Nyalon yuk? (Review Salon kepribadian: Jangan Jadi Muslimah Nyebelin karya Asma Nadia)


Apa sih yang terlintas dalam pikiran teteman setelah membaca judul buku “Salon Kepribadian”? Pasti  ada yang bertanya-tanya, emang ada yaa salon untuk kepribadian? Bukannya salon biasanya untuk memperindah rambut, kuku, dan penampilan? Ini kok kepribadian?

Review Novel Salon Kepribadian karya Asma Nadia


Memang sih, banyak orang yang pergi ke salon untuk memperindah diri (secara fisik) tujuannya memuaskan, memanjakan, membahagiakan diri (bagi orang-orang tertentu) dan enggak sedikit juga orang yang cuek pada penampilan dan penilaian orang, lalu lebih memilih untuk mengubah sikapnya, kepribadiaannya agar lebih baik. Dua hal tersebut merupakan siklus umum yang ada pada masyarakat; khususnya kaum hawa. Setiap orang berhak memilih mana dan apa yang baik untuk memantaskan diri. Mungkin pergi ke salon sudah biasa; jadi enggak salah ‘kan untuk mencoba memperbaiki diri melalui Salon Kepribadian dari Asma Nadia?  


“Emang isi bukunya tentang apa sih Thor?”


Sebelum menyulas isi bukunya, author bagikan sedikit tentang identitas bukunya yaaa… Buku Salon Kepribadian pertama diterbitkan pada Maret 2013 dan terus mengalami cetak ulang. Nah, buku yang ada di author ini sudah cetakan ke-11 loh, pada September 2015. Buku ini tebalnya ± xvi + 312 halaman dan diterbitkan oleh AsmaNadia Publishing House.


Secara singkatnya nih, Salon Kepribadian merupakan kiat-kiat untuk tidak menjadi muslimah nyebelin. Nah, nyebelin yang bagaimanakah yang dimaksudkan itu? Memang ada ya muslimah yang nyebelin? Bukannya sebagai muslimah seharusnya menjadi sosok yang membawa kedamaian dan kesejukkan?


Nyatanya masih ada muslimah yang nyebelin, entah tengah berada di sisi dunia bagian mana. Kalau tidak begitu enggak mungkin dong Asma Nadia menulis kiat-kiat muslimah dalam memperbaiki akhlaknya? Tentunya bukan hanya lisan dan tingkah laku melainkan juga termasuk dalam penampilan yang mencerminkan kepribadian seseorang.


Dalam buku ini terdiri delapan bab pembahasan. Salah satu pembahasan yang mungkin pernah dilakukan oleh ‘kita’ yakni bab delapan Momen Ibadah yang Jadi Meresahkan, contoh sederhananya saat wudu. Iyaa… sebenarnya tuh, ‘kita’ menjadi muslimah yang nyebelin bila waktu wudu dilama-lamain padahal antreannya panjang; atau saat ditempat wudu tidak ada tempat gantungan hijab lalu  meletakkan hijabnya di salah satu kran yang belum digunakan membuat antrean menjadi tambah panjang. Pernah melakukan hal itu? Mungkin ‘kita’ merasa oke-oke saja, enggak ada rasa bersalah yang penting sudah wudu. Akan tetapi ‘kita’ enggak selamanya tahu apa yang ada dipikiran muslimah lain yang akan wudu tersebut ‘kan? Bagaimana perasaan dia telah diperlakukan demikian? Kalau ‘kita’ yang mengalami hal sebaliknya, apa yang akan teteman pikirkan dan lakukan? Menegurnya? menggerutu; atau berperang batin?


Memang dalam beberapa pembahasan di buku ini terkesan sepele dan sederhana. Apalagi sebagai kaum rempong, eh kaum hawa pasti ada sajalah dari yang begini dan begitu dan hal-hal lainnya. Meski awalnya terkesan sepele, tapi author banyak belajar bahwa dari hal sepelepun bisa mengubah perspektif seseorang terhadap kita. Nyatanya hal sepele itu penting, tapi sering dianggap remeh padahal  sangat mempengaruhi akhlak kita.


Hal yang menarik dari buku ini yakni berasal dari pengalaman para muslimah. Ada beberapa buku dari Asma Nadia yang diambil dari beberapa pengalaman pembacanya. Nah, buku ini juga demikian. Tak ayal bila pembahasannya merupakan hal-hal yang sangat dekat dengan kita. Bahkan membaca buku ini seolah mengulang hal-hal yang pernah author lalui. Eh, semoga kedepannya enggak dicap sebagai muslimah nyebelin lagi, hehehe.


Fyi, sepertinya buku “Salon Kepribadian” akan berubah baju deh… kalau enggak salah selain warna, judulnya pun berubah menjadi “Jangan Menjadi Muslimah Nyebelin”. Emmm… bagi yang belum baca, sepertinya patut ditunggu dan dipinang.


Post a Comment

0 Comments