. Anak-anak korban perang itu, lebih memiliki jiwa besar dan berpikir bahwa pendidikan adalah jalan keluar untuk mereka.

Jujur, saya malu pada diri. Dalam kondisi yang sedemikian sulit itu mereka masih dan tetap mengedepankan pendidikan. Mereka mengharapkan bahwa pendidikan dapat mengubah kehidupan setelah meredanya perang. Dari beberapa peristiwa di atas saya menyadari betul, bahwa pengaruh pendidikan sangatlah penting. Kemungkinan besar alasan itulah yang menjadi pondasi banyak orang dalam menyerukan bahwa pendidikan akan menganggakat derajat seseorang, dapat mengubah karakter seseorang dan dari pendidikan kita mengerti tentang berbagi, mengabdi atas ilmu yang telah didapat. 

Dari buku ini saya diajarkan, bahwa pendidikan tidak akan mengenal apakah kamu orang berada, apakah kamu pintar ataupun berkuasa. Akan tetapi yang dikenal pendidikan itu adalah kamu mau, dan melakukannya dengan sepenuh hati.

Cara Asyik Mengenali Kepribadian Ala Ikal "Cinta di Dalam Gelas"



Halo sobat, masih ingat Ikal? Itu loh, remaja yang suka beli kapur tulis di film Laskar Pelangi. Ingatkan? Nah, sekarang saya ingin berbagi cerita Ikal dalam novel Cinta di Dalam Gelas. Novel kedua dwilogi Padang Bulan karya penulis fenomenal Laskar Pelangi.

Dalam novel ini, diceritakan kalau Ikal bekerja di sebuah warung kopi milik pamannya. Sebagai seorang pelayan, tentu saja Ikal bertemu dengan berbagai pembeli, dan tentunya memiliki watak yang berbeda. Nah, dari sinilah dia mulai belajar daya tarik secangkir kopi, yang telah membuat Ikal mengenal kepribadian orang kampungnya. Karena minum kopi, salah satu kebiasaan orang-orang Melayu di Belitung. 

Inilah cara asyik Ikal mengenali kepribadian pembelinya

Bagi orang yang menghirup kopi pahit, umumnya sepahit kopinya. Semakin pahit kopi, makin berlika-liku petualangannya. Orang yang minum kopi pahit adalah mereka yang telah jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. 

Mereka yang takaran gula, kopi, dan susunya proporsional umumnya pegawai kantoran yang memiliki hidup itu-itu saja. Mereka adalah kelompok antiperubahan dengan selimut dan tidur nyenyak dalam zona nyaman. Mereka juga dapat disebut sebagai orang yang tidak mau mengambil resiko. 

Orang yang minum empat sendok kopi--kental dengan sesendok gula merupakan orang yang ahli dalam bidangnya. Mereka adalah orang bertipe pegang-cengkeram-telan, namun mereka adalah pecinta yang romantis. 

Bagi orang yang minum kopi dengan meminta sedikit gula, lalu mengatakan terlalu manis atau kurang manis. Mereka adalah orang yang mudah dihasut. Mereka kaum plin-plan. 

Sedangkan orang yang memerlukan susu lebih banyak, umumnya bermasalah dengan kehidupan rumah tangga. Orang tipe ini sering melamun di warung kopi. Tak tahu apa yang sedang dipikirkan. 

Begitulah Ikal, menggambarkan kepribadian pembelinya. Ini sungguh di luar dugaan bukan? Kepribadian pun bisa dilihat dengan kebiasaan meminum kopi. Lalu kebiasaan minum kopi yang manakah kalian? Apakah sudah minum kopi hari ini? 

Bercermin pada J. Sumardianta ( Review Guru Gokil Murid Unyu)


Kalian tahu enggak sih siapa J. Sumardianta itu? J. Sumardianta adalah seorang guru SMA Kolase John De Britto Yogyakarta. Beliau ini sekaligus seorang penulis yang karyanya sudah banyak terbit di media cetak. Beliau juga disebut sebagai spesialis peresensi buku. Sejak 2002 guru sosiologi ini sudah meresensi lebih dari seratus buku. 

Review Buku Guru Gokil Murid Unyu




Na, loh! Lalu apa hubungannya dengan bercermin kepada beliau? 

Di sinilah pembedanya. J. Sumardianta telah menulis sebuah buku yang diterbitkan 2013 berjudul "Guru Gokil Murid Unyu"  yang berisi kiat guru inspiratif itu seperti apa sih? 

Dalam bukunya, beliau mengungkapkan banyak kiat menjadi seorang guru inspiratif. Namun ada 2 hal yang menggelitik saya untuk membaginya kepada kalian. Apakah itu? Yuk, kita simak! 

Pertama, beliau mengatakan "Guru hebat, menginspirasi murid. Ia sadar sepenuhnya punya satu mulut dan dua telinga. Itu sebabnya, guru tipe ini berusaha untuk menjadi pendengar yang baik dan tidak obral bualan di kelas sepanjang waktu." 

Pernyataan yang sangat bagus. Saya sangat setuju dengan pendapat beliau. Memangnya siapa sih yang enggak setuju dengan pernyataan tersebut? 

Saya setuju bukan dari cara saya sebagai calon pendidik, namun saya melihat dari kacamata ketika dulu sebagai seorang siswa. Rata-rata seorang pendidik yang terlalu banyak bicara malah membuat siswanya cepat bosan. Bukan hanya itu, kadang materi yang disampaikan tidak sempurna diserap. Berbeda dengan seorang pendidik yang memiliki perhatian lebih kepada siswanya. 

Waktu SMA saya memiliki seorang pendidik yang memiliki karakteristik seperti yang Bapak J. Sumardianta katakan. Sama halnya pepatah yang mengatakan siapa yang ingin dihargai juga harus bisa menghargai. Itulah yang beliau terapkan. Sehingga waktu itu, saya dan teman-teman juga bisa memberikan balasan yang sama. 

Setengah membaca buku "Guru Unyu Murid Gokil" saya menyadari bahwa pengalaman belajar di sekolah dulu, merasa sangat beruntung dipertemukan dengan guru yang super inspiratif seperti itu. Beliau  seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang sampai sekarang wejangan-wejangannya masih melekat.

Bapak J. sumardianta juga mengatakan bahwa "Murid bisa melupakan apa yang diajarkan maupun dilakukan gurunya. Namun, murid akan selalu mengingat dan mengenang apa saja yang membuat hati mereka tersentuh." 

Kedua, "Guru mengajar harus sesuai dengan gaya belajar murid. Bukan sebaiknya." 

Sudahkah membaca buku Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi? Seperti yang dilakukan Mr. Kobayashi kepada siswanya. Sehingga mereka dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kekreatifitasannya. 

Dalam bukunya, Bapak J. Sumardianta mengaplikasikan cara belajar tutorial teman sebaya. Ternyata cara tersebut membuat suasana kelas menjadi hidup. Tentu saja seorang pendidik tidak terus-menerus menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Di zaman digital dan modern seperti sekarang cara yang sudah bersifat kuno pasti dinilai sangat membosankan. Ini salah satu tantangan bagi pendidik dan calon pendidik untuk lebih kreatif sehingga bisa mencetak generasi yang lebih baik lagi.

Ngecas Ide Lewat Chicago Typewriter

Siapa nih yang suka drama Korea? Pasti sudah enggak asing lagi dong dengan Yoon Ah In, Im Soo Jung dan Go Kyung Pyo? Dalam serial drama Chicago Typewriter yang bergenre roman fantasi ini, mereka berperan sebagai teman seperjuangan loh!

Chicago Typewriter memang bukan drama baru, karena telah diliris April 2017. Namun, drama yang mengisahkan tentang penulis pada masa penjajahan Jepang era 1930-an yang ditulis oleh Ji soo Wan, banyak sekali loh hal yang dapat diambil amanatnya.

Apalagi untuk saya atau mungkin Teteman yang mulai gundah gulana dan mulai susah ketika menghadapi ide yang tiba-tiba tersendat. Biasanya jika sudah mulai seperti itu, saya akan segera mencari referensi motivasi yang dapat mengembalikan semangat menulis. Salah satunya berburu drama Chicago Typewriter ini.

Meski drama ini bukan satu-satunya yang mengangkat tema tentang menulis tetapi juga menganggkat tema tentang persahabatan dan patriotisme, tapi saya menyarankan drama ini kepada kalian yang belum menonton. Selain ceritanya yang unik, tentu saja menceritakan pahit manisnya dunia tulis menulis. 

Review Drama Korea Chicago Typewriter

Seperti halnya yang dialami oleh Han Se Joo yang diperankan oleh Yoon Ah In. Dalam cerita Se Joo adalah seorang penulis terkenal namun mengalami tekanan ketika ingin menulis. Dia tiba-tiba kehilangan kemampuan menulis ketika mendapatkan mesin ketik yang didapatnya dari Amerika.

Saat menatap mesin ketik itu dia merasa dihantui banyang-bayang masa lalu dari mimpinya yang tidak tahu berasal dari mana. Akan tetapi, bayang-bayang masa lalu dari mimpinya tersebuat akan menguak satu persatu mengapa dia dapat mengalami hal tersebut.

Cerita semakin menarik ketika mendekati deadline, kondisi Se Joo yang tengah writer’s block tiba-tiba mengirimkan fax ke penerbit yang bahkan tidak pernah dia ketik sebelumnya. Pemberitahuan dari penerbit itu membuat Se Joo terkejut, apalagi dia selalu mewanti-wanti produsernya dan terus menanyainya apakah benar itu adalah karya yang telah ditulis Se Joo? Karena sebelumnya, akibat writer’s block yang dialami membuat produser menyarankan untuk memakai ghost writer.

