Sang Pendekar (Review Film The Swordsman 2020)

The Swordsman sepertinya merupakan salah satu film Korea yang cukup dinanti-nantikan. Pasalnya film bertema sejarah ini mempercayakan salah satu tokohnya untuk diperankan oleh aktor Indonesia loh! Kira-kira ada yang bisa menebak enggak siapa aktor tersebut?

Joe Taslim. Aktor kenamaan Indonesia satu ini memang sudah enggak diragukan lagi kepiawaiannya. Prestasinya dalam dunia seni peran sudah lama mendunia. Sebagai orang Indonesia pasti bangga dengan prestasi Joe Taslim tersebut bukan?

Dalam film ini Joe Taslim berperan sebagai Gurutai, seorang ahli pedang dari anggota Keluarga Dinasti Qing yang berkeinginan menjadi pendekar pedang paling andal. Kedatangannya ke Dinasti Joseon ialah membuat kesepakatan dengan salah seorang ‘pihak’ dari Joseon–Lee Mok Yo. Akan tetapi kesepakatan itu berbuntut panjang dan menjadi tuntutan yang tidak masuk akal agar Joseon menjual warganya menjadi budak.

Review Film The Swordsman 2020

Seorang pihak Joseon tersebut menjadi tersudut oleh perlakukan utusan Dinasti Qing yang semena-mena. Lantas dia menyuruh bawahannya untuk mengadopsi seorang anak perempuan yang sebaya dengan anak perempuannya (digunakan sebagai kamuflase agar anaknya selamat bila terjadi hal yang tak diinginkan).

Anak perempuan itu bernama Tae Ok. Dia seorang gadis usia belasan tahun yang tinggal di hutan bersama sang ayah–Tae Yul. Saat itu mereka berdua memutuskan pergi ke kota untuk mencari seorang dokter, karena mata Tae Yul sakit parah.

Dalam perjalanan mencari dokter itu mereka bertemu bawahan Lee Mok Yo dan menawarkan akan mengobati dan merawat Tae Yul dengan syarat Tae Ok menjadi anak angkat Le Mok Yo. Sebagai seorang ayah Tae Yul tidak setuju dengan kesepakatan itu. Namun Tae Ok bersikeras, bahkan dia berangkat tanpa berpamitan kepada Tae Yul.

Suatu ketika Gurutai mempermasalahkan kesepakatannya dengan Le Mok Yo, menyebabkan seluruh orang di kediaman Lee Mok Yo tersandera tak terkecuali sang anak.  Namun kamuflase yang dilakukan Lee Mok Yo tidak berhasil, sebab salah seorang anak buah Gurutai mengenali anak perempuan itu pernah mengalahkan temannya dalam perkelahian. Akhirnya Gurutai semakin marah mendapat perlakuan demikian dan menculik anak kandung juga anak perempuan yang diadopsi (bertujuan mengundang Tae Yul yang sudah mengalahkan anak buahnya).

Tae Yul yang mendengar bila sang putri diculik langsung pergi untuk menyelamatkannya. Dia tidak peduli dengan kondisi mata yang semakin parah, sebab bagi Tae Yul sang anak merupakan segala-galanya.

Tak membutuhkan banyak waktu untuk menemukan markas Gurutai. Akhirnya mereka berduel dengan sebuah kesepakatan yakni Tae Yul bisa membawa Tae Ok, tapi harus melangkahi Gurutai. Nyatanya Tae Yul bukanlah orang biasa. Dia sangat lihai memainkan pedang dan bertarung meski matanya sakit. Walhasil, Tae Yul menghunuskan pedangnya kepada Gurutai dan berhasil menyelamatkan sang putri.

Secara garis besar The Swordsman berkisah demikian, yakni tentang pengorbanan seorang ayah untuk menyelamatkan sang putri satu-satunya. Akan tetapi, banyak hal mengharukan dari sosok Tae Yul ini.

Usut punya usut, Tae Yul muda merupakan seorang pengawal Raja Gwanghaegun. Dia seorang pendekar pedang terbaik saat itu, bahkan dilatih langsung oleh raja. Namun suatu ketika terjadi pemberontakan dan Raja Gwanghaegun digulingkan.

Dalam pemberontakan itu, Tae Yul muda menjadi satu-satunya tameng raja dan berduel dengan salah seorang pendekar yang tak kalah hebatnya. Duel itu mengakibatkan salah satu mata Tae Yul terluka. Raja yang menimang peluang yang semakin sempit akhirnya mengikuti para pemberontak. Namun sebelum pergi Raja menitipkan seorang bayinya kepada Tae Yul–raja mempercayakan Tae Yul muda untuk merawat dan membesarkan putrinya.

Sejak peristiwa itu Tae Yul hidup di pedalaman hutan yang jauh dari hiruk pikuk orang-orang bahkan penguasa. Dia membesarkan putri dengan seadanya, bersahabat dan bertumpu pada alam. Bahkan dia menyembunyikan identitasnya sebagai pendekar terbaik Joseon.

Sejujurnya banyak sekali hal yang  bisa diambil amanatnya dari film ini, utamanya dari tokoh Tae Yul. Dengan dedikasi dan kesetiaannya kepada raja, dia merelakan diri mengorbankan banyak hal. Seumur hidup membesarkan putri raja tanpa membeda-bedakan bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya.

Tae Yul mengajarkan totalitas dalam melakukan berbagai kebaikan. Satu hal lagi yang paling penting, enggak perlu menyombongkan diri dengan salah satu kemampuan yang dimiliki atau seberapa hebatnya kita dihadapan orang. Berlaku biasa saja, sebab tanpa memberi tahu orang lain pun pasti ‘nggeh’ dengan apa yang kita lakukan.

Sejatinya sederhana itu elegan, right?


Post a Comment

0 Comments