Mengejar Mimpi bersama ASUS ZenBook Flip S (UX371)

Tahun 2021 sudah berjalan tiga bulan dan sejujurnya saya masih mengira-ngira mengenai resolusi di tahun ini. Bukannya tidak mempunyai keinginan dan harapan, hanya saja manusia seperti saya merupakan makhluk yang susah sekali menemukan jawaban dari pertanyaan sendiri. Seperti halnya kenapa saya terlahir sebagai manusia? Untuk apa saya ada di bumi? Apalagi, mengenai hal yang bisa saya lakukan di tahun ini? 

Sampai suatu ketika, saya pun pernah merasa jenuh dengan segala pertanyaan itu, juga tentang hari-hari sebagai manusia. Bukannya ingin menyerah pada hidup, hanya saja ada yang mengganjal dalam benak bahwa diri ini mulai terasa asing; begitu asing. 

Menjadi asing dari diri sendiri adalah salah satu fenomena yang sempat membuat lupa dan meninggalkan apapun yang saya sukai. Bahkan bukan hanya satu-dua, semuanya berubah begitu saja. Padahal saya tergolong seseorang yang menggemari banyak hal, tapi tak membuat sesuatu pun dapat menarik perhatian. 

Rasanya kepala ini terlalu penuh untuk sekadar mengisi satu-dua hal baru. Saya mengira butuh rehat dari hiruk pikuk dunia. Namun menjaga jarak dari keramaian tak memberikan banyak perubahan. Isi kepala malah menjadi-jadi dan tidak mudah dikompromi lagi. 

“Ini bukan saya!” pernah saya ungkapkan demikian. Sebab sepertinya ada sesosok–orang asing yang bersemayam dalam tubuh ini.

Mungkin saya terlalu memaksakan diri. Sebatas membuat anggapan bila manusia akan baik-baik saja tanpa keramaian. Padahal, manusia dan keramaian merupakan elemen yang tak terpisahkan.

Hingga suatu ketika, saya menemukan satu celah dalam keterasingan itu. Satu celah penerimaan bila saya manusia. Manusia yang pada dasarnya wajar merasa asing pada diri. Wajar dengan perasaan-perasaan tidak enak dan berbagai kekhawatirannya. Manusia yang wajar bila sesekali perlu menjadi orang lain.

Lantas apakah  saya menemukan resolusi  di tahun 2021 ini? 

Tentu saja. Kalau dipikir-pikir resolusi saya di tahun ini pun tidak terlalu muluk-muluk. Sekadar menjadi diri saya yang apa adanya, sudah cukup. Bukannya saya tidak mempunyai ambisi. Kadang sebatas kesederhanaan membuat manusia untuk terus bersyukur. Meskipun sebatas menjadi diri sendiri. 



Bertepatan dengan adanya lomba blog yang diadakan oleh ASUS dengan tema  My 2021 Resolution. Saya ingin berbagi cerita tentang  bagaimana sih saya bisa menemukan satu celah penerimaan dalam diri? Dan ternyata salah satu “hal” yang saya lakukan terdapat dalam keunggulan yang dimiliki oleh ASUS ZenBook Flip S (UX371) loh!

Menggambar

Menggambar merupakan media yang tanpa sengaja berhasil menumpahkan segala isi kepala saya. Berbagai macam kecarut-marutan saat itu, ternyata bisa diatasi dengan menggambar. Saya tidak tahu apakah ini berlaku untuk semua orang, tapi bagi saya menggambar menjadi salah satu media yang berhasil mengatasi persoalan saat itu.

Bahkan dari beberapa artikel yang saya baca, ternyata banyak sekali manfaat dari menggambar selain sebagai bidang pekerjaan profesional. Kemungkinan bagi amatiran seperti saya, menggambar merupakan bentuk ekspresi diri.

Nah, ada salah satu keunggulan dari  ASUS ZenBook Flip S (UX371) yakni adanya ASUS Pen dan Windows Ink yang memudahkan teteman dalam menggambar baik profesional maupun amatiran seperti saya. ASUS Pen adalah stylus aktif dengan desain aluminium tipis dan elegan yang memberikan kesan premium.

Aksesoris tersebut dapat memungkinkan teteman untuk menggambar, menulis atau membuat anotasi secara akurat di aplikasi apa pun yang didukung. Sedangkan Windows Ink dapat memungkinkan teteman untuk membuat catatan tempel atau sekadar mencatat ide-ide yang muncul dengan mudah.

Seperti halnya hasil penelitian, bila penggunaan pena digital mampu meningkatkan kinerja hingga 38% pada pelajar ketika mereka menggunakan pena digital untuk mengerjakan soal-soal sains. Tidak semua ide berupa kalimat, kini saatnya untuk tuangkan inspirasi segera dalam sketsa atau coretan pena digital di PC Modern.

Membaca

Memang bukan rahasia umum bila membaca merupakan jendela dunia. Melalui membaca kita bisa menjelahi dunia tanpa perlu ke mana-mana; cukup dalam satu genggaman sebuah bacaan atau buku. 

Saya juga salah satu orang yang lebih menyukai membaca melalui buku fisik (cetak) daripada buku elektronik. Namun menelisik kondisi sekarang, tentu saja menuntut saya hanya bisa membaca melalui buku elektronik. 

Akan tetapi membaca buku elektronik, apalagi di laptop kadang membuat lelah. Sudah berat, tidak bisa fleksibel, terlebih membuat mata lelah bila terlalu lama menghadap layar.

Namun eits, ternyata tidak demikian dengan laptop ASUS ZenBook Flip S (UX371). Why? 

Sebab ASUS ZenBook Flip S (UX371) merupakan laptop convertible paling premium dari ASUS yang saat ini didesain mewah, ringkas dan ringan dengan ketebalan bodi yang tidak lebih dari 1,57 cm dan bobot tidak lebih dari 1,35 kg.