Sebagai penulis ternama, menggunakan ghost writer merupakan keputusan yang genting. Apalagi di sekeliling Se Joo bertebaran awak media yang siap mengabarkan setiap gerak-geriknya. Karena memilih seorang ghost writer pun, bukanlah sebuah jalan yang tepat meski sang produser kerap kali menyarankannya. Akan tetapi prinsip Se Joo adalah “Lebih baik membiarkan seseorang mencuri tulisannya, daripada mengakui tulisan orang sebagai tulisannya.”

Prinsip itu muncul tidak terjadi begitu saja. Sepuluh tahun yang lalu, seseorang yang sudah dianggapnya sebagai saudara telah mencuri tulisan Se Joo yang juga berkeinginan menjadi seorang penulis. Dia adalah anak Penulis Baek yang sudah dianggapnya ayah dan guru. Itulah mengapa, kadang kala ingatannya tentang masa silam dapat memberikan motivasi untuk lebih baik lagi untuk Se Joo.

Dari peristiwa yang dialami oleh Han Se Joo, saya dapat menarik dua kesimpulan.

#Pertama Ketangguhan Se Joo Dalam Menghadapi Writer’s Block

Sebagai seorang penulis writer’s block bukanlah sesuatu yang diharapkan. Dalam hal ini Se Joo terus berusaha dengan kemampuan yang dimiliki untuk memerangi penyakit tersebut. Dalam keadaan genting, dia tidak ingin berhenti dan terus berusaha menulis meski writer’s block menghantui.

Dari peristiwa Se Joo  ini, secara tidak langsung mengajarkan kita untuk tidak menyerah. Bahwa dengan pantang menyerah adalah pembuka jalan dalam setiap masalah yang dihadapi, baik itu seperti writer’s block yang dialami Han Se Joo maupun hal-hal yang ada dalam kehidupan ini.

#Kedua Chicago Typewriter Mengajarkan Kita Untuk Rendah Hati dan Selalu Sabar

Plagiasi bukanlah hal yang diharapkan bagi seorang penulis ataupun dibidang lain. Selain merugikan, plagiasi adalah salah satu penyakit yang dapat merusak karakter seseorang. Akan tetapi, peristiwa plagiasi dalam Chicago Typewriter yang dialami sang tokoh utama menciptakan sebuah motivasi tersendiri.

Han Se Joo, berusaha untuk menjadi lebih baik dalam menulis setelah tahu karyanya diplagiasi. Seolah-olah, peristiwa yang dialami tersebut menjadi sebuah cambukkan bahwa akan ada hari yang baik selama dapat berserah diri, bersabar, dan dari berbagai usaha yang dilakukan.

Selain kedua hal ini, sebenarnya masih banyak sih! Berkaitan kesetiakawanan, nasionalis misalnya. Namun saya hanya membagikan dua poin utama yang menurut hemat saya relevan dalam kegiatan kepenulisan.

Ketika Doa Menjadi Senjata Terakhir


Pernah enggak sih merasa kalau yang kalian lakukan sudah maksimal. Kalian sudah mati-matian, memeras peluh, banting tulang dan meluangkan waktu semanfaat mungkin untuk mewujudkan apa yang diinginkan. Kemudian hanya berserah diri kepada Sang Pemberi Rizeki? Kalau memang pernah, berarti kalian adalah orang-orang yang beruntung. Ya, beruntung, karena meminta pada Zat yang tepat dan insyaallah kalin adalah orang-orang yang lolos dalam ujian sabar yang biasanya sering suka mendadak itu. Karena tidak sedikit orang menyerah dan berpikir apa yang telah dilakukannya hanyalah sebuah kesia-siaan, ketika tidak membuahkan hasil yang diharapkan. 

Mereka menganggap hanya dengan berusaha semua dapat digapai, semua mudah diraih dan apa yang diingini seolah-olah akan berjalan dan menghampiri sendiri. Dari menanamkan persepsi itu, timbullah satu kesalahan. Kesalahan yang mungkin masih dianggap sepele bagi sebagian orang, tidak berpengaruh apa-apa dan hanya sebagai pelengkap saja. Tapi tidakkah kalian berpikir, betapa pentingnya sebuah doa itu?

Sebagai seorang mukmin, pastinya tahu bahwa doa merupakan sesuatu yang paling utama di sisi Allah. Seperti yang diriwayatkan dalam sebuab hadist; Rasulullah SAW bersabda, tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada doa. (H.R. Ahmad). Hal tersebut disebabkan karena doa merupakan kekuatan yang dapat membantu berbagai permasalahan. Namun apabila kalian sudah merasa melakukan usaha yang terbaik dan berdoa sebanyak yang dimampu, tetapi keinginan itu belum juga terwujud? Jangan bersedih apalagi menyerah. Sesungguhnya Allah tengah menyiapkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita inginkan.

Tidak tahukah kalian bahwa Allah merasa malu apabila tidak mengabulkan doa-doa hamba-Nya? Dalam hadist riwayat Al Hakim; Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah malu apabila ada hamba-Nya yang mengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkan kosong dan kecewa. (H.R Al Hakim)
Mungkin dari kalian akan bertanya, jika Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah mengapa usaha dan doa yang sudah dilakukan belum juga  terwujud? Memang tidak ada salahnya bertanya demikia, namun bukankah lebih baik apabila berbaik sangka terhadap Allah? Hitung-hitung berbaik sangka terhadap Allah merupakan ibadah yang baik juga lohh....

 Sesungguhnya Allah bukannya tidak ingin mengabulkan usaha dan doa yang sudah kita kerjakan. Seperti yang sebelumnya sudah diulas, bahwa Allah pasti tengah menyiapkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita inginkan. Disebutkan dalam sebuah hadist yang menyebutkan Rasulullah SAW bersabda, tiada seorang berdoa kepala Allah dengan suatu doa, kecuali dikabulkan-Nya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana). (H.R Ath-Thabrani)

Dari hadist tersebut terlihat bukan? Bahwa Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah?Jadi jangan lagi bersedih apalagi menyerah apabila usaha, keinginan, dan apapun itu belum juga tercapai. Tetap dan selalu berusaha dan menggunakan doa sebagai senjata andalan. 

ASAL USUL UPACARA KASADA


Paparan Lokasi

Upacara Kasada dilaksanakan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Paparan data bersumber dari “Inside Indonesia” CNN Indonesia. Upacara Kasada merupakan tradisi suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang sebagai ungkapan syukur.

Paparan data

Upacara Kasada atau Yadnya Kasada merupakan sebuah tradisi orang suku Tengger, yang berupa sasembahan untuk Sang Hyang Widhi. Pada hari ke-14 dalam kalender Jawa yakni bulan Kasada. Masyarakat Tengger mempunyai ritual sendiri, dua hari menjelang Upacara Kasada masyarakat Tengger memadati Pura Luhur Poten untuk menyiapkan ritual pembuatan sesaji diantaranya berupa buah-buahan, sayur, pisang raja, dan kelengkapan sego goloh. Meski memiliki ritual sendiri, Weda tetap menjadi rujukan kitab suci dan sembahyang.

Selain menyiapkan ritual sesajen, ada satu persiapan lainnya sebelum melaksanakan upacara Kasada yakni ritual doa-doa dan tari, bertujuan untuk mengundang para dewa hadir dalam upacara Kasada dan berkenan untuk keseimbangan di dunia dan akhirat. Setelah sesajen disucikan, warga suku Tengger mengarak sesajen lalu melemparkan ke dalam kawah sebagai pengantar harapan akan hidup yang lebih makmur.

Tomo–Kepala Dukun Suku Tengger Jati dalam CNN Indonesia mengatakan bahwa dalam satu tahun Saka, Suku Tengger melaksanakan enam kali upacara. Pertama upacara karo, disebut upacara karo karena dilaksanakan pada bulan kedua. Kata karo artinya dua dalam bahasa Jawa. Kedua, upacara pujan kapat adalah upacara yang dilaksanakan pada bulan keempat. Pujan yang memiliki arti puji dan kapat yakni empat. Kemudian pujan kapitu yang memiliki arti puji ke tujuh, adalah upacara yang dilaksanakan pada bulan ketujuh. Selanjutnya pujan kawolu yang memiliki arti puji kedelapan, adalah upacara yang dilaksanakan pada bulan kedelapan. Kemudian pujan kasanga (puji kesembilan) upacara yang dilakukan pada bulan kesembilan), yang terakhir adalah upacara Kasada. Adapun inti dari upacara Kasada adalah pertama memuja kepada Yang Kuasa, kedua kepada leluhur, ketiga alam semesta.
Tradisi upacara kasada bukanlah tradisi yang semena-mena ada, akan tetapi upacara Kasada adalah sebuah upacara untuk menghormati leluhur suku Tengger. Cerita tentang suku Tengger mempunyai beberapa versi yang pertama bahwa jauh sebelum Majapahit runtuh di kawasan Tengger sudah terdapat komunitas penduduk yang hidup secara teratur. Saat terjadi keruntuhan Majapahit banyak pelarian yang menetap di daerah tersebut, namun di sana sudah ada kelompok masyarakat yang hidup secara teratur (Kusumadinata, AA, 2015). Yang kedua cerita tentang Roro Anteng dan Joko Seger. Nama Tengger berasal dari gabungan Roro Anteng dan Joko Seger, yakni “Teng” dari kata Anteng dan “Ger” dari kata Seger. Jadi, nama suku tengger berasal dari gabungan Roro Anteng dan Joko Seger.

