Mengenal Majas, Si Gaya Bahasa dalam Karya Sastra


Dalam karya sastra (prosa, puisi dan drama) majas merupakan salah satu unsur penting untuk menghidupkan cerita. Penggunaan majas berfungsi agar narasinya lebih mengalir. Biasanya majas juga dimanfaatkan pengarang untuk menyampaikan pesan secara implisit. 

Mengenal Majas, Si Gaya Bahasa dalam Karya Sastra

Ada satu ingatan yang terlintas mengenai majas waktu sekolah, yakni dua majas yang paling nempel di kepala. Enggak hanya nempel, tapi sudah di luar kepala saking sering dibahas dalam KBM. Ada yang tahu enggak majas apa? 

Ya apalagi kalau bukan personifikasi dan hiperbola, hehe. Ada  yang sama?

Ngomong-ngomong majas itu apa sih?

Menurut Santosa (1996:138) majas adalah gaya bahasa khusus yang bersifat imajinatif dan maknanya melewati batas pemaknaan yang lazim. Menurut Nurgiantoro (2017:215) pemajasan (figurative of language, figurative of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang tersirat.

Akan tetapi kalau dipelajari lebih mendalam, majas itu bermacam-macam. Menurut Nyoman (2013:439) majas itu masih dibedakan menjadi empat macam loh! Empat macam majas tersebut yakni (1)  penegasan, (2)  perbandingan, (3) pertentangan dan (4) sindiran.

Sebagai info saja, (1) majas penegasan atau retorik merupakan gaya bahasa khusus yang susunan kata-katanya digunakan sebagai sarana retorika. Majas retoris menekankan ungkapan tentang gagasan atau sesuatu. Adapun yang termasuk dalam penegasan, yaitu: majas aferesis, aforisme, alonim, anagram, antiklimaks, apofasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis, enumerasio/akumulasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme, praterio, repetisi (dan sejenisnya), retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton, sinkope/kontraksi, tautologi dan zeugma.

(2) Majas perbandingan menurut Nurgiantoro (2017:218) adalah majas yang membandingkan sesuatu dengan yang lain melalui ciri-ciri kesamaan antara keduanya. Adapun yang termasuk dalam perbandingan, yaitu: majas alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, lilotes, metafora, metonimia, onomatope, paranomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia dan tropen.

(3) Majas pertautan adalah majas  yang di dalamnya terdapat unsur pertautan, pertalian, penggantian, atau hubungan yang dekat antara makna yang sebenarnya dimaksudkan dan apa yang secara konkret dikatakan pembicara (Nurgiantoro, 2017:243). Adapun yang termasuk dalam pertautan, yaitu: majas epitet,kilatan, metonimia.

(4) Majas sindiran atau pertentangan adalah gaya bahasa khusus yang mempertentangkan suatu hal dengan hal lainnya. Adapun yang termasuk dalam pertentangan, yaitu: majas anakronisme, antitesis, kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, prolepsis/antisipasi, anifrasis, inuendo, ironi, sarkasme, sinisme.

Dari keempat macam yang disebutkan di atas, saya tidak akan membahas semuanya. Kali ini saya hanya ingin memilah majas yang biasanya muncul dalam soal. Apa sajakah majas-majas tersebut?

1.

Metonimia

: majas yang menggunakan nama ciri atau nama hal (merk,

pengarang dll) yang ditautkan dengan sesuatu penggantinya.

 

contoh

·      Saya lebih suka standart daripada faster. (pengganti nama produk bolpoin)

·      Pak Jokowi terbang dengan Garuda. (pengganti istilah pesawat).

2.

Personifikasi (penginsanan)

: segala perilaku manusia yang diterapkan untuk benda mati maupun

benda hidup selain manusia.

 

contoh

·      Burung bernyanyi membuat suasana menjadi syahdu.

·      Rum

3.

Sinekdoke

: majas petautan yang menunjukkan suatu hal yang satu dipahami

bersama dengan suatu hal yang lain.

 

a)     Sinekdoke Pars Prototo

: majas yang menyebutkan sebagian dengan tujuan keseluruhan.

 

contoh

·      Ibu membeli seekor ayam.

 

b)   Sinekdoke Totem Proparte

: majas yang menyebutkan keseluruhan dengan tujuan sebagian.

 

contoh

·      Indonesia memenangkan turnamen Bulu Tangkis tingkat dunia.

4.

Pleonasme

: majas yang menggunakan kata-kata berlebihan karena sudah masuk

ke dalam kata yang pertama (maknanya)

 

contoh

·      Cintanya seluas samudra sehingga tidak bisa diragukan.

·      Senyumannya semanis gula.

5.

Hiperbola

: gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan.

 

contoh

·      Rubi berteriak hingga terdengar ke seluruh dunia.

6.

Paralelisme

: majas retorik yang menggunakan kesejajaran dalam bentuk atau

makna frasa yang diletakkan berdekatan.

 

a)    Anafora

: majas yang mengulang kata di awal larik atau baris.

 

contoh

·      Senja itu sunyi

Senja adalah kenangan

 

b)   Repetisi

: majas yang mengulang kata di dalam satu larik.

 

contoh

·      Rumah masa kecilku adalah rumah yang terindah.

 

c)    Epifora

:majas yang mengulang kata di akhir

 

contoh

·      Hidup adalah anugerah

Kebahagiaan ini merupakan anugerah

7.

Paradoks

: majas yang mengandung makna berlawanan dengan fakta yang ada.

 

 

·      Bangsa kita miskin di negara yang kaya raya.

8.

Metafora

: majas yang membandingkan sesuatu dengan sesuatuyang lain.

 

contoh

·      Kaulah kandil kemerlap






Daftar pustaka
Nurgiantoro,Burhan.2017.Stilistika.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha.2013.Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 

Santosa, Puji.1996.Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan.Flores:Penerbit Nusa Indah.

Sembodo, Edy.2010.Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA.Jakarta: Penerbit Hikmah.

Post a Comment

0 Comments