Selain itu ASUS ZenBook Flip S (UX371) tampil sebagai salah satu laptop dengan kualitas layar terbaik berkat penggunaan panel OLED beresolusi 4K UHD. Penggunaan panel OLED membuat layar ASUS ZenBook Flip S (UX371) tetap mampu menghasilkan warna yang kaya dan akurat pada tingkat kecerahan yang rendah (low brightness). Bahkan nih, layarnya saja dapat diputar hingga 360 derajat. Sehingga laptop ini dapat digunakan sebagai tablet, laptop biasa, tenda bahkan layaknya sebuah kanvas digital. 

Sudah ringkas, layar dengan tampilan terbaik dan bisa diputar hingga 360 derajat. Emm, memang asyik jadi pengganti buku sih. Namun semua itu belum cukup. Sebab masih ada keunggulan lainnya yakni ASUS ZenBook Flip S (UX371) telah mengantongi sertifikasi dari TÜV Rheinland memastikan layar laptop tidak mengganggu kesehatan mata dari radiasi gelombang biru dan efek flickering. Wahh idaman sekali bukan?

Duh, memang yaa komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, teteman mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. ASUS telah melakukan jajak pendapat dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.

Btw, Memangnya keunggulan dari ASUS ZenBook Flip S (UX371) hanya ini saja?

Tentu saja masih banyak! Teteman bisa lihat dispesifikasi berikut yaaa

Main Spec.

ASUS ZenBook Flip S (UX371)

CPU

Intel® Core™ i7-1165G7 Processor 2.8 GHz (12M Cache, up to 4.7 GHz)

Operating System

Windows 10 Home with Office Home & Student 2019 pre-installed

Memory

16GB LPDDR4X

Storage

1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD

Display

13.3" (16:9) OLED 4K UHD (3840 x 2160), 400 nits, 100% DCI-P3, 133% sRGB, NanoEdge Display, Touchscreen, PANTONE® Validated display, TÜV Rheinland eye-care certified display

Graphics

Intel® Iris® X Graphics

Input/Output

1x HDMI 1.4, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 USB Type-C supports display and power delivery

Camera

HD camera with IR function to support Windows Hello

Connectivity

Intel Wi-Fi 6(Gig+)(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2

Audio

SonicMaster, Smart Amp Technology, Built-in array microphone, harman/kardon certified

Battery

67WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion

Dimension

30.50 x 21.10 x 1.19 ~ 1.39 cm

Weight

1.20 kg

Colors

Jade Black

Price

Rp24.999.000

Warranty

2 tahun garansi global





“Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS ZenBook Flip S (UX371) Blog Writing Competition bersama deddyhuang.com”.

Lawan Kata Cinta Bukan Benci, Melainkan Pergi (Review Sungguh, Kau Boleh Pergi karya Tere Liye)

Sungguh, Kau Boleh Pergi merupakan buku kumpulan sajak karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada November 2019. Buku ini merupakan buku sajak kedua dan terdiri dari 30 sajak. Meskipun terdiri 30 sajak tidak membuat teteman berpikir terlalu keras, sebab bahasanya cukup sederhana; khas penulisan Tere Liye seperti biasanya. 

Review Buku Sungguh Kau boleh pergi karya Tere Liye


Enggak hanya bahasanya yang mudah dicerna, buku ini dilengkapi dengan ilustrasi. Penempatan ilustrasi bukan hanya sebagai media estika semata, tapi ilustrasi tersebut membantu pembaca untuk lebih memahami tiap sajak yang disuguhkan. 

Buku kumpulan sajak ini kembali mengusung tema mengenai cinta yang tentu saja porsinya enggak  berlebihan. Sebab takarannya cukup pas, meski itu tentang menerima, menyayangi, melepaskan dan takaran-takaran perasaan lainnya. 

Nah, dari ke-30 sajak itu saya akan menampilkan cuplikan sajak Sungguh, Kau Boleh Pergi sebagaimana dengan judul buku. 


Sajak Sungguh, Kau Boleh Pergi karya Tere Liye 

Siang pasti digantikan malam 

Sekeras apa pun siang bertahan 

Matahari pasti tumbang 

Dan gelap menyelimuti

Siang pasti pergi

Dan sungguh kau boleh pergi 


Kelompok mawar pasti rontok

Sekeras apa pun dia ingin mekar lama

Pasti tiba masanya layu

Dan tangkai-tangkai membisu

Mawar pasti pergi

Dan sungguh kau boleh pergi 


Hujan pasti reda

Selama apa pun dia hendak turun

Pasti tiba masanya habis

Dan menyisakan basah di halaman 

Hujan pasti pergi

Dan sungguh kau boleh pergi 


Maka 

Apalagi urusan perasaan 

Cinta bisa berganti benci

Percaya memudar berganti kusam ragu

Pun komitmen menipis berubah jadi lupa

Kau boleh pergi 

Sungguh boleh


Tapi aku tetap ada di sini

Meyakini bahwa 

Besok pagi, malam pun akan berganti siang

Mawar baru akan merekah ulang

Dan hujan berikutnya pasti akan datang


Kau sungguh boleh pergi



Sebenarnya apasih yang tengah dirasakan tokoh aku? 

Sejujurnya setelah membaca sajak di atas, saya menjadi gagal fokus dengan kata pergi dan berhubungan pula dengan salah satu drakor yang sempat populer pada masanya (sekitar 2016). Ada yang tahu dan bisa menebak enggak, drakor apa? Coba lihat  scene  ikonis di bawah ini deh! 

Hae Soo dan Wang So
sumber: google


Yes! Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo. 

Memang, apa hubungannya? 

Kemungkinan bagi teteman yang telah menonton drama tersebut akan paham dengan apa yang akan saya bahas kali ini. Eh, mungkin hanya saya saja yang berpikir demikian? 