Cerita yang sangat kental di masyarakat adalah versi yang kedua. Roro Anteng  dikisahkan seorang putri dari Raja Majapahit dan raja yang pindah ke Gunung Brahma (Gunung Bromo) karena kalah dari putranya. Diberi nama Roro Anteng karena pada saat dilahirkan terdapat keanehan, saat itu Roro Anteng tidak menangis. Akhirnya diberilah nama Anteng dari bahasa Jawa yang berarti tenang. Sementara itu, tidak jauh dari rumah Roro tinggallah juga seorang bayi yang bernama Joko Seger. Karena saat lahir banyinya menangis dengan suara yang keras, akhirnya dinamailah bayi itu dengan Joko Seger. Seger berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti segar atau makmur.

Lambat laun, tumbuhlah kedua bayi itu. Roro Anteng menjadi seorang gadis yang cantik dan Joko Seger menjadi pemuda yang tampan. Sebenarnya banyak perjaka yang ingin meminang Roro Anteng, akan tetapi tidak satupun pinangan diterima. Usut punya usut, ternyata Roro Anteng dan Joko Seger saling mencintai. Tidak lama kemudian, keduanya menikah dan menetap, juga membangun pemukiman baru. Akhirnya daerah desa itu dinamai Tengger yang berasal dari gabungan dua nama mereka yakni Anteng (Teng) digabung Seger (Ger) menjadi Tengger.

Akan tetapi, sudah dua puluh lima tahun menikah Roro Anteng dan Joko Seger belum juga memiliki keturunan. Karena memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki keturunan, akhirnya Joko Seger bertapa di Watu Kuta meminta kepada Sang Hyang Widhi supaya diberi keturunan. Bahkan untuk lebih meyakinkan dewanya, Joko Seger bersumpah bila dianugerahi 25 orang anak, salah satu dari anaknya akan dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo. Usai Joko Seger mengucapkan sumpahnya, muncul jilatan api dari kawah Gunung Bromo. Kemudian, tiba-tiba Roro Anteng mengandung.
Roro Anteng teryata melahirkan anak kembar laki-laki, di tahun berikutnya juga seperti itu sampai berjumlah 25 orang anak. Sampai pada akhirnya Joko Seger terlena, dan lupa akan sumpah kepada dewanya, yang mengatakan akan mempersembahkan salah satu dari kedua puluh lima anak-anaknya.

Pada di suatu malam, Dewa mendatangi Joko Seger dalam mimpinya, dia menegur dan meminta janji yang telah diucapkan kala itu untuk segera ditepati. Setelah itu Joko Seger dilema dan berusaha meminta pengertian juga solusi kepada istrinya–Roro Anteng. Akhirnya Joko Seger menceritakan juga kepada anak-anaknya, akan tetapi semua tidak ada yang ingin dijadikan sesembahan kecuali anak bungsunya–Jaya Kusuma.
Akhirnya Jaya Kusuma menceburkan diri ke dalam kawah Gunung Bromo. Hal tersebut dilakukannya sebagai persembahan kepada sang Dewa untuk memenuhi janji dan sumpah Joko Seger kepada dewa. Akan tetapi, sebelum Jaya Kusuma menceburkan diri, dia meminta penduduk agar mempersembahkan hasil bumi pada tanggal 14 bulan Kasada ke kawah Gunung Bromo.
Untuk menghormati sekaligus mengenang arwah leluhur, akhirnya penduduk Tengger selalu melakukan pengorbanan atau sesembahkan hasil bumi pada hari ke 14 bulan Kasada dengan melemparkannya ke dalam kawah Gunung Bromo. Hingga pada akhirnya, hal ini menjadi suatu tradisi tahunan masyarakat Tengger yang dinamakan upacara Kasada.

Komentar

Dalam upacara Kasada yang dilakukan oleh suku Tengger di tiap tahunnya selain sebagai menghormati leluhur, atau pun mengungkapkan rasa syukur, dan melestarikan budaya, kegiatan upacara Kasada juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan maupun daya tarik perpariwisataan. Hal tersebut dapat dicermati, sebagai wilayah pariwisata yang termasuk dalam Taman Nasional Bromo Tengger, tentunya kegiatan upacara Kasada juga menjadi objek yang dapat menarik perhatian turis lokal maupun mancanegara.

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa disetiap umat Hindu melaksanakan upacara Kasada, masyarakat sekitar yang berbeda agama pun turut andil menyaksikan prosesi tersebut. Tidak hanya dari wilayah kabupaten dan Kota Probolinggo, akan tetapi sudah mencakup wilayah internasional.

Fungsi bagi masyarakat setempat

Dari kegiatan upacara Kasada yang dilakukan oleh Suku Tengger dapat diamati bahwa kegiatan tersebut memiliki banyak fungsi bagi masyarakat setempat. Salah satunya yakni sebagai ucapan syukur kepada Yang Kuasa, kemudian menghormati leluhur tentunya Roro anteng dan Joko Seger juga orang-orang yang telah hidup pada masa dahulu, kemudian berfungsi sebagai pelestarian budaya Tengger. Karena dalam upacara Kasada biasanya terdapat pertunjukkan tentang asal asul suku Tengger, ritual doa-doa, dan ritual tari yang selain sebagai sesembahan kepada Sang Hyang Widhi juga berfungsi sebagai penarik minat dan perhatian terhadap wisatawan lokal maupun mancanegara.

Selain itu, upacara Kasada juga berfungsi sebagai kerekatan tali silaturahi warga Tengger. Hal ini bisa diamati bagaimana cara masyarakat Tengger mempersiapkan upacara enam kali sebelum upacara Kasada. Masyarakat Suku Tengger terlihat saling mengayomi, dan memiliki rasa kekeluargaan yang sangat lekat.

Penutup
Kesimpulan

Upacara Kasada dilaksanakan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Upacara Kasada merupakan tradisi suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang sebagai ungkapan syukur.  Upacara Kasada dilakukan pada hari ke-14 dalam kalender Jawa yakni bulan Kasada.
Masyarakat Tengger mempunyai ritual sendiri, dua hari menjelang Upacara Kasada masyarakat Tengger memadati Pura Luhur Poten untuk menyiapkan ritual pembuatan sesaji.

Selain menyiapkan ritual sesajen, ada satu persiapan lainnya sebelum melaksanakan upacara Kasada yakni ritual doa-doa dan tari, yang bertujuan untuk mengundang para dewa hadir dalam upacara Kasada dan berkenan untuk keseimbangan di dunia dan akhirat. Setelah itu baru sesajen disucikan, warga suku Tengger mengarak sesajen lalu melemparkan ke dalam kawah sebagai pengantar harapan akan hidup yang lebih makmur.

Tradisi upacara kasada bukanlah tradisi yang semena-mena ada, akan tetapi upacara Kasada adalah sebuah upacara untuk menghormati leluhur suku Tengger. Yakni cerita tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang mempersembahkan anak sulungnya kepada dewa, hingga dikenal dengan upacara Kasada.

Daftar pustaka

Kusumadinata, AA. (2015). Proses Enkulturasi Dalam Budaya Entas-Entas, Praswala Gara,
Dan Pujan Kapat (Sistem Sosial Lokal: Antar Etnis Kabupaten Probolinggo). Jurnal
Komunikatio, 20.

Harmoni Kasada di Bromo, Inside Indonesia dalam CNN Indonesia, diakses pada 28
November 2018.

Inspiratifnya Kelas Gerbong Kereta dalam Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuronayagi

Adakah yang sudah membaca novel inspiratif Totto-cha: Gadis di Jendela? Kalau sudah bagaimana kesan dan pesannya? Kemudian adakah gagasan lain mengenai pendidikan di negeri kita? Namun bagi yang belum membaca, semoga tulisan ini bisa menggambarka isi dari novel ya?

Seperti yang sudah Teteman ketahui, judul novel ini Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Nah, bisa ditembak dong tokoh utamanya siapa?

Yups, Totto-chan anak gadis yang super imajinatif dan mempunyai banyak sekali mimpi. Lebih tepatnya dia selalu tertarik pada banyak hal. Namun karena rasa tahu yang besar, gadis kelas satu SD itu akhirnya dikeluarkan dari sekolah.

Sebenarnya dia dikeluarkan bukan karena kegemarannya yang berdiri di balik jendela sambil melihat ke jalanan (karena kelas terletak di lantai dasar dengan jendela menghadap ke jalanan) selama jam pelajaran berlangsung. Hal itu tidak dipermasalahkan oleh Sang guru. Namun yang membuat jengkel ketika Totto-chan malah memanggil pemusik jalanan dan menyuruh mereka untuk memainkan lagu yang akhirnya membuat kelas menjadi gaduh. Saat itu Sang guru hanya menunggu dengan sabar sampai kegaduhan selesai.




Keesokan harinya, Totto-chan berdiri lagi di jendela. Sang guru hanya memperhatikan karena beliau sedang mengajar dan mengira kalau Totto-chan sedang menunggu pemusik jalanan lagi. Akan tetapi, tiba-tiba Totto-chan berteriak dan terlihat sedang berbicara dengan seseorang.

