Perkembangan teknologi dan globalisasi yang semakin pesat membuat munculnya berbagai profesi baru, misalnya saja dalam bidang konten kreatif baik video, audio, gambar, maupun tulisan. Apalagi semenjak COVID dan diberlakukannya WFH (Work From Home), tanpa aba-aba otak dituntun untuk lebih inovatif, diajak berjelajah lebih kreatif dari kegiatan biasanya. Namun enggak jarang juga, otak yang terkesan dipaksa itu bisa saja mandek ketika kreatornya hampir menemukan ide cemerlang. Akibatnya sang kreator semakin merasa lelah, marah dan tertekan. Adakah yang mengalami hal demikian?
Dalam dunia kepenulisan memantik sebuah ide
bisa dilakukan dengan banyak membaca fiksi ataupun nonfiksi (sesuai genre yang
ingin ditulis). Namun adakalanya teteman kadang masih ada kesulitan, hingga
muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana sih jadi penulis itu dan mengembangkannya
menjadi sebuah cerita yang runtut?
Lagi–author akan membahas sebuah buku yang masih berkaitan dengan kepenulisan. Ulasan yang lalu buku kepenulisan Dosa 101 Penulis Pemula karya Pak Isa Alamsyah. Kiat-kiat menulis dari buku Pak Isa lebih membahas masalah tata bahasa dan pengembangan dalam mengemas cerita. Lalu apa bedanya dengan buku ini?Seperti biasa author akan bahas mengenai identitas buku dan kepengarangan terlebih dahulu yaa! How to be a Writer karya Primadonna Angela terbit pertama kali pada Februari 2012 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, dengan tebal buku ± 232 halaman. Primadonna Anggela atau Donna merupakan seorang penulis TeenLit dan Metropop. Dia telah menerbitkan dua puluh buku loh, dalam kurun waktu tujuh tahun sejak 2005. Bagi Donna menulis merupakan panggilan hati dan dilakukan dengan penuh cinta. Karya dari penulis TeenLit dan Metropop ini mengusung kehidupan sehari-hari, meski begitu dikemas secara apik sehingga menyentuh dan menggelitik. How to be a Writer ini merupakan buku ke dua puluhnya loh!
Secara singkatnya, How to be a Writer ini mengulas kiat-kiat untuk menjadi penulis
yang dibagikan Donna dari pengalamannya. Itulah mengapa dalam prakata buku,
Donna menjelaskan bila buku ini bukan panduan utama melainkan cara-cara yang
pernah dia coba dalam dunia kepenulisan.
Pembahasan di buku ini dibagi menjadi dua
bagian, pertama disajikan sebuah cerita dan bagian kedua kiat-kiat pengalaman
Donna dalam kepenulisan. Bagian pertama
dibuka dengan sebuah cerita seorang anak SMA bernama Zoya yang bercita-cita
menjadi penulis seperti idolanya Andita
Letta. Di kelas khususnya pada bab menulis, dia selalu mendapat pujian dari Bu
Molly–Guru Bahasa Indonesianya. Suatu ketika Bu Molly cuti hamil dan digantikan
oleh Bu Selma. Selama kelas Bu Selma, Zoya merasa tersingkir sebab dia tidak
pernah lagi mendapatkan pujian atau kata-kata manis dari karya yang ditulisnya.
Malah sebaliknya, Bu Selma sering memberikan banyak kritikan yang membuat Zoya
kecewa dan muncul rasa tidak suka kepada beliau. Lantas mampukah Zoya menggapai
mimpinya menjadi penulis terkenal seperti Andita Letta dengan bantuan Bu Selma?
Bagian kedua yakni berisi kiat-kiat yang terdiri beberapa
sub bab, diantaranya: awali dengan niat;
cari tahu motivasimu; menulis sebagai hobi atau profesi?; apa yang ingin kamu
sampaikan?; menggagas ide; ciptakan zona nyamanmu; mulai dengan ide yang solid;
ayo menulis!; latar; karakter; konflik; show,
don’t tell; akhiri dengan manis; mengatasi writer’s blockitis; dan menerbitkan naskah. Ada lima belas sub bab
yang enggak mungkin author bahas semua. Namun satu hal yang pasti, dalam dunia
kepenulisan harus mempunyai niat kuat dan konsistensi.
“Loh, kok bisa Thor?”
Berdasarkan pengalaman sih, penulis pemula
seperti author ini masih sering mandeknya. Niat sudah, bahkan sudah menulis
beberapa paragraf tapi di tengah jalan ada saja ide baru yang muncul. Akhirnya pindah
haluan dan tulisan lama tidak dihiraukan, walhasil enggak selesai-selesai,
hehehe.
How to be a
Writer ini menurut author bukunya beda dari
yang lain. Cara penyampaian dengan membagi bagian isi buku membuat unik, dan
mudah diaplikasikan. Apalagi bagian pertama, pemaparan contoh cerita dari kisah
Zoya yang plotnya amat enggak terduga. Bu Selma yang menurut Zoya sangat
menyebalkan di kelas itu ternyata Andita Letta–penulis idola Zoya. Waahh, kalau
cerita Zoya berasal dari kisah nyata bukankah Zoya sangat beruntung bisa
belajar tentang kepenulisan dari maestronya, dari idolanya?
Well, hal apa sih yang bisa diambil dari buku ini?
Banyak pokoknya! Namun yang pasti niat adalah kunci dasar dari berbagai hal
yang akan kita lakukan; apapun itu baik dalam kepenulisan dan lainnya.
Menulis, lebih dalam daripada sekadar merangkai imajinasi dalam bentuk lisan. Lebih rumit dibandingkan dengan menyusun kata agar membentuk cerita utuh. Lebih sederhana daripada ucapan ribuan orang mengenai tata cara dan makna menulis. - Primadonna Angela
0 Comments