Tokoh  Hae Soo mempunyai persamaan seperti tokoh aku pada Sajak Sungguh Kau Boleh Pergi. Dia memilih untuk melepaskan cintanya, sebab pasrah dengan situasi yang tidak mendukung. Saat itu Hae Soo tidak bisa menikah dengan  Wang So sebab memiliki bekas luka, dan didukung situasi kerajaan yang tidak memungkinkan  mereka menikah, meski keduanya saling mencintai. 

Hari-hari Hae Soo semakin kelam di istana, apalagi keluarga kerajaan selalu menyudutkannya sebagai wanita simpanan raja, sedangkan raja harus menikah dengan adik tirinya untuk memperkuat kekuasaan. 

Walhasil dia memutuskan menikah (secara formalitas saja) dengan  pangeran Jung, agar bisa keluar dari istana. Keputusan Hae Soo untuk pergi bukan karena dia tidak mencintai Wang So, tapi dia tidak ingin keberadaan malah membuat posisi Wang So goyah. Sebab saat itu, Wang So berhasil menjadi raja yang bijak dari raja pendahulu yang hanya gila kekuasaan. 

Akan tetapi lambat laun, Wang So cemburu dengan pangeran Jung. Dia marah sebab Hae Soo dan pangeran sangat akrab. Akhirnya Wang So yang biasanya masih berkunjung ke kediaman Hae Soo di luar istana, memutuskan untuk berhenti dan tidak mau tahu lagi tentang mereka. 

"Aku tidak pernah meninggalkannya, Hae Soo-lah yang meninggalkanku lebih dulu," tandas Wang So yang tengah salah paham. 

Namun di sisi lain, Hae Soo menyimpan rindu untuk Wang So. Hari-hari Hae Soo hanya diliputi keinginan untuk bertemu Wang So. Dunia Hae Soo dan cabang bayi dalam perutnya hanya untuk Wang So. 

Akan tetapi meski pengeran Jung telah membantu mengirimkan surat untuk Wang So, dia yang terlanjur marah tidak mempedulikan surat-surat yang diterimanya. Sampai pada akhirnya, Hae Soo menghembuskan napas terakhir setelah melahirkan anaknya dan dalam benaknya hanya untuk bertemu dengan Wang So. Kemudian Wang So yang mendengar kabar duka itu langsung bergegas, meskipun sudah terlambat. 

Well selain melepaskan, Hae Soo dan tokoh aku sama-sama sedang menunggu dan masih menyimpan perasaan. Hae Soo menunggu Wang So dan tokoh aku menunggu tokoh kau; yang juga telah pergi.

Lantas apakah tokoh aku dan tokoh kau mengalami kesalahpahaman yang serupa seperti Hae Soo dan Wang So? Lalu apakah tokoh kau akan kembali setelah tokoh aku mencoba melepaskannya? 

Saya berpendapat, bila tokoh aku dan kau sejatinya  hanya mempunyai kesalahan-pahaman "kecil". Sebab dalam bait terakhir, tokoh aku masih mencoba untuk menerima keadaan bukan untuk serta merta melepaskan si kau. Bagaimana menurut teteman? 


"Lawan kata cinta bukan benci, melainkan pergi" - Hae Soo. Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo. 

Arti Sebuah Pertemuan

"Ada satu bahagia yang tidak bisa dijelaskan oleh indra manusia," 

"Selamat ya Nia..." mengulurkan tangan sembari tersenyum. Aku sedikit mematung, batin mulai menggerutu; terharu. Eh, Sensei tahu namaku?

Ah! Maklum saja, di sekolah aku bukanlah siswa populer yang bisa dikenal para guru. Aku berpendapat demikian, sebab selama tiga tahun belajar di sini belum sekali pun dipanggil dengan nama yang benar selain kata "mbak". Oh, ada sih Guru Bahasa Indonesia yang entah mengapa hobi sekali menyebut namaku ditiap pembelajarannya. 

"Frasa dari kalimat itu apa Nia?" ; "Nia, berapa klausa pada contoh nomor sekian?"; "Tolong dicatat ya Nia, judul tugas paragraf teman-temanmu. Kalau ada yang sama suruh ganti." Tiap pembelajaran Bahasa Indonesia ada saja yang ditanyakan. 

Satu lagi, Guru Sastra Indonesia yang kalau enggak sengaja papasan selalu menyelipkan pertanyaan, "Nia, mana karyamu?" atau "Nia, bagaimana tadi ujian Sastra Indonesianya, bisa?" Selebihnya guru memanggilku karena membagikan buku tugas atau nilai hasil ujian.

Kukira begitu juga dengan Sensei. Selama belajar Bahasa Jepang, beliau tak berbeda dengan guru lainnya. Namun ketika Sensei menyapaku di depan ruang Wakil Kepala Sekolah kala itu, ada satu hal yang terbesit di kepala menyoal apakah perkiraanku selama ini salah? Bertemu dua kali dalam satu pekan selama tiga tahun, apa iya Sensei tak tahu namaku? Mungkin ingat wajah sih atau dilabeli sebagai anak Bahasa tanpa nama? 

Kenapa baru sekarang Sensei menyebut namaku? Padahal sudah tak banyak kesempatan yang kumiliki di sini? Jika Sensei saja sudah mengucapkan selamat, itu artinya  aku harus pergi, meninggalkan dan menautkan masa putih abu-abuku, lalu merambah ke antah-berantah. 

Akan tetapi mengapa harus saat itu?  Bukankah selama ini banyak kesempatan? Tapi kenapa disaat-saat seperti itu? Mengapa? 

Jika ditelisik lagi, sepertinya aku memang berhak diperlakukan demian. Toh, aku memang jarang bertukar pikiran, apalagi hanya sebatas basa-basi. 