Hal tersebut tentu saja membuat Sang guru tidak bisa melanjutkan kegiatan mengajarnya. Akhirnya sang guru menghampiri Totto-chan, tapi malah tidak melihat siapapun. Guru itu hanya melihat sepasang burung walet yang sedang membuat sarang. Saat itu juga Sang guru tahu, kalau gadis itu sedang berbicara dengan burung walet.

Dari beberapa peristiwa itulah, Sang guru akhirnya memutuskan untuk sebaiknya Totto-chan dipindahkan ke sekolah lain. Akhirnya ibu Totto-chan menyekolahkannya di Sekolah Tamoe.

Sekolah Tamoe adalah sekolah yang unik. Bahkan, ketika sampai Totto-chan langsung menyukainya. Ya tentu saja, karena dia akan sekolah ditempat yang berbeda dari sebelumnya. Dia akan sekolah di kelas gerbong kereta!

Kelas barunya ini kembali menciptakan pertanyaan dan rasa ingin tahu yang lebih. Seperti ketika ingin menemui kepala sekolah Tomoe Totto-chan berkata pada ibu, "Pria yang akan kita temui pasti kepala stasiun."

Namun ibu membatin, masalahnya bukan apakah Totto-chan menyukai sekolah itu atau tidak, tapi apakah kepala sekolah mau menerimanya? Tahu sendirilah yaaa kondisi anak ajaib itu sebelumnya?

Setelah bertemu dengan seseorang yang berperawakan tidak terlalu tinggi dengan beberapa gigi yang sudah tanggal itu, Totto-chan diterima dengan senang hati. Dia Mr. Kobayashi kepala sekolah Tomoe.

Bersekolah di gerbong kereta sudah cukup aneh, tapi ternyata pengaturan tempat duduk di sekolah itu lebih aneh lagi. Di sekolah lain setiap anak diberi satu bangku tetap, tapi di Tomoe mereka boleh duduk sesuka hati, di mana saja, kapan saja.

Kemudian yang paling aneh dari sekolah Tamoe adalah pelajarannya. Di sekolah-sekolah lain, biasanya setiap jam pelajaran diisi dengan satu mata pelajaran, misalnya bahasa Jepang untuk jam pelajaran pertama, yaitu ketika murid-murid hanya belajar bahasa Jepang. Kemudian misalnya pelajaran berhitung di jam kedua, yaitu ketika murid-murid hanya belajar berhitung.

Namun di Tomoe sangat berbeda. Di awal jam pelajaran pertama, guru membuat pertanyaan mengenai hal-hal yang akan diajarkan hari itu. Kemudian guru berkata,  "Sekarang, mulailah dengan salah satu dari ini. Pilih yang kalian suka."

Jadi tidak masalah apakah mereka memulai dengan belajar bahasa Jepang atau berhitung atau yang lain. Murid yang suka mengarang langsung menulis sesuatu, sementara di belakangnya anak yang suka fisika merebus sesuatu dengan percobaan di atas api berbahan bakar spirtus.

Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati sejalan dengan waktu, ketika anak-anak melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi bidang apa yang diminati anak-anak termasuk cara berpikir dan karakter mereka. Ini cara ideal bagi para guru untuk benar-benar mengenal murid-murid mereka.

Bagi murid-murid, memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling disukai sungguh sangat menyenangkan. Fakta bahwa mereka punya waktu seharian untuk mempelajari materi-materi yang tidak mereka sukai, menunjukkan bahwa entah bagaimana mereka bisa bertahan menghadapi pelajaran-pelajaran itu.

Jadi, belajar di Tomoe pada umumnya bebas dan mandiri. Murid bebas berkonsultasi dengan guru kapan saja bila merasa perlu. Guru akan mendatangi murid jika diminta dan menjelaskan setiap hal sampai anak itu benar-benar mengerti.

Kemudian mereka diberikan latihan-latihan lain untuk dikerjakan sendiri. Itulah belajar dalam arti yang sebenar-benarnya dan itu berarti tidak ada murid yang duduk menganggur dengan sikap tidak peduli sementara guru sedang menjelaskan sesuatu.

Mr. Kobayashi-lah yang mempunyai inspirasi dan visi untuk mendirikan sekolah yang menakjubkan itu. Dia adalah pria hebat yang yakin bahwa pendidikan dasar anak  adalah yang paling penting.

Dalam bukunya, Tetsuko mengatakan bahwa betapa dia merasa tertolong oleh cara Mr. Kobayashi kepadanya berulang-ulang, "Kau anak yang benar-benar baik, kau tahu itu kan?" Seandainya Tetsuko tidak bersekolah di Tomoe dan tidak pernah bertemu dengan Mr. Kobayashi mungkin dia akan dicap 'anak nakal' tumbuh dengan rasa tidak percaya diri, menderita kelainan jiwa dan bingung.

Oh ya, ngomong-ngomong Tetsuko adalah nama asli dari Totto-chan. Nama lengkapnya Tetsuko Kuroyanagi.  Ini salah satu kisah nyata inspiratif dalam dunia pendidikan. Bahkan, Tetsuko Kuroyanangi sempat terpilih sebagai duta UNICEF. Hal tersebut diakuinya sebagai rasa dedikasi dari Mr. Kobayashi kepada anak-anak.

Fyi, Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini ada buku keduanya loh! Buku kedua tersebut berisi tentang perjalanan Tetsuko sebagai duta UNICEF di belahan dunia. Buku tersebut berjudul Totto-chan’s Children dan Teteman bisa membaca reviewnya pada tautan berikut. Review Totto-chan’s Children.

 


Bertemu Masa Lalu

Pagi itu di hari Jumat 28 Desember 2018–yang mendung. Emang mau ngapain lagi paling enak yaaa leyeh-leyeh sambil nonton film Korea. Serius leyeh-leyeh? Lalu bagaimana dengan ketiga singgung itu? Ah! Lupakan dulu mereka sejenak, hahaha.

Mbak Dian: “Ik, ini siapa yang membelikan?” sodornya menunjukkan sebuah pin kepadaku, setelah sliwer-sliwir masuk kamar untuk beres-beres mainan ketiga singgung itu.

Aku: “Loh, kalau bukan mbak siapa yang mau membelikan” jawabku. “Tapi itu warna kuning dibelikan Bulek Um,” lanjutku kemudian.

Sejujurnya dalam hati, aku tengah tertawa terbahak-bahak. Bagaimana Mbak Dian bisa lupa yaaa, kan aku adalah biang yang selalu merengek saat mbak ingin pulang.

“Mbak besok mau pulang, Iik mau titip apa?”

Nah loh, tapi siapa suruh dulu sering nawarin? :D

The Virgin adalah sebuah masa lalu. Pada masa sekunyit-kunyitnya saat itu. Dengan lagu fenomenalnya yang berjudul “Cinta Terlarang” ciptaan Mitha Sang Gitaris. Ternyata berhasil membongkar gulungan-gulungan benang yang pernah melilit begitu erat. Sebuah kotak pembawa ingatan, penyimpan memori dan kenangan.

Tidak akan pernah lalu, atau sampai mengalihkan waktu bahkan hanya untuk menonton high line disalah satu acara di televisi. Rasa-rasanya, satu detik pun adalah waktu yang begitu krusial. Bahkan bahagia pun begitu sederhana. Cukup dengan mendengarkan lagu-lagunya, dan dapat setiap hari melihat di layar televisi. 

Yaaa aammmpuuun, kenapa sebegitunya aku dulu (sambil tepuk jidat).

Memaknai Film Be With You

Korea Selatan seolah tak ada hentinya mengkreasikan sebuah cerita. Seolah tak ada kata yang tak menggambarkan suatu kreatifitas. Dari berbagai produk, mulai dari kecantikan, musik, budaya dan dalam dunia perfilman.

Memang, salah satu film ini yang berjudul Be With You adalah film yang diremake ulang dari film Jepang dengan judul yang sama pada tahun 2004. Meski demikian, film yang diangkat dari novel Takuji Ichikawa ini juga berhasil mengambil hati penonton loh!

Film yang disutradai oleh Lee Jong Hoon ini memang bukan tergolong film baru, meski telah diliris pada 14 Maret 2018. Film yang bercerita tentang keluarga dan bergenre fantasi ini cocok ditonton bersama keluarga. Selain itu, banyak sekali hal yang dapat diambil amanatnya, selain tentang kesetiaan terhadap pasangan maupun keluarga.

Review Film Be With You

Mungkin sebagian dari Teteman bertanya-tanya, kenapa saya harus susah-susah menulis setelah menonton dan memberikan beberapa cuplikkan yang notabene menurut saya itu menarik? Seperti yang sudah-sudah, terlalu sulit melupakan dan ingin membagi. Toh, apa ruginya berbagi?

Sebenarnya inti dari cerita menurut saya sudah dijelaskan dalam prolog. Dalam prolong dicerita seperti ini, bahwa antara surga dan bumi ada tempat yang disebut negeri awan. Orang-orang tinggal di sana hingga mereka dilupakan sebelum naik ke surga. Ibu pinguin mengintip ke bumi melalui sebuah lubang dan menangis setiap hari.

Ketika musim hujan dimulai setahun kemudian, dia diam-diam melompat ke kereta hujan. Kereta berhenti di stasiun kecil. Tiba-tiba dia mendengar tangisan bayi. Dia berlari dan menemukan bayi pinguinnya menangis dalam jas hujan berwarna kuning. Dia memeluk erat bayi pinguinnya. Tiba-tiba keajaiban terjadi. Ibu dan bayinya selalu hidup bersama. Mereka bermain. Sang ibu mengajari bayinya cara untuk mendapatkan ikan dan bersenang-senang.

