Abstrak
Stand up comedy merupakan acara komedi yang dilakukan secara monolog. Seorang stand up comedy disebut komika. Biasanya dalam stand up comedy menyuguhkan materi mengenai masalah sosial dan berbagai tema lainnya yang hangat dibicarakan oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada salah satu lomba stand up comedy kritik DPR oleh Aji Pratama dalam analisa wacana kritik peneliti menggunakan kerangka model Teun A. Van Dijk. Dengan fokus penelitian tentang topik, strategi stilistik, strategi retoris, opini, dan konteks sosial. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan teknik memahami video dan mencatat data yang ditemukan untuk kebutuhan analisis. Analisis wacana kritis terdapat topik tentang politik, lebih utamanya mengkritik DPR. Saat itu Aji sebagai komika mengkritik dengan sarkasme. Dalam strategi stilistik ditemukan bahwa Aji menggunakan bahasa gaul dan bernada ironi. Pada strategi retoris, Aji menanyakan keadilan yang seperti apa untuk DPR, karena sampai saat ini utamanya hukuman bagi koruptor belum terealisasikan dengan benar. Kemudian dalam opini, Aji menganalogikan cara membolos DPR dengan anak STM. Pada opini ini, sebenarnya Aji berusaha menyindir para oknum yang suka absen dalam rapat. Kemudian yang terakhir tentang konteks sosial, dalam lomba stand up comedy ini, Aji mengangkat kembali kasus korupsi e-ktp Setya Novanto yang pada saat itu menjadi cibiran warga karena drama-drama yang dibuat tersangka. Pada konteks sosial, Aji juga mengambil materi tentang orde baru tentang sulitnya dalam mengutarakan pendapat.
Kata kunci: Stand up comedy kritik DPR, Aji Pratama, Analisis Wacana Kritis Van Dijk
Pendahuluan
Analisis wacana kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkapkan kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana (Badara, Aris, 2014). Dalam penelitian ini, berarti menganalisis bahasa yang digunakan oleh Aji Pratama dalam penuturannya mengikuti Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR.
Wacana oleh Van Dijk dikatakan memiliki tiga dimensi: teks, kognisi sosial dan konteks. Dijk menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis (Darma, Yoce Aliah, 2014). Eriyono dalam (Prihatini, Arti; dkk, 2014) mengungkapkan pada dimensi teks, hal yang diamati adalah strategi wacana yang di dalamnya terdiri atas tiga bagian penting, yaitu (1) struktur makro, (2) superstruktur, dan (3) struktur mikro. Pada struktur makro, hal yang diamati adalah topik yang dikedepankan dalam teks. Pada superstruktur, hal yang diamati adalah skema atau alur gagasan dalam teks. Pada struktur mikro, hal yang diamati meliputi empat hal, yaitu strategi semantik, strategi sintaksis, strategi stilistik, dan strategi retoris. Pada dimensi kognisi sosial, aspek yang diteliti adalah cerminan faktor internal dalam diri penulis terhadap isi teks. Faktor internal tersebut meliputi: ideologi, pengetahuan, prasangka, opini, dan kepercayaan. Pada dimensi konteks sosial, aspek yang diteliti adalah hubungan antara teks dengan segala peristiwa yang berkembang di masyarakat.
Pada analisis wacana kritis ini, peneliti menggunakan kerangka model Teun A. Van Dijk. Hal ini karena dalam penuturan Aji lebih relevan pada elemen-elemen yang ada pada model kerangka Van Dijk berupa topik, strategi stilistik, strategi retoris, opini, dan konteks sosial.
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai analisis wacana kritis Aji Pratama dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR, yang mencakup tiga dimensi yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Penelitian ini memfokuskan batasan penelitian pada: (1) topik; (2) strategi stilistik; (3) strategi retoris; (4) opini; dan (5) konteks sosial.
Metologi penelitian
Metologi pada penelitian ini menggunakan metologi kualitatif. Denzin dan Lincoln (dalam Prihatini, 2014) mengungkapkan bahwasannya penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini yakni sebuah video Aji Pratama dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR dalam surat kabar elektronik Bangkapos.com pada Sabtu, 1 September 2018.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) memahami secara seksama video Aji Pratama dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR; (2) mencatat data yang ditemukan dengan menganalisis dan menjabarkan dalam bentuk paparan narasi.