Lantas, apakah aku tengah menyesali pemikiran dangkal tentang Sensei dan semuanya? 

Aku memang tidak tahu arti sebuah pertemuan. Namun dari pertemuan ada satu bahagia yang tidak bisa dijelaskan melalui indra manusia. Satu bahagia yang merupakan pemaknaan dan  kesempatan. Pemaknaanmu saat menyapa dan kesempatan untuk mengenalmu selama tiga tahun di sini. 

Terima kasih Sensei, dalam satu bahagia itu. Aku tak perlu lagi berdalih tentang siapa dirimu. Hanya satu yang kutahu; berpisah denganmu bukan lagi tentang kesedihan. Meski aku belum bisa memperlakukanmu dengan selayaknya. Kau orang baik, begitu mereka berkata. Jadi aku tak perlu khawatir, sebab kau memang orang baik; begitu pula dalam ingatanku.


*Sensei (bahasa Jepang) = guru

Saat Bertemu Kamu (Review Catatan Hati Seorang Gadis karya Asma Nadia,dkk)

“masa lalu yang mungkin penuh masalah tak seharusnya menjadi penghalang meraih surga” -Asma Nadia


Kamu–dalam kamus bahasaku merupakan pronomina. Tak lebih sebagai kata ganti orang atau benda. Iya benda; yang seharusnya bersifat mati dan tak menyakiti. Sebab bila kamu kata ganti orang, pasti berempati dan berhati-hati dalam meluapkan emosi. Eits, lupakan masalah tentang “kamu”, mari ke topik utama! (tolong tidak dianggap serius,hehe).

Berhubung judulnya “Saat Bertemu Kamu”, rasanya kurang etis kalau saya belum menjelaskan pemaknaan kamu dalam tulisan ini (duh! Thor, enggak perlu sefilosofis itulah, bukannya kamu ya memang kamu? Btw, maksudnya bagaimana???).

Ngomong-ngomong tentang kata kamu, (tolong digaris bawahi) tentang kata kamu, right? Bukan kamu! Definisi dalam KBBI “kamu” : pron yang diajak bicara; yang disapa (dalam ragam akrab atau kasar). Padanan “kamu” dalam Tesaurus yakni Anda, awak, engkau, kau, sampeyan, saudara,sira, situ (cak).  Sebenarnya saya hanya ingin memberi tahu saja, siapa tahu ada yang belum mengerti tentang kamu, eh tentang kata kamu. Sebab kalau kamu, susah untuk didefinisikan, hahaha.

Kembali ke topik Catatan Hati Seorang Gadis Karya Asma Nadia,dkk!

Sepertinya sudah hafal mengenai siapa itu Asma Nadia. Jadi dalam ulasan kali ini saya skip tentang kepengarangannya, ya? Kalau misal teteman yang masih penasaran siapa itu Asma Nadia bisa dibaca tentang ulasan buku-buku sebelumnya (mengenai kepengarangan Asma Nadia yang terbaru dalam Review Buku Istri Kedua karya Asma Nadia). 

 



Identitas Buku
:

Judul Novel : Catatan Hati Seorang Gadis

Pengarang : Asma Nadia, dkk

Penerbit : AsmaNadia Publishing House

Cetakan : I, Maret 2016

Tempat Terbit : Depok

Tebal : ± xix +304 hlm.

Review Buku Catatan Hati Seorang Gadis karya Asma Nadia


Sinopsis Catatan Hati Seorang Gadis:

Buku Catatan Hati Seorang Gadis merupakan kumpulan cerita tentang permasalahan para gadis. Dalam hal ini didominasi dengan soal cinta, bucin-nya gadis pada pasangannya. Seperti halnya buku catatan yang lain, kumpulan cerita ini merupakan kisah nyata yang dituangkan dalam bentuk fiksi (yang telah disamarkan tempat maupun namanya).

Memangnya ceritanya bagaimana sih, kok enggak biasanya Asma Nadia membicarakan kisah-kisah bucin para gadis di luar sana? Kalau masalah cinta, kemungkinan ‘kan  begitu-begitu saja! 

Ada yang sempat berpikiran demikian, enggak sih? 

“PHP, Aborsi, selingkuh, prostitusi, kekerasan seksual pergaulan bebas dan lainnya”

Jujur, saya cukup terkejut dengan kenyataan tersebut. Sebab menurut saya kisah-kisah itu hanya ada di sinetron-sinetron saja. Akan tetapi bila dicermati mengenai berita-berita yang betebaran di dunia maya dan sekitar cukup meyakinkan, bila kisah itu benar adanya.

Fyi, Buku Catatan Hati Seorang Gadis terdiri dari sembilan bab yang mengenai Mahkota Terenggut, Butaya Cinta, Gadis dan Dunia Maya, Cinta dan Perbedaan, Ketika Ada Orang Ketiga, Cinta Tak Terbalas, Jatuh Bangun Ta’aruf, Kesendirian dan Adakah Pengorbanan Sepadan? 

Seperti biasanya saya akan mengulas salah satu dari sub subbab tersebut. Nah, kali ini saya akan mengulas dari bab Gadis dan Dunia Maya karya Windy Primadita; tolong jangan kecewa yaa sebab saya tidak (sedang) berminat membahas masalah “Ketika Ada Orang Ketiga”, hehehe.

Salah satu kisah dari Gadis dan Dunia Maya berjudul Kenal di Facebook. Memangnya siapa sih yang enggak tahu facebook di zaman sekarang? Dari orang dewasa, muda bahkan anak di bawah umur pun kini tak asing lagi. 

Perkembangan teknologi memang menggiurkan. Dengan facebook saja misalnya, kita sebagai warganet bisa berinteraksi dengan seluruh penduduk di dunia. Akan tetapi semakin terjamahnya media sosial satu ini malah digunakan dengan tidak baik, misalnya modus penipuan dan sebagainya.