Sebentar lagi musim hujan akan berakhir. Peri hujan dari negeri awan datang dan berbisik kepada ibu pinguin. “Kau harus kembali sebelum awan menghilang. Jika melewatkan kereta terakhir, kau tidak bisa kembali ke negeri awan. Lalu kau tak akan bisa lagi mengawasi bayimu dari awan”. Ibu pinguin sangat sedih, tapi dia tidak menangis.

Bayinya juga tersenyum kepadanya. Mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman. Ibu pinguin kembali ke negeri awan, mengawasai bayinya setiap hari tanpa bersedih lagi.

Saat itu Ji Ho yang diperankan oleh Kim Ji Hwan mengajak ayahnya yang diperankan oleh So Ji Sub untuk menjemput ibunya di stasiun dekat rumah. Karena saat itu, mulai memasuki musim hujan. Sebagai seorang anak kecil yang baru kelas satu SD, tentu dia mempercayai cerita bayi pinguin itu dan berharap ibunya Soo Ah diperankan Son Ye Jin yang telah meninggal datang turut menaiki kereta hujan.

Ji Ho dan ayah sudah menunggu begitu lama. Hingga pada akhirnya Woo Jin menggendong Ji Ho karena tidak mau diajak pulang. Dalam perjalanan pulang, Woo Jin terkejut melihat istrinya –Soo Ah tengah pingsan di terowongan rel kereta api.

Kehadiran Soo Ah yang penuh keajaiban itu membuat keluarga menjadi lebih berwarna. Meski dalam keadaan lupa ingatan Ji Ho dan Woo Jin selalu bercerita tentang keluarga. Hingga pada akhirnya, dalam diri Soo Ah menyadari bahwa dia adalah seorang ibu bagi Ji Ho dan seorang istri untuk Woo Jin.

Dalam keseharian, saat Soo Ah menyadari bahwa dirinya seperti ibu dari cerita pinguin akhirnya memutuskan untuk mengajari Ji Ho memasak, mencuci, dan membereskan rumah. Dia seolah menyadari, bahwa dirinya juga tidak memiliki waktu yang panjang untuk bersama Ji Ho dan Woo Jin. Berita yang ditayangkan di televisi akhir-akhir ini begitu meresahkan, karena diprediksi musim hujan akan segera berakhir.

Mengetahui hal itu, Ji Ho tak kehabisan akal. Dia pergi ke rumah temannya untuk mencuci mobil ayah temannya tanpa izin. Dia mendengar dari sang teman jika mobil ayahnya dicuci, hujan akan selalu turun.  Namun cuaca tidak berubah dan ang pemilik mobil marah sehingga memanggil Woo Jin.

Dalam perjalanan pulang, Ji Ho hanya diam dan berjalan menunduk setelah dimarahi oleh Woo Jin. Mengetahui anaknya yang masih bersedih, lantas dia bertanya kenapa Ji Ho mencuci mobil temannya tanpa izin. Dengan polos Ji Ho menjawab, “Dia bilang kalau mobil ayahnya dicuci, hujan selalu turun.” Mendengar penjelasan itu, Woo Jin langsung memeluk anaknya.

Hingga sampai di penghujung cerita, matahari terbit menandakan Soo Ah harus kembali ke negeri awan. Saat itu dia berjalan menuju stasiun, dia juga mendengar Ji Ho memanggilnya dari kejauhan.

Ji Ho : “Ibu maafkan aku. Karena aku ibu meninggal. Aku dengar keluarga kita bilang, ibu sakit karena aku. Maaf. Seandainya aku tahu, aku akan menjadi anak yang baik. Jika aku tidak lahir, ibu bisa hidup lebih lama bersama ayah.”

Ibu : “Ji Ho, semua itu tidak benar. Semuanya akan tetap sama meski kau tidak lahir. Selain itu ibu takkan bahagia tanpa kehadiranmu, meski ibu hidup hingga usia 100 tahun. Ibu dan ayah, kami bertemu agar kau lahir di dunia ini, Ji Ho. Jadi ibu bersyukur.”

Ji Ho : “Sungguh?”

Ibu : “Iya” ucap ibu sambil mengangguk. “Ji Ho, ibu akan pergi ke negeri awan dan akan terus mengawasimu. Tumbuhlah dengan baik. Lindungi ayah seperti janjimu.”

Ji Ho : “Aku takkan melupakan ibu”– sembari memeluk ibu.

Well kisah Be With You berakhir happy ending menurut saya. Walau pada akhirnya Soo Ah tetap tidak bersama Ji Ho dan Woo Jin. Namun ayah dan anak hidup dengan bahagia juga mulai merelakan Soo Ah.

Sebaiknya, bagi Teteman yang belum menonton film ini bersiap-siaplah membawa tisu. Karena banyak hal yang tak terduga dalam tiap scene. Dari beberapa cuplikan atau cerita singkat ini adakah yang Teteman peroleh amanatnya?

Nah saya akan menjelaskan salah satu saja yaaa, yakni saat ibu mengatakan kepada Ji Ho kalau Ji Ho bukanlah alasan ibu meninggal. Ibu mengatakan dengan gamblang seperti ini, “Ji Ho, semua itu tidak benar. Semuanya akan tetap sama meski kau tidak lahir. Selain itu ibu takkan bahagia tanpa kehadiranmu, meski ibu hidup hingga usia 100 tahun. Ibu dan ayah, kami bertemu agar kau lahir di dunia ini, Ji Ho. Jadi ibu bersyukur.” 

Bukan rahasia umum lagi dong, kalau buah hati memang menjadi salah satu anugerah bagi orang tua. Akan tetapi masih banyak, anak yang belum bisa mensyukuri kehadiran orang-orang terkasih itu.

Mereka justru menganggap keberadaan orang tua hanya sebagai penjara dan kekangan. Mereka tidak tahu, dibelahan bumi masih ada orang-orang yang menantikan kehadiran buah hati. Mereka tidak tahu bagaimana susahnya berusaha (maaf) untuk mendapatkan keturunan. Karena itu, bagi orang tua–anak adalah hadiah terindah dari Tuhan.

Bersyukurlah pula  yang masih memiliki orang tua lengkap. Semoga hal itu pun menjadi sebuah hadiah terindah dari Tuhan untuk mengejar cita-cita, kehadiran orang tua semoga dapat menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik lagi.

Nah, untuk Teteman yang sudah pernah menonton Be With You, bagaimana kesannya?


ANALISIS FEMINISME GENDER DALAM NOVEL CINTA DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA



BAB I Pendahuluan

Latar belakang

Dalam Wikipedia novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dari rangkaian cerita tersebut timbullah berbagai macam genre, salah satunya feminisme. Feminisme merupakan suatu paham yang menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan paham ini memiliki bentuk-bentuk teori  tersendiri, salah satunya bentuk teori gender.

Novel Cinta Dalam Gelas karya Andrea Hirata merupakan salah satu karangan prosa yang mempunyai cerita tentang feminisme. Akan tetapi, lebih menarik jika dianalisis menggunakan teori gender. Hal ini dikarenakan, tokoh dalam cerita yakni Enong berusaha untuk mematahkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, teori gender menjadi fokus utama dalam menganalisis penelitian kali ini.

Rumusan masalah

apa definisi dari feminisme? 
apa saja bentuk-bentuk dari feminisme? 
bagaimana analisis feminisme gender dalam novel cinta dalam gelas karya andrea hirata? 

Tujuan

untuk mengetahui pengertian dari feminisme
untuk mengetahui bentuk-bentuk dari feminisme
untuk mengetahui analisis feminisme gender dalam novel cinta dalam gelas karya andrea hirata

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi feminisme
Feminisme berasal dari kata Latin, yaitu femina yang berarti memiliki sifat keperempuan. Feminisme adalah paham atau keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari alam manusia, bukan dari yang lain yang menuntut kesetaraan dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan, tanpa melihat kodrat dan fitrahnya (Nuryati, 2015).

Feminisme menurut Manggi Humin adalah sebuah ideologi pembebesan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalammi ketidakadilan karena jenis kelamin. Adapun menurut Mansour Fakih, feminisme adalah gerakan dan kesadaran yang berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan di eksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut (Nuryati, 2015).

2.2 Feminisme dalam Berbagai Bentuk
Menurut  Anshori, Kosasih dan  Sarimaya (dalam ) beberapa pendekatan teori feminis  sebagai berikut:

2.3.1 Teori Dasar Feminis (Mainstream Feminist Theory)
Mainstream feminist menyatukan materi studi-studi perempuan ke dalam materi kurikulum tradisional atau konvensional dalam wujud kosakata yang dimodifikasi, direkonstrusi, dikembangkan dan diseimbangkan. Permainan kosakata ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perempuan berada di luar mainstream kurikulum konvensional. Hal ini menjadi petunjuk lain bahwa ilmu pengetahuan tentang feminis merupakan suatu penghormatan yang memiliki satu aliran pokok (dari banyak aliran).

2.3.2 Teori Feminis Sosialis (Socialist Feminist Theory)
Menurut Ihromi (dalam Emzir, 2016) feminis sosialis adalah bahwa hidup dalam masyarakat yang kapitalistik bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan sebagai perempuan. Selain di negara-negara kapitalis, di negara-negara sosialis, para perempuan juga terjun dalam pasaran tenaga kerja dan sebagian besar secara ekonomi mereka sudah mandiri, namun dalam kenyataannya mereka masih hidup dalam lingkungan system patriarki.