Hasil penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada video Aji Pratama dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR, peneliti memfokuskan pada beberapa kerangka model Van Dijk yakni (1) topik; (2) Strategi stilistika; (3) strategi retoris; (4) opini; dan (5) Konteks sosial. Berdasarkan batasan penelitian tersebut, peneliti akan menjabarkan hasil sebagai berikut.
Topik
Bersadarkan penelitian yang telah dilakukan, wacana pada video Aji Pratama memiliki topik tentang kritik DPR dalam memperingati ulang tahun DPR RI yang ke-73. Saat itu Aji Pratama membuka sesi Stand Up-nya dengan bernada sarkasme dan gamblang. Seperti pada kutipan dibawah ini:
“Aku baru lulus sekolah, dan di sekolah aku termasuk murid yang nakal. Ya seperti murid nakal pada umumnya, bolos, tidur di kelas, korupsi duit SPP. Setelah lulus, aku disuruh ikut lomba kritik DPR? Disuruh ngritik dirinya sendiri.”
Pada pembukaannya ini Aji telah berusaha mengkritik DPR, dengan menganalogikan dirinya yang memiliki persamaan seperti DPR. Aji menggambarkan bahwa dia dan DPR tidak jauh berbeda. Seperti halnya membolos, tidur di kelas, dan melakukan korupsi uang SPP. Perbedaannya kalau DPR membolos saat rapat, tidur saat rapat, dan korupsi uang rakyat.
Strategi Stilistika
Kajian stilistik dalam analisis wacana kritis adalah kajian tentang pilihan kata yang digunakan penutur dalam menyampaikan pesan, maksud, dan ideologinya (Payuyasa, I Nyoman, 2017). Dari pengertian tersebut, penelitian pada strategi stilistika ini akan melihat tentang pilihan kata Aji Pratama sebagai penutur dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR.
Penampilan Aji pada 1 September berhasil menghebohkan anggota DPR dan warganet, bahkan Aji saat itu sempat terkenal di media sosial melalui bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pesan, maupun maksudnya saat itu. Dalam strategi stilistika, Aji menggunakan beberapa pilihan kata maupun bahasa kiasan dalam lomba stand up comedy-nya. Salah satunya seperti bernada ironi maupun menggunakan bahasa anak muda (bahasa gaul). Seperti kutipan pada contoh di bawah.
“Ya bagaimana, aku dengan DPR itu sama, kita ini satu passion Pak, satu lifestyle. Pokoknya kalian itu panutanku lah.”
Ungkapan Aji yang mengatakan “satu passion”, “satu lifestyle” dan “kalian itu panutanku” menjadi salah satu hal yang sangat menarik dalam strategi stilistik ini. Aji yang seorang siswa lulusan STM II Palembang berhasil menarik perhatian penonton. Karena secara tersirat Aji mengungkapkan bahwa DPR dan dirinya memiliki satu tujuan, sehingga bagi Aji anggota DPR yang pernah melakukan korupsi, membolos saat rapat, maupun tidur saat rapat, telah berhasil menjadi panutan untuknya.
Tidak hanya itu, dalam tuturannya yang lain Aji menggunakan bahasa ironi. Hal tersebut tentu saja ditujukan kepada para anggota DPR. Seperti kutipan berikut ini.
“Ini kalau suatu saat aku jadi presiden, amin Ya Allah. Terus ada DPR yang korupsi hukumannya sama, digesperin. Digesperin seluruh rakyat indonesia. Balik-balik badannya merah semua tuh, seperti plat mobil dinas.”
Dalam tuturannya ini, Aji menggunakan kata “ seperti plat mobil dinas” sebagai cibiran kepada DPR jika nanti ada DPR yang diketahui melakukan korupsi akan mendapat hukuman digesper. Hal tersebut mengandung maksud membandingkan hukuman DPR yang dalam realitasnya belum terlaksana dengan baik. Seperti berbagai slogan bahwa hukum selalu tumpul di atas dan tajam di bawah. Sebenarnya, dalam hal ini Aji mengkritik hukum korupsi yang telah melibatkan banyak DPR yang belum terealisasikan dengan baik.
Strategi retoris
Strategi retoris pun tidak luput dari tuturan Aji Pratama kala itu. Dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR, Aji mengungkapkan kekesalannya tentang keadilan. Aji mempertanyakan hukuman yang pantas untuk DPR yang telah melakukan korupsi. Bukan hanya dipenjara namun diakomodasi dengan berbagai fasilitas lengkap dan elit. Hal tersebut di tuturkannya pada kutipan di bawah ini.