Begitulah yang tengah dialami Aini–seorang gadis bungsu; cantik, pintar juga berpenampilan modis. Dia lahir dari keluarga cukup berada dan berpendidikan. Waktu itu dia sempat akan dijodohkan oleh orang tuanya, tapi dia menolak lantaran sudah mempunyai seorang kekasih yang dikenalnya dari media sosial.

Entah bagaimana sang kekasih tersebut membuat Aini jatuh hati, sampai-sampai apapun nasehat yang diberikan oleh keluarga bahkan sahabatnya tak dia gubris, padahal belum sekalipun mereka bertemu. 

Hingga disuatu ketika setelah mereka memutuskan untuk bertemu, muncul perubahan-perubahan pada Aini. Dia mulai berani membolos kuliah, berbohong kepada keluarga dan temannya, bahkan sempat kabur dengan Dimas–sang pacar karena tidak mendapat restu dari keluarga.

Sebelum drama Aini kabur dengan Dimas, dia sempat meminjamkan gawainya yang cukup mahal bahkan sepeda motor kepada Dimas. Saat Aini ingin mengambil motornya dia hampir dilecehkan oleh seseorang yang menjemput Aini, bahkan Dimas sempat memintanya untuk menjual diri. Akan tetapi yaaa begitulah, meski Dimas telah memperlakukan dirinya seperti itu yang sudah namanya -kadung- cinta; membuat seseorang benar-benar buta. 

Usut punya usut, acara kabur Aini dari keluarga sebab dia telah berbadan dua. Dia memilih bersama Dimas meski ibu dan adik Dimas tidak memperlakukannya dengan baik. Bahkan Dimas berselingkuh dan masuk penjara lantaran memukuli temannya.

Apakah ini salah Aini yang terlalu menjadi budak cinta Dimas?

Saya tidak bisa menghakimi hidup dan pilihan seseorang. Namun dari kisah Aini saya cukup belajar untuk terus waspada dan hati-hati dalam menggunakan media sosial, mengenal dan bertemu seseorang, juga mencoba menimbang apapun pendapat dari orang terdekat.

Lantas jika cinta membuat salah arah, apakah kita dilarang untuk jatuh cinta? 



Review Film Space Sweepers 2021: Geng Penyelamat

Di awal 2021 menjadi salah satu tahun kembalinya Song Jong Ki ke layar kaca. You know-lah, kalau enggak salah ingat terakhir kali aktor yang kerap disebut duda keren ini bermain drama Arthdal Chronicles bersama Kim Ji Won (hayoo siapa yang merasa digantung drakor ini, ngaku? hehe).

Dari drama yang sebelumnya mengusung tema kehidupan zaman kuno, kini Song Jong Ki bersama Kim Tae Ri, Jin Seon Kyu dan Yoo Hae Jin bermain film tentang kehidupan masa depan berjudul Space Sweepers.

Space Sweepers merupakan film garapan Sutradara Jo Seung Hee yang dianggap sebagai film luar angkasa pertama yang dibuat oleh Korea Selatan loh! Film berdurasi 136 menit ini sudah dirilis di Netflix pada 5 Februari 2021.

Selang beberapa hari dirilis, Space Sweepers berhasil memuncaki top 10 di Netflix. Bahkan saking suksesnya pihak atau tim produksi berencana akan membuat season keduanya loh! Wah, keren yaaa?

Btw sebelum membahas ringkasan ceritanya, saya akan memaparkan latar belakang para pemain.

Pengkarakteran Pemain Space Sweepers

Song Jong Ki berperan sebagai Kim Tae Ho :  Dulu dia seorang tentara yang bertugas sebagai Penjaga Luar Angkasa. Saat melakukan tugas menangani kapal ilegal, dia pertama kalinya melihat bayi. Menurut peraturan bayi itu harus dibawa ke bumi, tapi Tae Ho merawatnya. Gadis kecil itu diberi nama Su Ni. Keberadaan Su Ni membuat kehidupan Tae Ho berubah; dia tidak bisa menyakiti orang lain lagi. Hingga pada akhirnya perusahan UTS mengusir dan memecat Tae Ho karena tidak mematuhi perintah. Sejak saat itu Tae Ho jatuh miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal. Dia dan anak angkatnya menggelandang.

Suatu ketika Su Ni yang tengah lapar pergi meninggalkan Tae Ho yang sedang minum-minum.  Tiba-tiba terjadi tabrakan puing luar angkasa yang membuat sebagian tempat hancur. Tae Ho yang saat itu baru menyadari Su Ni hilang dari pengawasannya, langsung pergi mencari.

Namun sayang, Su Ni dapat dipastikan jatuh bersama puing-puing dan beterbangan di luar angkasa. Sebab itulah kini Tae Ho sangat gila pada uang. Selain untuk bertahan hidup, dengan uang dia bisa mencari keberadaan Su Ni.

Kim Tae Ri sebagai Kapten Jang Hyun Sook : Kapten Jang pernah diadopsi lewat UTS Genius dan dilatih sebagai insinyur. Sebagai murid dia mengembangkan lensa AR, penembak laser ringan dan ranjau EMP.  Pada usia 19 tahun, dia tinggalkan koloni untuk membantuk organisasi bajak laut setelah terpengaruh ideologi anti-UTS. Namun dia gagal dalam percobaan pembunuhan CEO UTS dan menewaskan seluruh anggotanya. Kini dia diduga menggunakan identitas palsu, setelah menjalani operasi penggantian mata.

Jin Seon Kyu sebagai Tiger Park Kyung Soo : Dia pimpinan kartel narkoba besar di bumi selama empat tahun. Dia menjual narkoba untuk membantu anak-anak miskin. Lantas kini dia Kabur dari bumi agar tidak tertangkap dan tinggal secara ilegal di orbit.