2.3.3 Teori Feminis Gemulai (Soft Feminist Theory)
Soft feminist merupakan pencitraan perempuan abad ke-19 yang menerima dan menyambut gembira perubahan dalam penafsiran agama dan perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. Akan tetpai, pada saat yang bersamaan mereka tetap menerima pencitraan perempuan dan sifat keperempuanan sebagai sesuatu yang bersifat alami, dengan suatu tujuan hakiki mengabdikan diri dan menjalani tugas-tugas pengasuhan (nurture). Menurut Anshori, Kosasi dan Sarimaya (dalam Emzir, 2016) feminis tersebut banyak mengambil simpatik kaum perempuan bergerak dalam berbagai kegiatan sosial, tetapi dengan tetap memerhatikan Batasan “ruang gerak”. Sifat mendua ini menimbulkan kontradiksi gerakan, yaitu perempuan ditantang untuk memperoleh ruang gerak tetapi pada saat bersamaan dibatasi dimensi ruang gerak.

2.3.4 Teori Feminis Radikal (Radikal Feminist Theory)
Pada dasarnya feminis radikal memberi perhatiannya kepada permasalahan perempuan yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan seksualitas perempuan. Perbedaan teori radikal feminis dan teori feminis lainnya ialah pernyataan mereka tentang penindasan terhadap kaum perempuan sebagai suatu persoalan yang bersifat fundamental.

2.3.5 Teori Feminis Liberal (Liberal Feminist Theory)
Feminisme liberal pertama kali dirumuskan oleh Mary Wollstonecraft. Feminis liberal merupakan penganjur berbagai perubahan sosial seperti kesamaan hukum antarjenis kelamin, kesamaan upah (untuk jenis pekerjaan yang sama) dan kesamaan kesempatan kerja. Feminis liberal menolak bahwa kesamaan menyeluruh memerlukan perubahan radikal dalam pranata dasar. Perubahan tersebut misalnya, kapitalis, keluarga biologis, perkawinan monogami, ibu biologis dengan asumsi dasar bahwa pengasuhan anak tetap harus dilakukan oleh permpuan.

2.3.6 Teori Gender (Gender Theory)
Gender adalah suatu konsep yang menunjukkan pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Sedangkan perspektif gender adalah untuk membedakan segala sesuatu yang normatif dan biologis dan segala sesuatu yang merupakan produk sosial budaya dalam bentuk proses kesepakatan normative dan sosial yang dapat ditransformasikan. (Emzir, 2016)

2.3 Analisis feminisme gender dalam novel cinta dalam gelas karya andrea hirata

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa gender adalah suatu konsep yang menunjukkan pada sutau sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Dari hal tersebut, novel cinta dalam gelas karya Andrea hirata terdapat paham feminisme utamanya teori gender. Hal tersebut dapat ditemukan dari tokoh utama yang berusaha menghapuskan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Sang tokoh berupaya menunjukkan bahwa perempuan tidak berbeda dari laki-laki. Kaum perempuan dapat mengambil peran sebagai laki-laki, salah satu contohnya dapat bekerja. Bahwa perempuan pun berhak sekolah, dan belajar tanpa batasan usia. 

Pembelaan ketimpangan gender dalam Novel Cinta Dalam Gelas dipelopori oleh Enong atau Maryamah. Pada saat itu kedudukan perempuan di Belitong masih di bawah laki-laki. Bahkan, keputusan Maryamah dalam menghapuskan ketimpangan tidak berjalan mulus, ada yang pro maupun kontra. Namun hal tersebut tidak membuat Maryamah patah semangat. Dia malah semakin semangat dan ingin tahu segalanya, apalagi untuk bertanding bermain catur , mendulang timah, apalagi untuk belajar bahasa Inggris.

Adapun contoh kutipan sebagai berikut.

Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.” Kami terperangah. “Ya, aku mau melawan mereka,” katanya lagi sambil menunjuk pria-pria yang terbahak-bahak mengelilingi papan catur itu. Ia mengucapkannya dengan ringan, seolah mengatakan ingin memompa ban sepeda yang kempes, sementara kami macam disambar petir.
“Mustahil. Catur itu mainan otak. Mainan orang pintar, orang kantoran. Lagi pula mana pernah perempuan main catur di kampung ini?” (Hirata, 2017:46)

Dalam contoh kutipan di atas masih ada ketimpangan gender. Kaum laki-laki pada saat itu masih menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Bahwa bermain catur adalah bertandingan yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Karena memang, belum pernah sekalipun dalam sejarah Belitong perempuan ikut bertanding, apalagi melawan laki-laki. Di Belitong pun, perempuan jika berkaitan dengan catur hanya untuk menghidangkan kopi saat suami main catur bersama teman-temannya, kemudian membereskan meja yang berantakan ketika tengah malam. Begitulah kedudukan perempuan di sana waktu itu.

Akan tetapi Maryamah membuktikan, bahwa perempuan bisa seperti laki-laki. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan kecuali jenis kelamin. Bagi Maryamah, perempuan bisa melakukan apa saja, tidak terkecuali bertanding bermain catur. Berikut contoh kutipannya dalam Novel Cinta Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

“Pada tahun berikutnya, Maryamah kembali menggulung Matarom di final. Perempuan lain mulai ikut bertanding pada kejuaran catur peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus. Tak ada pertentangan dari siapa pun, namun mereka wajib mengenakan burkak dan papan pertandingan mereka tetap dibatasi selendang. Paman adalah orang yang paling keras memperjuangkan mereka.” (Hirata, 2017:305)

Kemudian dalam hal pekerjaan. Enong atau disebut Maryamah jugalah yang mempeloporinya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pekerjaan bukanlah suatu perbedaan yang perlu diperdebatkan. Enong bekerja sebagai pendulang timah sejak kecil setelah ayahnya meninggal. Sebagai anak sulung dia membantu ibunya untuk membiayai kehidupan sehari-hari.

Enong tetap bekerja sebagai pendulang timah. Namun, ia tak lagi satu-satunya perempuan. Sekarang dengan mudah ditemukan perempuan di ladang tambang. Enonglah yang memulai semua itu. (Hirata, 2017:18)

Selanjutnya tentang pendidikan. Sebagai salah satu tulang punggung keluarga Enong memilih untuk bekerja sebagai pendulang timah. Namun, dia menyempatkan waktu untuk belajar bahasa Inggris. Dia kursus bahasa Inggris dua kali seminggu di Tanjong Pandang. Dia bahkan tidak pernah bolos sekalipun. Berkat tekadnya tersebut, Maryamah menuai hasil yang begitu membanggakan. Seperti yang tertera pada kutipan berikut ini.

“Lulusan terbaik kelima,” Kata Bu Indri. Ia menunda menyebutkan namanya, mungkin karena sangat istimewa. Wajahnya tegang bercampur gembira.
“Maryamah binti Zamzami,” Enong menutup mulutnya. Matanya terbelalak. Ia sangat terkejut namanya disebut Bu Indri.” (Hirata, 2017:33-34)

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan
Feminisme adalah paham atau keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari alam manusia, bukan dari yang lain yang menuntut kesetaraan dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan, tanpa melihat kodrat dan fitrahnya (Nuryati, 2015).

Adapun bentuk-bentuk dari feminisme, antara lain: (1) teori dasar feminis (Mainstream Feminist Theory) menyatakan bahwa perempuan berada di luar mainstream kurikulum konvensional. (2) teori feminis sosialis (Socialist Feminist Theory) menurut Ihromi (dalam Emzir, 2016) bahwa hidup dalam masyarakat yang kapitalistik bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan sebagai perempuan. (3) teori feminis gemulai (Soft Feminist Theory) merupakan pencitraan perempuan abad ke-19 yang menerima dan menyambut gembira perubahan dalam penafsiran agama dan perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. (4) teori feminis radikal (Radikal Feminist Theory) permasalahan perempuan yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan seksualitas perempuan. (5) teori feminis liberal  (Liberal Feminist Theory) merupakan penganjur berbagai perubahan sosial seperti kesamaan hukum antarjenis kelamin, kesamaan upah (untuk jenis pekerjaan yang sama) dan kesamaan kesempatan kerja. (6) teori gender (Gender Theory) suatu konsep yang menunjukkan pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.

Dalam analisis feminisme gender Novel Cinta Dalam Gelas karya Andrea Hirata , bahwa tokoh Enong mempelobori pembelaan mengenai ketimpangan gender Yang pada saat itu kedudukan perempuan di Belitong masih di bawah laki-laki. Bahkan, keputusan Maryamah dalam menghapuskan ketimpangan tidak berjalan mulus, ada yang pro maupun kontra. Namun hal tersebut tidak membuat Maryamah patah semangat. Dia malah semakin semangat dan ingin tahu segalanya, apalagi untuk bertanding bermain catur, mendulang timah, apalagi untuk belajar bahasa Inggris.

Daftar pustaka

Emzir, dan Rohman,Saifur.2016.Teori dan Pengajaran Sastra.Jakarta : Rajawali Pers.
Hirata, Andrea.(2017).Cinta Dalam Gelas.Yogyakarta: Penerbit Bentang Pustaka.
Nuryati. (2015). Feminisme Dalam Kepemimpinan. Istinbath, 162.

