Enggak ada cara instan menjadi penulis tanpa diawali dengan membaca. Kalaupun teteman mengikuti seminar kepenulisan ataupun QnA misalnya; kepada salah seorang penulis favorit masing-masing, pasti para pelukis kata tersebut akan menganjurkan teteman untuk membaca terlebih dahulu.
Ibarat sebuah bangunan, membaca merupakan pondasi yang akan membuat tulisan berbobot (sesuai genrenya) dan nyaman dibaca. Sebab selain menambah tabungan diksi, membaca merupakan upaya penulis dalam menemukan identitas (gaya) personal branding untuk tulisannya.
![]() |
Kalau saya cermati dari tahun ke tahun, minat terhadap profesi penulis cukup meningkat. Terbukti dengan menjamurnya platform membaca dan menulis yang tersebar dijagat dunia maya. Bahkan sebelum adanya Covid 19, platform-platform tersebut telah menemani ribuan juta pembaca baik yang gratis maupun berbayar.
Btw, kalau teteman ingin jadi penulis tentu enggak sembarang membaca dong! Eh, maksudnya enggak melahap mentah-mentah sebuah karya yang misalnya sudah dibaca bla bla bla ribu kali tapi masih banyak bagian yang (maaf) semerawut dari tanda baca, saltik dan penggunaan kata yang banyak menyingkat kata (menyingkat kata yang enggak semestinya, seperti bahasa dalam kirim pesan elektronik).
Ingat, membaca = pondasi dalam menulis. Dalam hal ini enggak menuntut kemungkinan bila kebiasaan membaca bacaan yang kurang baik, bisa berpengaruh pada kreativitas menulis teteman.
Ya, tanda baca dan menyingkat kata memang terdengar hal sepele. Namun kebiasaan ini enggak bisa disepelekan. Bagi yang pelajar nih, bagaimana bila kebiasaan tersebut malah berimbas pada pengerjaan tugas sekolah?
Jangan pernah menganggap menyingkat kata bertujuan agar cepat menyelesaikan tugas. No! Malah bisa jadi,nilai tugas teteman akan dikurangi karena salah tidak menggunakan tanda baca atau menyingkat kata yang tidak benar. Saya mengatakan hal ini sebab mempunyai pengalaman sebagai siswa, juga sebagai pelaku yang hobi sekali mencoret buku tugas Bahasa Indonesia siswa. Gemas rasanya, tiap masuk KBM mengingatkan mengenai hal-hal sepele tersebut.
Nah, dalam kesempatan kali ini saya ingin merekomendasikan dua platform yang bagus untuk mengasah membaca maupun latihan menulis teteman. Anyway... dalam hal ini pun, saya masih belajar. Sebab itulah tulisan ini tercipta. Bagaimana, sudah siap menyimak?
KBM App
Platform pertama bisa disebut sebagai aplikasi Komunitas Bisa Menulis. Platform ini berawal dari antusiasme anggota KBM di media sosial: FaceBook, hingga beralih pada aplikasi.
KBM merupakan komunitas menulis yang dimoderatori oleh Pak Isa Alamsyah, Asma Nadia dkk. Enggak hanya bisa membaca dan menulis, dalam KBM App teteman bisa belajar dari para penulis ternama.
Kok bisa? Sebab di KBM App ada satu sesi diskusi, kalau enggak salah biasanya diadakan pada hari Rabu. Dalam diskusi ini, biasanya sang pembicara merupakan salah satu penulis ataupun penyair ternama Indonesia. Dulu pernah diisi Pak Taufik Ismail, Ivan Lanin, Dee (Dewi Lestari), Asma Nadia, Okky Madasari dan sebagainya. Enggak menuntut kemungkinan bila pembicara dalam diskusi selanjutnya akan diisi oleh penulis favorit teteman. Yaaa siapa tahu?