Yoo Hae Jin sebagai Robot Bubs : Robot yang tergila-gila mengumpulkan uang untuk melakukan cangkok kulit.

Richard Armitage sebagai James Sullivan: Seorang dokter, fisikawan, insinyur, sejarawan dan orang terkaya juga tertua di dunia yang berusia 152 tahun. Dia pendiri UTS, menganggap dirinya pencipta surga angkasa dan penyelamat umat manusia.

Park Ye Rin sebagai Dorothy (Kang Kot Nim).

Kim Mu Yeol sebagai Kang Hyeon-u : Pengembang Robot Nano untuk traformasi Mars.

 

Review Film Space Sweepers 2021: Geng Penyelamat

Sinopsis Film Space Sweeper

Secara singkatnya nih, Space Sweeper bercerita tentang kehidupan di tahun 2092. Pada tahun itu manusia sangat kesulitan untuk bertahan hidup. Sebab bumi dianggap tidak lagi memiliki kehidupan. Hutan lenyap dan gurun meluas. Matahari meredup dan tanah yang asam menyebabkan tumbuhan lenyap.

Dengan adanya situasi tersebut, sebuah perusahaan bernama UTS membangun rumah orbit baru bagi manusia. Rumah orbit di luar angkasa yang dianggap mampu menggantikan bumi dan kehidupan baru bagi manusia. Akan tetapi tidak semua manusia  bisa tinggal di orbit milik UTS, hanya yang terpilih saja.

Dari sini mungkin akan muncul pertanyaan, “Loh, katanya rumah orbit UTS dibuat untuk kehidupan baru bagi manusia? Kenapa masih dipilih-pilih?”

Sang pendiri UTS–James Sullivan beranggapan bila manusialah yang merusak bumi, sehingga dalam kehidupan barunya di orbit, dia tidak ingin ‘manusia-manusia’ itu berada di Distrik Pemukiman UTS.

Fyi, Sebanarnya pembangunan rumah orbit masih pro dan kontra. Hal tersebut disebabkan pembangunan orbit membuat luar angkasa dipenuhi sampah akibat sisa bahan kontruksi. Lantas mau enggak mau, manusia yang ingin hidup harus bekerja sebagai buruh; memunguti sampah-sampah itu di luar angkasa demi sesuap nasi.

Salah satu buruh luar angkasa dari bumi adalah Kim Tae Ho dkk, dari kapal Victory Korea Selatan. Mereka harus berebut sampah dengan kapal penduduk bumi lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Saat itu kapal yang dikomandani Kapten Jang, berhasil memungut sampah luar angkasa dan menjual ke perusahaan UTS. Namun sayang, kapal Kapten Jang sudah terlanjur mempunyai banyak denda juga peringatan dari perusahan UTS membuatnya tidak diberi imbalan uang. Padahal mereka sudah susah payah merebut sampah itu dari kapal lain, sampai-sampai Kapal Victory rusak cukup parah.

Saat Tae Ho, Rubs dan Tiger Park berupaya memperbaiki kapal, mereka menemukan seorang anak kecil dalam kantong udara kapal. Mereka lalu membawa anak kecil itu ke dalam kapal, kemudian berdiskusi dan mencari tahu siapa anak itu.

Tak lama muncul sebuah informasi mengenai robot anak kecil perempuan bernama Dorothy yang sedang diburon oleh perusahaan UTS. Robot itu dicari karena telah melakukan teror di UTS tiga tahun lalu, bahkan dikatakan bila Dorothy sangat berbahaya karena telah dilengkapi bom hidrogen oleh Rubah Hitam (dianggap teroris atau organisasi yang menolak atau melawan kebijakan UTS). Tae Ho dkk yang mengetahui itu langsung ketakutan dan menjauhi  anak kecil yang bersama mereka.

Awak Victory langsung merasakan emosi campur aduk. Mereka takut Dorothy akan meledak, di satu sisi mereka berbahagia akan mendapatkan uang. Ketika Tae Ho mencoba mencari informasi dari barang yang dibawa Dorothy, dia menemukan sebuah ponsel dan berkas-berkas atas nama Hyeonu Kang. Saat itu Tae Ho menyimpulkan bila ada dua pihak yang mengincar Dorothy yakni UTS dan Rubah Hitam. Hingga diambil satu keputusan, mereka mencoba “menukar” Dorothy ke dr. Kang Hyeonu.

Akan tetapi pertemuan dengan dr.Kang tidak sesuai rencana. Komunikasi Awak Victory yang melakukan negosisi dengan dr. Kang terdeteksi sistem UTS. Walhasil pimpinan UTS yang mengetahui itu langsung mengutus bawahannya untuk membawa Dorothy. Namun beruntung mereka berhasil melarikan diri meski gagal mendapatkan uang.

Setelah peristiwa itu mereka kembali ke pabrik (sejenis hanggar perawatan kapal dan perkumpulan buruh). Tak lama berada di sana, muncul sekelompok orang yang berupaya menculik Dorothy. Tentu saja Tae Ho dkk dengan sigap melindunginya dan berhasil menyergap sekelompok penculik itu (Fyi, semenjak peristiwa gagalnya menukar Dorothy dengan dr. Kang, awak Victory mulai dekat dengannya).

Lantas usut punya usut, ternyata kelompok penculik itu anggota Rubah Hitam. Dari peristiwa ini mulai terbukalah satu fakta mengejutkan bagi Tae Ho dkk bahkan seluruh manusia.

Kira-kira Teteman ada yang tahu atau terlintas sesuatu mengenai fakta apakah itu?

Dua Plottwist Space Sweepers

Pertama Tentang Rubah Hitam

Rubah Hitam bukanlah teroris mereka adalah organisasi lingkungan. Namun Penjaga Luar Angkasa membunuh mereka dan tersisa beberapa orang saja.

