Mengenal Hikayat

Apa sih yang teteman pikirkan bila mendengar kata hikayat?

Saya pribadi mengartikan hikayat sebagai prosa paling -njelimet-; karya sastra paling susah untuk dipahami. Butuh dibaca berulang kali dan nalar yang enggak biasa. *eh maksudnya bagaimana? 

Dulu, ketika bertemu dengan soal hikayat, bukannya langsung dibaca malah garuk-garuk kepala. Melihat sepenggal paragraf hikayat seperti mengerjakan satu buku penuh soal Matematika! *memang sekarang sudah enggak? Sebenarnya sama saja sih hehe. 

Mengenal Hikayat

Ibarat manusia, hikayat itu seperti wanita yang paling susah dimengerti. Bahasanya memang halus, tapi menohok. Lantas untuk memahaminya, perlu adanya pendekatan: jangan terburu-buru, bacalah situasi. Kalau masih banyak waktu pahami betul-betul, tapi bila jamnya sudah mepet yaaa tinggal cap-cip-cup (A, B, C, D, E) pilih mana yang paling ngeklik di hati, kwkwkw.  

Eh, sudah cukup bernostalgianya. Sekarang kita mengenal tentang si hikayat ini yuk!

Pengertian Hikayat

Hikayat menurut KBBI merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. Enggak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Santosa (1996) bila hikayat adalah sebuah teks prosa fiksi sastra lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan. 

Karakteristik Karya Sastra Melayu Klasik 

Adapun karakteristik karya sastra melayu klasik (termasuk karakter hikayat) sebagai berikut:

Bentuk : Bentuk karya sastra Melayu klasik yakni puisi dan prosa yang meliputi:

·      Puisi terikat: pantun, syair, mantra, bidal, seloka, gurindam.

·      Prosa: dongeng, tambo, hikayat, cerita Panji, kaba, legenda.

Bahasa : Arab Melayu, Melayu tradisional, daerah.

Tema : Istanasentris, adat istiadat, mistis.

Pengaruh : Kehidupan tradisi, kesetiaan terhadap adat istiadat, kebudayaan daerah,  sastra  Hindu dan Islam.

Sifat masyarakat : Statis, perubahan sangat lambat.

Sifat karya sastra : Statis, baik bentuk maupun temanya.

Sifat isi : Khalayal atau fantasi.

Pengarang : Anonim.

Penyajian : Lisan dan tertulis, sebagian besar secara tertulis.

Gaya : Menggunakan bahasa Klise.

Isi / pesan : Pendidikan, pelipur lara, kepahlawanan, mite, legenda.

Tokoh : Manusia, binatang, tumbuhan.


Asal-muasal Hikayat

Berdasarkan asal-muasalnya menurut Santosa (1996) hikayat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) Melayu Asli, (2) Pengaruh Jawa, (3) Pengaruh India/Hindu, dan (4) Pengaruh Arab-Persia. Adapun contoh hikayat dari asal-muasalnya tersebut sebagai berikut.

Melayu Asli

Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur Islam)

Hikayat Si Miskin (bercampur unsur Islam)

Hikayat Indera Bangsawan

Hikayat Malim Deman

Pengaruh Jawa

Hikayat Panji Semirang

Hikayat Cekel Waneng Pati

Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)

Pengaruh India/Hindu

Hikayat Sri Rama (dari Ramayana)

Hikayat Perang Pandawa Jaya (dari Mahabarata)

Hikayat Sang Boma (dari Mahabarata)

Hikayat Bayan Budiman

Pengaruh Arab/Persia

Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)

Hikayat Bachtiar

Hikayat Seribu Satu Malam

Btw, Teteman sebelumnya ada yang pernah membaca hikayat atau masih ingin mencari contoh-contoh hikayat? 

Berikut saya cantumkan contoh cuplikan hikayat yang saya himpun dari lembar soal waktu di sekolah. Selamat membaca.

Ini hikayat cerita orang dahulu kala. Sekali peristiwa Allah swt. Menunjukkan kekayaannya kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin laki-bini berjalan mencari rezekinya sekeliling negeri Antah Berantah.

Adapun nama raja di dalam negeri itu Maharaja Indra Dewa namanya, terlalu amat besar kerajaan baginda itu. Beberapa raja-raja mengantar upeti kepada baginda pada tiap-tiap tahun.

Hatta maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja menteri hulubalang rakyat sekalian ada di penghadapan. Maka si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya, maka orang banyak itupun ramailah, ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Maka dilemparnyalah akan si Miskin itu kena tubuhnya habis bengkok-bengkok dan berdarah. Maka orangpun gemparlah. Maka titah baginda, apakah yang gempar di luar itu? Sembah segala raja-raja. Itu ya Tuanku Syah Alam, orang melempar si Miskin tuanku. Maka titah baginda, suruh usir jauh-jauh.

Hikayat Si Miskin


Kata yang empunya cerita, adalah seekor kera duduk menjadi raja dalam suatu hutan. Setelah beberapa lamanya memerintah, raja itu pun tualah, lalu bangun seekor kera yang muda daripada keturuanannya juga, mengalahkannya. Kera itu pun larilah mengasingkan diri ke pinggir laut, dan di situ ia diam pada sebatang pohon ara yang tumbuh di tepi pantai. Pada suatu hari sedang ia duduk memakan buah ara, tiba-tiba terlepas sebiji dari tangannya, jatuh ke dalam air. Amat merdu terdengar buah jatuh itu, lalu dipetiknya beberapa buah, dijatuh-jatuhkannya dengan sengaja. Sejak waktu itu menjadi suatu kesenangan baginya melempar-lemparkan buah ara, ke dalam laut.

Hikayat Kalilah dan Dimmah

Post a Comment

0 Comments