KEGIGIHAN CINTA DAN RASA MEMILIKI: LAISA DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah menunjukkan kegigihan tokoh Laisa dalam Novel
Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye dengan menggunakan teori psikologi humanistik Abram Maslow tentang kebutuhan bertingkat manusia dengan fokus penelitian kebutuhan akan cinta dan memiliki. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan yakni kepustakaan. Hasil pembahasan dalam penelitian ini, bahwa tokoh Laisa sangat gigih menunjukkan cinta dan memiliki kepada keluarga. Kepedulian Laisa lebih dari bagaimana dia memperhatikan orang lain daripada diri sendiri. Sebagai seorang kakak, Laisa dapat dikatakan berhasil memberikan teladan kepada keempat adik-adiknya. Bahkan Laisa telah berhasil menunjukkan, bahwa cinta dan memiliki merupakan kekuatan dalam keluarga.

Kata kunci: penerapan novel bidadari-bidadari Surga, humanistik, psikoeksplonatori


PENDAHULUAN
Purwanto, (2007:1) berpendapat bahwa psikologi berarti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yang dimaksud dengan tingkah laku ialah segala kegiatan, tindakan, perbuatan manusia baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadari. Termasuk di dalamnya: cara ia berbicara, berjalan, berfikir/mengambil keputusan, cara ia melakukan sesuatu, cara bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Dalam hal ini pengarang membutuhkan psikologi sebagai objek dalam karyanya. Sebagai implementasi dan cerminan dalam kehidupan.

Karya sastra dari penulisan pengarang berhubungan dengan realitas kehidupan masyarakat dalam hal ini manusia. Dengan demikian, karya sastra tidak hanya dianggap sebagai suatu karya seni yang diekspresikan melalui pengalaman-pengalaman kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai suatu karya kreatif yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan dalam hal ini sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai gejala (penyakit) kejiwaan. Sebagai suatu karya sastra, novel mempunyai pengaruh dalam kehidupan bermasyarat. Hal ini dikarenakan banyak novel maupun karya sastra lain yang mengangkat masalah kehidupan.

Seperti halnya dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Pada novel ini tokoh Laisa menunjukkan sikap tanggung jawab dan sebagai seorang kakak terhadap adik-adiknya. Bukan hanya itu, novel ini semakin menarik untuk dikaji melalui psikologi humanistik Abraham Maslow dalam menggali lebih jauh seperti apakah karakter Laisa dalam kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki dalam novel ini. Karena sebagai seorang manusia kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam peneletian ini adalah mengenai: (1) pengertian psikologi humanistik Abraham Maslow; (2) kebutuhan bertingkat manusia menurut Abraham Maslow; (3) analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki: Laisa dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan makalah ini: (1) menambah wawasan pembaca tentang psikologi humanistik Abraham Maslow. (2) menambah wawasan pembaca tentang kebutuhan bertingkat manusia menurut Abraham Maslow. (3) menambah pengetahuan mengenai analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki: Laisa dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.


PEMBAHASAN
Kajian Pustaka
Pengertian psikologi humanistik
Istilah psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh, yaitu teori psikoanalisa dan behaviorisme. Meskipun tokoh-tokoh gerakan ini memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern yaitu eksistensialisme.

Maslow (dalam Koeswara, 1991:113) menyatakan bahwa setiap manusia adalah satu kepribadian secara keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi, yang menunjukkan eksistensi manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Adapun kepribadian menurut Maslow (dalam Koeswara, 1991:116) adalah sebagai lukisan penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas dan potensi-potensi.

Setiap manusia, dengan demikian, bebas membuat pilihan yang terbaik bagi diri pribadi sehingga terhindar dari kesengsaraan, keterasingan, kebosanan, kecemasan, rasa bersalah, dan penderitaan-penderitaan lain. Penderitaan-penderitaan akan segera menghilang apabila manusia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan sehingga timbul rasa kepuasan dan hidup menjadi penuh makna.

Psikologi humanistik adalah ajaran bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Maslow mengembangkan teorinya dengan bertumpu pada prinsip holistik, suatu prinsip yang berasal dari psikologi gestalt. Maslow (dalam Koeswara, 1991:118) menjelaskan bahwa banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan. Bagi manusia kehidupan yang penuh makna sangat dibutuhkan karena dengan ini maka muncullah sebuah peristiwa hidup yang nanti melahirkan pemikiran untuk mencapai sebuah kepuasan. Kepuasan itu sifatnya sementara jika suatu kebutuhan telah terpuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya akan muncul menuntut pemuasan begitu seterusnya. Berdasarkan ciri yang demikian, gagasan Maslow mengenai kebutuhan yang ada pada manusia adalah merupakan bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.

Kebutuhan Bertingkat Manusia Menurut Abraham Maslow

Menurut Maslow tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan (2016:49). Maslow (dalam Koeswara, 1991:109) berpendapat bahwa motivasi kepribadian terbentuk karena adanya lima kebutuhan pokok yang terdapat dalam psikologi humanistik. Masalahnya yang terpenting, menurut Maslow (dalam Albertine, 2016:50) ialah seseorang harus terlebih dahulu mencapai kebutuhan yang paling mendasar sebelum mencapai kebutuhan atasnya. Secara rinci tingkatan kebutuhan dalam diri individu oleh Maslow (Koeswara, 1991:118) disusun secara bertingkat sebagai berikut:

Kebutuhan-kebutuhan Dasar Fisiologis (Physiological needs)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannnya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Adapun kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis yang dimaksud antara lain kebutuhan akan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensoris. Jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak akan bergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Kebutuhan akan Rasa Aman (need for self-security)
Kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.

Kebutuhan akan Cinta dan Memiliki (need for love and belonging)
Kebutuhan individu akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.

Kebutuhan akan Harga Diri (need for self-esteem)
Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Salah satunya adalah prestasi, dalam hal ini individu butuh penghargaan atas yang dilakukannya berkaitan dengan prestasi yang dimiliki.

Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (need for self actualization)
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan individu akan aktualisasi diri dapat diartikan sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimiliki.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif karena dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa aspek psikomimetik sastra melalui teori humanistik Abraham Maslow dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Kemudian dikatakan kualitatif karena dalam menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan satu sama lain dengan menggunakan kata-kata atau kalimat bukan menggunakan angka-angka statistik.

Adapun jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian kepustakaan. Karena penelitian ini didukung referensi berupa buku-buku sebagai penunjang atau pun tulisan-tulisan yang relevan dengan pembahasan dan sebuah novel. Data dalam penelitian ini adalah data tertulis yaitu berupa kutipan atau dialog-dialog tokoh yang terdapat dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye yang berkaitan dengan psikoeksplanatori berdasarkan analisis psikologi humanistik Abraham Maslow. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye, yang diterbitkan oleh Penerbit Republika Jakarta 2016 dengan tebal 363 halaman.

Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
Teknik baca yakni teknik yang dilakukan dengan cara membaca Novel Bidadari-bidadari Surga secara saksama.

Teknik catat yakni peneliti mencatat data yang ditemukan dari hasil bacaan.
Teknik analisis data yaitu menggunakan pendekatan psikologi sastra berdasarkan kajian teori kebutuhan menurut Abraham Maslow untuk menganalisis psikoeksplanatori dalam novel. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi data berupa dialog-dialog, kalimat, frase dan kata-kata tokoh dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Menganalisis data-data yang ditemukan menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow.  Selanjutnya, deskripsi data dipaparkan dalam bentuk narasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki Laisa dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye

Kebutuhan individu akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.

Kebutuhan akan cinta dan memiliki juga dapat ditemukan dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye pada kutipan-kutipan berikut ini:

“Mereka terbiasa dengan semua keterbatasan. Terbiasa dengan kehidupan
terpencil. Jadi wajar sajalah melihat dua anak perempuan merambah hutan di
pagi buta. Pemandangan lumrah lembah ini! anak-anaknya tumbuh dan akrab
dengan kehidupan sekitar. Tadi selepas salat shubuh berjamaah, persis saat
perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan mamak,
Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-
berang. Kabar yang membuat Yashinta langsung berseru riang tak henti selama
lima menit. Bergegas melepas mukena kumalnya.” (Tere, 2016:41-42)

Kutipan di atas telah menunjukkan salah satu sikap akan cinta dan memiliki Laisa terhadap adiknya yang bernama Yashinta. Digambarkan saat Laisa menemani Yashinta untuk melihat berang-berang. Dalam keadaan lembah yang masih gelap, Laisa bersedia mengantarkan Yashinta, yang tentu saja akan membuat dia senang.

Sebagai seorang kakak, dalam kutipan tersebut karakter yang dimiliki Laisa menjadi salah satu hal yang menjadikan dirinya sebagai sosok yang gigih dalam menunjukkan cinta dan memiliki, terutama dalam lingkungan keluarga dan antarsaudara. Laisa tidak peduli walau saat itu lembah masih gelap, akan tetapi demi rasa cinta dan memiliki juga ingin memberikan kebahagiaan untuk Yashinta.