Kedua Tentang Dorothy

Kedua mengenai asal-usul Dorothy yang direkasa oleh perusahaan UTS. Bisa dikatakan bila UTS mengkambing-hitamkan Dorothy sebagai robot berbahaya. Namun faktanya Dorothy itu manusia–anak kecil pada umumnya, bukan robot yang bisa meledak dan mengancam manusia.

Dorothy (Kang Kot Nim) anak dr. Kang yang lahir dengan penyakit bawaan langka. Penyakit yang merusak saraf-sarafnya belum ada obatnya. Sebagai usaha terakhir, dr. Kang menyuntikkan Robot Nano yang sangat hebat dan telah diprogram di tubuhnya. Sebuah keajaiban, Robot Nano membuat Dorothy kembali berjalan.

Keajaiban lain Robot Nano diprogram saling memberikan sinyal yang bisa berkomunikasi dengan Robot Nano lainnya. Sehingga Dorothy bisa membuat bunga mati menjadi mekar. Dia satu-satunya harapan yang bisa menghidupkan bumi kembali.

Dari sini pun Teteman pasti sudah bisa mengambil kesimpulan dan tahu alur kisah selanjutnya seperti apa, ya ‘kan? Dari fakta itu akhirnya Dorothy dikembalikan dan dipertemukan dengan sang ayah. Namun tahu sendirilah yaaa pendiri UTS enggak akan membiarkan hal itu terjadi.

UTS menyergap mereka dan membawa Dorothy bahkan memasangkan bom padanya. Tujuan dari James Sullivan pun sangat jelas, ingin memusnahkan bumi dengan mengirim Dorothy ke sana. Kapten Jang dkk tentu tidak diam saja, lalu bersama para buruh sampah luar angkasa mereka bertarung melawan UTS untuk menyelamatkan bumi.

Lantas berhasilkah mereka melawan pendiri UTS, dan berhasilkah menemukan anak Tae Ho?

Setelah bertarung di luar angkasa dengan cukup menegangkan, akhirnya mereka berhasil menyelamatkan bumi dari kehancuran.  Akan tetapi, mereka tidak bisa lagi menemukan Su Ni meski dibantu dengan kekuatan Robot Nano Dorothy.

Akan tetapi Spece Sweepers berakhir dengan bahagia. Tae Ho dkk kembali sebagai buruh luar angkasa, sesekali Dorothy juga singgah ke bumi untuk melestarikan alam. Eh, ada satu yang cukup epik. Robot Rubs berhasil melakukan cangkok kulit dan menjadi seperti gadis pada umumnya.

Menegangkan dan cukup membuat haru hubungan antara Dorothy dan Tae Ho dkk. Apalagi perlakuan Tiger Park yang begitu menyayangi anak kecil, meski tampilannya semerawut seperti preman. Eh, kan emang bos kartel narkoba ya? Hehe.

Dari film ini saya mendapat salah satu kutipan yang cukup menarik dari Kot Nim yang mengatakan, “Di luar angkasa tidak ada atas atau bawah. Dari sudut pandang semesta, tak ada hal buruk ataupun berharga. Semua berharga pada tempatnya.”  

Ya, berharga pada tempatnya sangat cocok menggambarkan kekompakan Awak Victory dengan para buruh luar angkasa. Meski pekerjaan mereka dipandang sebelah mata, tapi keberadaan mereka berhasil mengubah dunia. Tugas mereka membersihkan sampah luar angkasa, dan tanpa disadari mereka benar-benar membersihkan sampah yang sebenar-benarnya sampah luar angkasa.


Berbalik

Rintik hujan tak lagi membasahi tanah

Tak serupa pekan lalu

Namun ia tetap saja menggoda; 

membaui ketenangan 


Tatkala malam pun membeku

Tak ada lagi asap berlenggak-lenggok di cangkir kopi

Terutama sentuhan hangat sang jari-jari kokohnya 

Dia membisu; sudah terlalu lama


Kini aku menyadari 

Rasanya tak lagi pekat

Serupa detik-detik lalu

Seusai indra merajai waktu 


Lantas aku kembali

Tak lagi melarikan diri



LMJ, Maret 2021

Perempuan Sang Jembatan Hidup (Review Islammu adalah Maharku karya Ario Muhammad)

“Mengenal dan memilihmu dalam hidupku adalah keindahan paling mengagumkan yang pernah kupunya dalam hidup ini.” – Prof Chen (kutipan dalam Novel Islammu Adalah Maharku)

Identitas buku:

Judul buku : Islammu Adalah Maharku

Pengarang  : Ario Muhammad

Penerbit  : PT Alex Media Komputindo

Cetakan   : Pertama, 2015

Tebal        : ± 244 hlm.

Review Novel Islammu adalah Maharku karya Ario Muhammad



Kepengarangan:

Dalam dunia literasi, nama Ario Muhammad sudah tidak asing lagi. Selain sebagai peneliti, beliau juga seorang penulis yang telah menerbitkan banyak buku. Penulis kelahiran Halmahera Utara pada 14 September 1987 ini merupakan seorang pemerhati sastra dan puisi, bahkan beliau merupakan pegiat FLP Taiwan pada 2011-2012.

Tidak perlu ditanya mengenai prestasi dari ayah dua anak ini, beliau merupakan lulusan terbaik Fakultas Teknik UMY dan mendapatkan beasiswa S2 dari National Taiwan University Of Science and Technologi (NTUST). Lantas bersama sang istri, penulis menyelesaikan gelar post doctoral-nya di University Of Bristol-UK

Selain itu Ayah Muhammad DeLiang sempat memenangkan sayembara menulis memperingati Hari Kartini oleh Pro-U pada 2012. Tulisan-tulisannya juga sempat dimuat di www.dakwatun.com bahkan media Taiwan. 

