Ragam Drama


Disegmen “wawasan” kali ini author ingin membahas tentang ragam drama. Pasti teteman sudah tahu dong apa itu drama? 


Menurut Moulton ( dalam Tarigan, 2011:70) drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak. Arti sederhananya sih drama itu cerita atau kisah yang dipertunjukkan atau dipentaskan. Nah, sebuah drama yang ditampilkan tidaklah selalu memiliki jalan cerita dan topik yang sama. Hal ini disebabkan drama mempunyai cerita yang beragam. 


Adanya keberagaman inilah yang membuat drama dapat dibedakan berdasarkan aspek-aspek tertentu. Teteman tahu enggak apa sajakah aspek-aspek tersebut?


Ragam Drama Ditinjau Dari Bentuk Penampilan 

Jika ditinjau dari aspek bentuk penampilan, drama dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:


Drama Komedi

Goenoprawiro (dalam Suwardi, 2014:118) mengklasifikasikan drama komedi sebagai hiburan, seperti yang dikenal sebagai lawak. Seorang pengarang drama dapat menghadapi kehidupan ini dari sisi yang menggembirakan dan sebaliknya dapat juga dari sisi yang menyedihkan. Dapat juga seseorang memberikan variasi antara sedih dan gembira, mencampurkan dua sikap itu karena dalam kehidupan yang ril, manusia tidak selalu sedih dan tidak selalu gembira. Karya yang mampu memadukan dua sisi sikap hidup manusia itu dipandang merupakan karya yang lebih baik karena kenyataan hidup yang kita jumpai memang demikian adanya.


Tarigan (2011:86) menyebutkan beberapa ciri-ciri drama komedi, yaitu:


  1. Kelucuan yang serius
  2. Subjek: ringan, cerah
  3. Kejadian muncul dari tokoh
  4. Kejadian: mungkin dan seakan-akan terjadi


Cara memperoleh kesenangan pembaca tidak dengan mengorbankan struktur dramatik. Pemain komedi tidak menyerah kepada publik, artinya sekalipun adegan tertentu sangat lucu, tidak perlu di perpanjang. Untuk memperoleh daya tarik, pemain tidak perlu merendahkan mutu dramatik dengan menuruti selera penonton. Sebab itu di dalam komedi, naskah tetap berperan penting. Lakon berjalan sesuai dengan naskah atau skenario.

Drama komedi sering menggabungkan antara yang tradisional dan modern. Ketoprak Kirun yang menampilkan humor segar, biasanya mengambil kisah tradisi, seperti Bawang Merah Bawang Putih, Andhe-andhe Lumut, Suminten Edan dan sebagainya. Pada umumnya drama komedi bersifat hiburan, seperti drama srimulat dan srimulus. Drama komedi biasanya menduduki peringkat paling banyak penggemarnya, dari tingkat anak sampai dewasa.


Pantomim

Pantomim adalah drama gerak yang diutamakan adalah kelucuan. Biarpun ada ajaran di dalamnya, tapi disampaikan dengan gerak-gerak humor. Biarpun drama pantomim itu hanya berupa gerak fisik, ternyata sering memukau penonton. Apalagi didukung dengan tata rias khas. Sukses mengocok perut penonton adalah target pantomim.


Ada tiga hal yang penting dalam Pantomim yaitu gerak dan imajinasi, konsentrasi, kebebasan gerak tubuh,lentur, dan ada daya rangsangan emosi (Isabel, 1968:21 dalam Suwardi, 2015:128). Atas dasar ini apabila tokoh Pantomim tampil, jiwanya mengembara ke mana-mana. Hal yang paling penting bisa menciptakan gelak tawa, itu sudah sukses. Nilai-nilai drama Pantomim diserahkan kepada resepsi penonton.