Selain membaca, menulis dan mencuri ilmu dari para bintang literasi, di KBM App juga menyediakan sistem monetisasi tulisan. Jadi, teteman bisa mendapatkan apreasiasi berupa uang bila karya teteman layak dan sesuai dengan syarat ketentuan KBM App.
Apalagi yang istimewa dari KBM App?
Untuk teteman yang suka dengan karya-karya Bunda Asma Nadia, saya sarankan untuk mengunduh aplikasi ini. Why? Sebab Asma Nadia tengah menulis karya terbarunya di KBM App loh! Dari Surga yang Tak Dirindukan 3, Pertama Bilang Cinta ada juga Nikah Tanpa Pacaran.
Selain Asma Nadia, ada pula karya Helvy Tiana Rosa, Dewa Eka Prayoga, Isa Alamsyah dan lainnya. memang, seperti halnya platform pada umumnya; KBM App ini berbayar sebagai apresiasi terhadap para penulisnya. Namun ada pula yang menyediakan versi gratisnya. Jadi, teteman masih bisa membaca karya-karya dari para penulis tersebut.
Cabaca.id
“Hah? Platform apaan tuh?”
Sama halnya dengan KBM App dan platform lainnya, Cabaca.id merupakan aplikasi membaca. Namun mempunyai konsep yang berbeda dari berbagai platform yang ada, yakni sebagai penerbitan digital di Indonesia. Jadi, Kalau di platform lain penulis bisa secara bebas mengunggah tulisan, tapi di Cabaca ada sistem kurasi atau seleksi dari tiap naskah yang ditawarkan.
Bagi saya itulah poin pentingnya. Why? Dengan adanya kurasi berarti penggarapan untuk menyajikan bacaan tentu enggak main-main, apalagi sembarangan. Sayangnya, Cabaca.id belum terlalu familiar dikalangan pembaca. Padahal aplikasi ini bagi saya platform terbaik.
Karena sudah ada sistem kurasi, kesalahan sepele yang pernah dibahas sebelumnya hampir tidak ditemukan. Bukan hanya masalah isi cerita, pembuatan kover buku di Cabaca.id cukup memikat hati. Serius! Kalau enggak percaya coba deh main-main ke aplikasi ini.
Seperti halnya platform lain, Cabaca.id juga berbayar. Namun jangan khawatir, ada waktu-waktu tertentu yang membuat pembaca dimanjakan bacaan favorit dengan bebas. Waktu-waktu itu disebut sebagai jam baca nasional, biasanya jam 12.00-13.00 dan 21-22.00 WIB. Cukup kok untuk membaca sekian bab dalam satu buku, atau beberapa buku yang berbayar.
Selain itu dari Cabaca saya juga mendapat ilmu tentang kepenulisan. Dalam ini ada pula loh penulis yang bersedia membagikan kiat-kiatnya dalam kepenulisan secara gratis. Bukan hanya penulis tamu, tim editor dari Cabaca juga membagikan teknik-tekniknya dalam membedah ataupun membuat naskah yang baik dan benar. Jadi, selain bisa membaca bacaan yang berkualitas, teteman juga bisa mendapat ilmu kepenulisan di aplikasi ini. Keren ‘kan?
Sebenarnya ada satu poin menarik yang saya temukan di Cabaca.id. Tahu sendirilah yaaa saya suka sekali dengan genre sastra (literatur). Sejak dulu saya selalu berganti-ganti platform, mencari genre sastra yang nge-klik. Namun ujung-ujungnya enggak ada yang cocok.
Setiap membuka suatu platform, hal pertama yang saya cari adalah literatur. Jika literaturnya enggak sreg di hati, mohon maaf saja; langsung saya log out atau hapus aplikasinya. Sebenarnya bukan apa-apa, saya pun tidak menganggap platform membaca lainnya itu jelek. Tidak! Saya kira ini hanya tergantung selera dan cara belajar yang berbeda.
Well, itulah kedua platform rekomendasi dari saya. Semoga bermanfaat yaaa...
0 Comments