Beliau juga tidak segan membagi pengalaman dan kebiasaan positifnya di media sosialnya loh! Buat yang ingin tahu keseharian beliau bisa ikuti akun ig @ario_muhammad87.

Sinopsis Islammu Adalah Maharku:

Islammu Adalah Maharku bercerita tentang perjalanan Syakila–seorang mahasiswi S2 yang mendapatkan beasiswa di NTUST. Padahal dalam kamus hidupnya, tidak ada terbesit sedikit pun  untuk studi di sana. Sebab sejak di awal semester S1, dia sudah mempunyai rencana untuk melanjutkan studi ke Imperial College of London di Inggris atau TU Delft  di Belanda. 

Apakah tujuan studi Syakila ke Eropa hanya sebatas rencana? Tentu saja tidak, dia sudah menyiapkan segalanya dengan sangat matang; seperti nilai TOEFL di atas rata-rata, berbagai pengalaman menerbitkan makalah dan jurnal internaisonal juga sebagai lulusan terbaik dengan IPK 3.92. Dari berbagai pengalaman tersebut seharusnya bukan penghalang untuk bisa diterima Beasiswa Unggulan Dikti, 'kan? Namun apa kuasa manusia jika Tuhan tidak berkehendak?

Tepat dihari pengumuman kegagalan Syakila untuk mendapatkan beasiswa ke Eropa, dia malah mendapat tawaran melakukan wawancara dengan beberapa profesor dari Taiwan yang berkunjung ke ITS. Mereka bukan serta merta berkunjung, melainkan mencari mahasiswa ataupun dosen yang hendak S2 di Taiwan. 

Walhasil dengan prestasi juga pengalaman Syakila, dia berhasil menarik perhatian para profesor tersebut. Dia dipastikan berangkat ke Taiwan bersama keempat orang lainnya dari ITS.

Jurusan Teknik Sipil di NTUST bukanlah perkara mudah, terlebih ada gosip miring yang mengatakan bila profesor pembimbing Syakila dikenal sebagai seseorang yang sulit ditaklukkan. Dia Prof. Chen, profesor muda nan cerdas,  perawakannya tinggi juga tampan, tapi dicap sebagai dosen  killer dikalangan mahasiswa.

Lantas berhasilkah Syakila berhadapan dengan profesor tersebut?

Dengan kepribadian Syakila yang santun, ternyata mampu meluluhkan hati sang profesor bahkan dihari pertama bertemu. Definisi killer hanya sebatas pendeskripsian Prof. Chen yang pekerja keras dan disiplin. Sisi lainnya Prof. Chen sangat akrab dengan mahasiwa bimbingannya, utamanya Syakila. Hubungan mereka sangat baik, sampai Prof. Chen mengaku tengah menaruh hati pada mahasiswinya tersebut. 

Apakah Syakila juga merasakan hal yang sama?

Ah, tentu saja! Siapa yang tidak terpesona dengan profesor muda itu? Namun sebagai seorang muslimah dia mencoba meredam perasaan yang tidak seharusnya tersebut, bahkan Syakila pun sempat menolak lamaran Prof. Chen. Why? Bagi Syakila tidak ada yang bisa membeli imannya, apalagi hanya sebatas seorang laki-laki, sebab dia dan Prof. Chen berbeda kepercayaan.

Akan tetapi penolakan Syakila tak membuat Prof. Chen berhenti begitu saja, malah identitasnya sebagai muslimah semakin menarik perhatian Prof. Chen. Dari penolakan Syakila-lah mulai timbul berbagai pertanyaan dalam benak Prof. Chen mengenai apa itu Islam, tentang kenapa muslimah harus berhijab dan sebagainya.

Nyatanya pertanyaan tentang Islam tak sekadar rasa ingin tahu semata, Prof. Chen semakin larut dan ingin memahami agama yang dianut Syakila. Semakin jauh rasa ingin tahu dan ketertarikannya terhadap Islam, membuat Prof. Chen yakin untuk menjadi seorang mualaf.

Lalu bagaimanakah hubungan Prof. Chen dengan Syakila setelah menjadi mualaf?

Dalam perjalanan pencarian keyakinannya itu, Prof. Chen melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Prof. Chen tidak ingin Syakila tahu bila dia mulai tertarik dengan agama Islam dan menjadi mualaf. Dia tidak ingin Syakila salah paham, bila sebenarnya keinginannya untuk memeluk agama tersebut memang dari lubuk Prof. Chen sendiri.

Hingga sampai akhirnya, selepas Syakila melaksanakan ujian akhir, Prof. Chen kembali melamar Syakila dihadapan keluarga bahkan penguji. Pada saat itu juga Prof. Chen mengaku bila dia telah menjadi seorang mualaf. Antara terkejut dan bahagia, akhirnya Syakila menerima lamaran (yang sebenarnya telah ditunggu-tunggunya) tersebut. Lantas kisah dari Prof. Chen dan Syakila pun  berakhir bahagia.

Enggak tahu kenapa, Islammu Adalah Maharku cukup membuat haru. Utamanya ketika Prof. Chen mulai mencari jawaban demi jawaban tentang Islam. Dari Prof. Chen saya belajar, enggak ada kata terlambat untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Dari Syakila pun saya belajar, setinggi dan seberapa luas pengetahuan yang didapat juga dipahami, kita tetaplah manusia–sebatas makhluk Sang Pencipta.

Fyi, Islammu Adalah Maharku ini terdapat tiga versi loh! Untuk versi yang diulas kali ini merupakan Islammu Adalah Maharku versi Taiwan. Ada Islammu Adalah Maharku versi Eropa dan ketiga Islammu Adalah Maharku versi Inggris. 

Mana yang lebih menarik? Tentu saja akan lebih menarik bila sesuai selera! Hehe, selamat membaca.