“Cuma bedanya kalau DPR ketahuan korupsi dipenjara, enak. Aku waktu itu pernah ketahuan korupsi duit SPP Rp. 100.000 digasperin sampai nangis. Ya enggak adil. Aku korupsi Rp.100.000 digesperin, pedih. DPR korupsinya sampai miliyaran, ya harusnya lebih dari itu dong?”
Selain mempertanyaan mengenai hukum korupsi di Indonesia, Aji kembali mempertanyaan janji-janji yang pernah diucapkan oleh DPR ketika dahulu ingin mencalonkan diri. Dengan nada yang sedikit bercanda, Aji mengatakan apakah iler DPR semanis janji-janjinya?
“Terus ada juga anggota DPR yang tidur waktu rapat. Aku juga suka tidur di kelas. Cuma aku kalau tidur di kelas suka ileran ya? Nah, aku enggak tahu apakah anggota DPR ileran atau enggak. Ya aku penasaran saja apakah iler DPR semanis janji-janjinya?”
Ungkapan Aji di atas, bermaksud menyindir para anggota DPR, apakah mereka telah melaksanakan visi maupun misinya ketika berkampanye. Saat itu Aji benar-benar telah mewakili keresahan rakyat, sehingga iler DPR pun menjadi bahan materi stand up comedy-nya.
Opini
Sebagai seorang komika tentu tidak lepas dari opini. Bahkan opini kadang kala dapat menjadi sebuah bahan materi dalam stand up comedy. Dalam hal ini, Aji kembali menuangkan keresahannya mengenai anggota DPR yang membolos ketika rapat paripurna. Melalui pendapatnya ini, dia mencontohkan cara membolos DPR dengan anak STM di sekolahnya.
“Terus aku penasaran lagi, bagaimana cara DPR bolos? Soalnya kalau kami anak STM, bolos itu enggak mungkin sendirian. Minimal berdua lah, dan pasti ada satu yang ngajak. Ini kalau cara DPR sama kayak anak STM aku bisa nyontohin sekarang. Misal lagi ada rapat. Pak Fahri Hamza ngajak Pak Fadli Zon bolos. Pak Fahri Hamza ngomong ke Pak Fadli Zon.
“Zon, males nih rapat cabut yuk ke warnet.” Untungnya Pak Fadli Zon enggak mau.
“Ke warnet sama kamu males ah, minta ditraktir mulu.”
“Ayolah bolos lah, aku bayarin” kata Pak Fahri meyakinkan.
“Ya sudah ayo sekarang.”
Akhirnya mereka bolos tuh. Sebelum itu mereka melepas seragam biar enggak ketangkap Satpol PP. Mereka jalan keluar gedung DPR, manjat pager, terus ke warung dulu beli rokok sama teh gelas.”
Dalam ungkapan contoh di atas, tidak menuntut kemungkinan bahwa anggota DPR pun berlaku demikian. Seperti yang telah dicontohkan, bahwasannya absennya anggota DPR tidak selalu berasal dari diri pribadi, akan tetapi juga bisa dari pengaruh anggota sejawatnya. Apabila yang dicontohkan Aji telah menggambarkan keadaan DPR yang sesungguhnya, sungguh ironis jika seorang wakil rakyat tidak memiliki rasa tanggung jawab, apa lagi rakyat telah menitipkan kepercayaan kepada anggota DPR itu.
Pada kutipan berikutnya, Aji kembali mempertanyakan kemana DPR pergi ketika absen dalam rapat. Aji mengungkapkan sindirannya bahwa DPR tidak mungkin membolos ke rental PS apalagi bermain PS. Bukan hanya bagi Aji, tentu banyak yang mempertanyakan sebenarnya kemana perginya DPR ketika membolos saat rapat.
“Terus waktu itu aku enggak sengaja lihat sidang paripurna di tv, enggak mungkin sengaja karena aku nontonnya doraemon. Di situ aku lihat banyak bangku yang kosong, Ya Allah aku pikir kok sama seperti di STM aku. Banyak yang bolos. Terus aku mikir DPR bolos kemana? Ke rental PS? Ngapain DPR ke rental PS? Mending beli PS sendiri duitnya banyak.”
Memiliki kekuasaan dan bertumpuk kekayaan, sungguh tidak mungkin apabila DPR membolos ke rental PS, begitulah anggapan Aji. Kemudian, apabila rental PS bukanlah tujuan DPR ketika membolos, kemana kah perginya DPR saat diadakan rapat paripurna?