Tujuan pentas seni Pantomim, yaitu gerak imajinatif, mengembangkan kekuatan konsentrasi, relaksasi dengan cara melunturkan tubuh (Isabel, 1968:25 dalam Suwardi, 2015:128). Maka pengembangan diri dengan olah tubuh amat diperlukan. Pantomim juga membutuhkan latihan perasaan, berjalan, gerak tubuh, dan penampilan. Selain itu musik juga memiliki peranan yang penting dalam pantomim, yaitu memberi warna situasi dan mendukung mood penonton (Isabel, 1968:29-31 dalam Suwardi, 2015:128). 


Drama Tragedi 

Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang besar. Drama tragedi menceritakan pertentangan antara tokoh protagonis dengan kekuatan dari luar tokoh lainnya. Pertentangan ini berakhir keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis. Contoh: Drama Romeo dan Juliet, film Titanic.


Sebuah karya tragedi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu.

  1. Suatu lakon tragis haruslah berhubungan erat atau menggarap suatu subjek yang serius.
  2. Sang pahlawan atau pelaku utama dalam tragedi harus merupakan orang penting yang herois.
  3. Tidak ada keyakinan kuat yang ditempatkan pada perubahan atau koinsiden; segala insiden yang terdapat dalam tragedi haruslah wajar. Apa yang harusnya terjadi haruslah terjadi.
  4. Rasa kasihan, sedih, atau takut merupakan emosi-emosi utama pada karya tragedi: kasihan karena penderitaan yang ditanggung oleh pelaku utama; dan sedih atau takut karena kita atau penonton takut kalau-kalua penderitaan yang sama akan menimpa kita pula. Akan tetapi dari penderitaan itu muncullah katarsis (perbaikan;penjernihan) emosi-emosi ini pada penontonnya (tarigan, 2011:84-85).


Melodrama 

Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan (Suwardi, 2015:134). Ciri-ciri utama lakon melodrama menurut Tarigan (2011:87-88) yaitu.

  1. Memerankan suatu subjek yang serius, tetapi para tokohnya  tidak se-otentik yang terdapat dalam tragedi.
  2. Ada unsur-unsur perubahan yang masuk ke dalam melodrama.
  3. Rasa kasihan memang ada ditonjolkan tetapi cenderung ke arah sentimentalitas. Rasa tersebut sedikit muncul, bila ada rasa sedih ditimbulkan.
  4. Sang pahlawan atau tokoh utama biasanya menang dalam perjuangan.


Penggarapan alur cerita dan penokohan yang kurang dipertimbangkan secara cermat, maka cerita seperti dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh Agung seperti dalam tragedi). Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan Melodramatik kepada seseorang seringkali merendahkan martabat orang tersebut, karena dianggap berperilaku yang melebih-lebihkan perasaannya.


Dalam melodrama yang bersifat ekstrem, tokohnya dilukiskan menerima nasibnya seperti apa yang terjadi. Hal ini berada dari tragedi yang menunjukkan ratapan sang tokoh yang mengalami nasib baik. Ratapan dalam tragedi itu dikaitkan dengan fungsi tragedi untuk mengajak pembaca (penonton) merenungkan keterbatasannya di hadapan sang pencipta.


Drama Eksperimental 

Penamaan drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan belum memasyarakat (Suwardi, 2015:135). Biasanya jenis drama eksperimental ini adalah drama nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum struktur lakon, baik dalam hal struktur tematik maupun dalam hal struktur kebahasaan. Tokoh-tokoh drama eksperimental misalnya: Rendra (dengan teater mini kata dan improvisasinya), Putu Wijaya (dengan eksperimennya drama tanpa identitas pelaku). 


Sosio Drama

Sosio drama adalah bentuk pendramatisan peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Bentuk sosio drama merupakan bentuk drama yang paling elementer. 


Dalam sosio drama, tokoh-tokoh dan peristiwa sudah seringkali dihayati oleh calon pemain. Oleh karena itu, pemain akan lebih mudah mengidentifikasikan dirinya dengan lakon dan dengan permainan yang dibawakan. 


Sebenarnya dalam sosio drama, prinsip-prinsip dramatisasi tidak boleh diabaikan. Sosio drama,tidak sekedar menirukan adegan tertentu, tetapi memerankan tokoh dan adegan tertentu adegan akting, yaitu penjiwaan total terhadap tokoh dan lakon yang dibawakan (Suwardi, 2015:136).