“Dalimunte mungkin tidak akan pernah tahu. Tidak pernah! Kak Laisa sama
gugupnya seperti dia, sama gemetarnya bicara di tengah-tengah balai kampung
itu. Tetapi Kak Laisa tidak akan pernah membiarkan adik-adiknya kecewa.
  Tidak akan pernah membiarkan adiknya merasa malu. Jika harus ada yang
  kecewa dan malu, itu adala ia. Bukan adik-adiknya. Bagi Laisa, sejak babak
pergi, hidupnya amat sederhana. Adik-adiknya berhak atas masa depan yang
lebih baik diabndingkan diriya. Lagipula Laisa akhirya mengerti kenapa
Dalimunte bolos sekolah kemarin. Maka demi rasa sesal telah memukul lengan
Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja. Memberikan energi yang luar-
biasa. Begitu yakin. Begitu tenang. Dan tidak hanya hari itu Laisa
melakukannya. Sungguh tidak. Ia melakukannya berkali-kali sepajang
umurnya.” (Tere, 2016:92)

Seperti yang telah disebutkan dalam kutipan di atas, bahwa saat itu Laisa berusaha untuk meyakinkan warga terhadap ide yang diajukan oleh Dalimunte. Kala itu, Dali mengutarakan pendapatnya mengenai ide membuat kicir air untuk kebutuhan lembah, akan tetapi masih ada warga yang meragukan ide tersebut. Laisa sebagai anak sulung membantu meyakinkan warga.
Seperti yang disebutkan pula dalam kutipan, bahwa Laisa tidak ingin membuat adik-adiknya kecewa. Laisa juga tidak akan membuat mereka malu. Apalagi ide membuat kicir air yang banyak menimbulkan pertanyaan dari warga lembah, sebab dulu warga pernah membuat kicir air akan tetapi gagal. Dalam hal ini, Laisa merasa bertanggung jawab, bahwa dia sebagai seorang kakak dapat memberikan rasa cinta dan memiliki kepada adik-adiknya.

“Laisa menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku mohon, jangan
pernah, jangan pernah buat aku menangis di depa adik-adikku. Jangan pernah!
Itu akan membuat mereka kehilangan teladan. Laisa meremas pahanya
kencang-kencang. Berusaha mengalihkan rasa sakit hati ke rasa sakit di
tubuhnya.” (Tere, 2016:108)

Manusia memiliki banyak anugerah, salah satunya mendapatkan rasa atau sebuah perasaan. Dari sebuah perasaan itulah akan meluap emosi. Dalam salah satu kutipan di atas Laisa berusaha menahan diri agar tidak menangis setelah mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dari kedua adiknya–Ikanuri dan Wibisana. Hal tidak menyenangkan itu dikatakan Ikanuri dan Wibisana bahwa Laisa tidak sama dengan adik-adiknya yang lain, yang memiliki rupa cantik dan tampan, berperawakan tinggi dan semampai. Laisa dan adik-adiknya sungguh berbeda.
Dengan keadaan bertumbuh gempal dan memiliki rupa yang kurang menarik, namun Laisa tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan orang terhadapnya juga keluarga. Bagi Laisa dia tetap menjadi kakak untuk adik-adiknya.
Dalam kutipan di atas telah disebutkan, bahwa seberapa adik-adiknya menyakiti perasaan Laisa, dia tidak pernah mengindahkan perasaan sakit hati tersebut. Dia tidak ingin membuat adik-adiknya kehilangan teladan melihat Laisa menangis setelah mendapatkan perlakuan demikian. Sikap Laisa tersebut, berusaha untuk membuka hati Ikanuri dan Wibisana di kemudian hari. Bahwa bagaimana pun sikap adik-adik terhadapnya, Laisa akan tetap menerima sebagai contoh teladan mereka.

“Puyung tidak boleh memakan mereka.... Laisa mohon. Tidak boleh–“
 Kak Laisa mencicit, berkali-kali mengibas-ngibaskan obornya.
“RRRR–“
“Pergilah Ikanuri, Wibisana. Pergi dari sini!PERGI!” Kak Laisa mendorong
 Ikanuri dan Wibisana yang pucat pasi di belakangnya. Sementara wajah Kak
 Laisa terus bersitatap dengan harimau-harimau itu. Menjaga segala
              kemungkinan.” (Tere, 2016:131)

Meski Laisa adalah seorang kakak bagi keempat adiknya, dia tetaplah seorang anak remaja berusia enam belas tahun. Tidak banyak anak remaja seperti Laisa, seorang kakak seperti Laisa yang benar-benar membuktikan cinta dan memiliki yang sedemikian rupa. Usia boleh belasan tahun, namun dia telah menjadi teladan untuk adik-adiknya.
Seperti yang ada pada kutipan di atas, sakit hati yang pernah dirasa tidak pernah menyurutkan niat Laisa untuk menemukan Ikanuri dan Wibisana yang kabur dan tersesat di hutan setelah mengejeknya. Rasa khawatir Laisa lebih besar daripada sakit hati yang dialami. Demi melindungi dua singgung bebal itu, Laisa bersedia menjadi tameng dari ketiga harimau yang kapan saja bisa menerkam. Kapan saja bisa mencabik-cabiknya seperti babak-nya dulu.

“Kak Laisa berlari sekuat kakinya ke kampung atas. Tidak peduli tetes air hujan bagai kerikil batu yang ditembakkan dari atas. Tidak peduli tubuhnya basah kuyup. Tidak peduli malam yang gelap gulita. Dingin membungkus hingga ujung kaki. Musim kemarau begini, di malam hari, suhu lembah Lahambay bisa mencapai delapan derajat celcius. Kak Laisa berlarian menaiki lembah. Terpeleset. Sekali. Dua kali. Tidak peduli. Petir menyalak. Guntur menggelegar. Ia ingat. Ia ingat kakak-kakak mahasiswa tadi menyebut-nyebut soal obat dan dokter. Mereka pasti bisa membantu.” (Tere,2016:168)

Kemudian, saat Yashinta tiba-tiba demam. Tubuh Yashinta semakin panas dan membuat dia kejang-kejang. Melihat adik bungsunya seperti itu Laisa tidak bisa berdiam diri. Dia langsung keluar dan berlari ke kampung atas untuk meminta bantuan ke mahasiswa yang sedang KKN di lembah. Padahal waktu itu hujan lebat, dan kawasan lembah sudah gelap, akan tetapi Laisa tidak peduli yang penting Yashinta mendapatkan pengobatan. Meski Laisa terjatuh dia tetap bangkit untuk sampai ke lembah. Dia tidak ingin terlambat.
Meski sekembalinya Laisa di rumah dengan kaki yang bengkak, tubuh yang kedinginan oleh air hujan, dan wajah yang meringis oleh rasa sakit, dia tidak akan pernah terlambat untuk keluarga. Laisa lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.

Dari beberapa kutipan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Laisa sangatlah cinta dan mempunyai rasa memiliki terhadap keluarganya. Kepedulian Laisa lebih dari bagaimana dia memperhatikan orang lain daripada diri sendiri. Sebagai seorang kakak, Laisa dapat dikatakan berhasil memberikan teladan kepada keempat adik-adiknya. Bahkan Laisa telah berhasil menunjukkan, bahwa cinta dan memiliki merupakan kekuatan dan kunci dalam keluarga.


KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, bahwa pengertian psikologi humanistik adalah ajaran bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Kemudian Maslow mengembangkan teorinya dengan bertumpu pada prinsip holistik, suatu prinsip yang berasal dari psikologi gestalt. Maslow (dalam Koeswara, 1991:118) menjelaskan bahwa banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan.
Maslow (dalam Koeswara, 1991:109) berpendapat bahwa motivasi kepribadian terbentuk karena adanya lima kebutuhan pokok yang terdapat dalam psikologi humanistik, yakni antara lain: (a) kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis (Physiological needs) merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannnya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. (b) kebutuhan akan rasa aman (need for self-security) adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. (c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (need for love and belonging) merupakan suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain. (d) kebutuhan akan harga diri (need for self-esteem) adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan penghargaan dari orang lain. (e) kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.

Adapun analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki Laisa dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, (1) digambarkan saat Laisa menemani Yashinta untuk melihat berang-berang. Dalam keadaan lembah yang masih gelap, Laisa bersedia mengantarkan Yashinta, yang tentu saja akan membuat adiknya senang. (2) Laisa berusaha meyakinkan warga terhadap ide yang diajukan oleh Dalimunte. Kala itu, Dali mengutarakan pendapatnya mengenai ide membuat kicir air untuk kebutuhan lembah, akan tetapi masih ada warga yang meragukan ide tersebut. Laisa sebagai anak sulung membantu meyakinkan warga. Seperti yang disebutkan pula dalam kutipan, bahwa Laisa tidak ingin membuat adik-adiknya kecewa, juga tidak akan membuat mereka malu. (3) Laisa tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan orang terhadapnya juga keluarga. Bagi Laisa dia tetap menjadi kakak untuk adik-adiknya. Meski kedua adiknya–Ikanuri dan Wibisana telah memperlakukan Laisa dan mengejek bahwa Laisa bukanlah kakak mereka. (4) rasa khawatir Laisa lebih besar daripada sakit hati yang dialami. Demi melindungi dua singgung bebal itu, Laisa bersedia menjadi tameng dari ketiga harimau yang kapan saja bisa menerkam. Kapan saja bisa mencabik-cabiknya seperti babak-nya dulu. (5) Laisa tidak peduli meski kakinya bengkak, kedinginan di bawah hujan, yang penting Yashinta mendapatkan pengobatan. Meski Laisa sempat terjatuh dia tetap bangkit untuk sampai ke lembah. Dia tidak ingin terlambat. Laisa lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, apalagi untuk kepentingan keluarga.


DAFTAR RUJUKAN

Koeswara, E. 1991.Teori-Teori Kepribadian.Bandung: PT Gresco.

Liye, Tere.2016.Bidadari-bidadari Surga.Jakarta: Penerbit Republika.

Minderop, Albertine.2016.Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh
Kasus.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Purwanto, M. 2007.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.