Konteks sosial
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun konteks sosial dalam Stand Up Comedy Kritik DPR yang dilakukakan oleh Aji Pratama memuat konteks politik. Konteks politik tersebut terdapat pada dua contoh kutipan di bawah ini.
“Terus aku tidur di kelas karena malemnya nongkrong-nongkrong lah biasa, DPR kalau begadang ngapain, ngeronda? Ya Allah aku enggak kebayang kalau di kampung aku ngerondanya Pak Setnov. Malem-malem Pak Setnov bawa besi panjang mukulin tiang listrik. Mana tiang listrik yang dia tabrak lagi.”
Pada enam bulan yang lalu, sempat menghebohkan masyarakat Indonesia tentang kasus E-KTP yang dilakukan oleh Setya Novanto atau Setnov beserta oknum-oknum lainnya. Drama yang beberapa kali dibuat oleh Setnov malah menjadi cibiran masyarakat luas utamanya warganet. Bahkan dalam lomba ini, Aji mengambil kasus Setnov sebagai bahan materinya dalam berkomika.
Berbeda dengan tuturan politik sebelumnya kali ini Aji kembali mengulik kisah lama pada masa orde baru. Pada materi terakhirnya, Aji menggelitik penonton dengan peraturan masa orba tentang sulitnya mengutarakan pendapat. Dalam tuturan contoh di bawah, Aji menganalogikan cerita tentang adiknya yang menghilang akibat mengadukan Aji yang merokok kepada ibunya.
“Terus ada DPR yang melakukan kasus suap, aku juga pernah melakukan kasus suap. Jadi waktu itu aku lagi ngerokok, tiba-tiba adik aku lewat ngelihat. Biar enggak diaduin ke ibu, aku kasih duit Rp.5000, ternyata masih diaduin. Ya karena aku DPR banget kan, dan aku cinta orde baru jadi paginya adik aku ngadu malemnya ilang.”
Kesimpulan dan saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan pada penelian ini bahwasannya Analisa Wacana Kritis Aji Pratama dalam Lomba Stand Up Comedy Kritik DPR, mengandung topik, strategi stilistik, strategi retoris, opini, dan konteks sosial. Analisis wacana kritis terdapat topik tentang politik, lebih utamana mengkritik DPR. Saat itu Aji sebagai komika mengkritik dengan sarkasme. Dalam strategi stilistik ditemukan bahwa Aji menggunakan bahasa gaul dan bernada ironi. Pada strategi retoris, Aji menanyakan keadilan yang seperti apa untuk DPR, karena sampai saat ini utamanya hukuman bagi koruptor belum terealisasikan dengan benar. Kemudian dalam opini, Aji menganalogikan cara membolos DPR dengan anak STM. Pada opini ini, sebenarnya Aji berusaha menyindir para oknum yang suka absen dalam rapat. Kemudian yang terakhir tentang konteks sosial, dalam lomba stand up comedy ini, Aji mengangkat kembali kasus korupsi e-ktp Setya Novanto yang pada saat itu menjadi cibiran warga karena drama-drama yang dibuat tersangka. Pada konteks sosial, Aji juga mengambil materi tentang orde baru tentang sulitnya dalam mengutarakan pendapat.
Peneliti berharap artikel ini bisa memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pengampu matakuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Daftar pustaka
Badara, Aris. (2014). Analisis Wacana Teori, Metode dan Penerapan pada Wacana Media. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Grup.
Darma, Yoce Aliah. (2014). Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif. Bandung: PT Refika Aditama.
Payuyasa, I Nyoman. (2017). Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Program Acara Mata Najwa di Metro TV. Segara Widya, 21-22.
Prihatini, Arti; dkk. (2014). Analisis Wacana Kritis “Wayang Durangpo” karya Sujiwo Tejo pada Rubrik “Senggang” di Surat Kabar Jawa Pos. Universitas Jember Digital Repository, p. 2.
Malaka, Teddy.(2018). Viral Aksi Aji Pratama Kritik Anggota DPR RI Lewat Stand Up Comedy, ia Diganjar Hadiah Jutaan. http://bangka.tribunnews.com/2018/09/01/viral-aksi-aji-pratama-kritik-anggota-dpr-ri-lewat-stand-up-comedy-ia-diganjar-hadiah-jutaan?page=1, diakses pada 12 Desember 2018.