Drama Absurd 

Drama absurd merupakan permainan simbol. Drama jenis ini merupakan drama simbolik yang membutuhkan perenungan mendalam. Selain itu, murut Gassner dalam Suwardi (2014:136) “drama symbolic, a style that  was all nuance and suggestion was next acclaimed.” Drama absurd yang simbolik itu memiliki nuansa sugestif. Semakin dalam pemaknaan simbol, semakin kuat pula daya sugestinya (Suwardi, 2015:136).


Penulis drama absurd berpandangan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat absurd, oleh sebab itu tokoh-tokohnya juga haruslah bersifat absurd. Absurditas adalah sifat yang muncul dari aliran filsafat eksitensialisme yang memandang kehidupan ini mencekam, tanpa makna, memuakkan. Jika manusia sadar akan keberadaannya seperti dalam eksitensialisme, maka manusia akan merasa bahwa dunia ini absurd. Drama absurd dipopuleri oleh Ionesco, Samuel Basukertt, dan Albert Camus. 


Drama improvisasi 

Kata “Improvisasi” sebenarnya berarti spontanitas. Drama tradisional dan drama klasik kebanyakan bersifat improvisasi. Dalam teater mutakhir kata “Improvisasi” digunakan untuk memberi nama jenis drama mutakhir yang mementingkan gerakan-gerakan (akting) yang bersifat tiba-tiba dan penuh kejutan. 


Akting dan penggunaan adalah tuntutan pentas yang membutuhkan persiapan dan rancangan yang matang. Pementasan drama atau teater yang sadar akting dan panggung akan sukses dalam pertunjukan. Drama improvisasi biasanya digunakan untuk melatih kepekaan pemain sehingga pemain dapat memerankan tokoh yang dibawakan lebih hidup dan realistis (Suwardi, 2015:137-138).



Ragam Drama Ditinjau Dari Aspek Konteks dan Tempat Pentas 

Suwardi (2014:139) memaparkan bahwa berdasarkan aspek konteks dan tempat pentas, drama dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu.


Drama pendidikan

Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau drama didaktis. Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton dengan maksud untuk mendidik. Lakon yang mengungkapkan kehidupan di akhirat menunjukkan kepada manusia bahwa akhirnya semua orang akan sampai ke sana. Adegan di akhirat biasanya menunjukkan keindahan akhirat dan juga penderitaan para pendosa.


Closed Drama (Untuk dibaca)

Drama jenis ini hanya indah untuk bahan bacaan. Para sastrawan yang tidak berpengalaman mementaskan drama biasanya menulis closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau kemungkinan pentasnya kecil.


Drama Treatrikal (untuk dipentaskan)

Menurut kodratnya seharusnya semua naskah drama dapat dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya yang tidak mendukung pementasan. Dalam drama treatrikal mungkin nilai literernya tidak tinggi, tetapi kemungkinan untuk dapat dipentaskan sangat tinggi.


Drama Lingkungan

Drama lingkungan atau juga teater lingkungan, yaitu jenis drama modern yang melibatkan penonton. Dialog drama ditambahkan oleh pemain sehingga penonton dilibatkan dengan lakon. Tujuan utama teater lingkungan adalah membuat tontonannya akrab dengan penonton.


Drama Radio

Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan lewat media radio. Jenis drama ini biasanya direkam melalui kaset. Drama radio juga dapat diklasifikasikan sebagai sandiwara rekaman.


Drama Televisi dan Film

Di televisi jenis pertunjukan drama (sinetron) sangat di gemari. Penyusunan drama televisi sama dengan film yang membutuhkan skenario. Kelebihan drama televisi adalah dalam hal melukiskan flash back yang biasanya membuat lakon lebih hidup dan menciptakan variasi.



Sumber:

Endraswara, Suwardi. (2014). Metode Pembelajaran Drama Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian. Yogyakarta:CAPS (Center of Academic Publishing Service)

Tarigan, Henry Guntur. (2011). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa


Post a Comment

0 Comments